Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Dapur Jompo, Program Warisan BJ Habibie untuk Lansia di Bandung
25 Oktober 2019 4:42 WIB
ADVERTISEMENT
Kegiatan memasak di pagi hari, sudah menjadi kesibukan rutin yang dilakukan oleh Cucun (51) dan Tetty (62). Keduanya kompak mengolah bahan-bahan yang dibawa oleh petugas dari rumah keluarga B. J. Habibie. Wangi masakan sudah mulai tercium, menu yang dimasak adalah tumis taoge dan tahu Sumedang. Ada juga telur rebus yang sudah terlebih dahulu matang dan siap dibagikan pada warga lanjut usia (lansia) di sekitar bangunan sederhana tempat Cucun dan Tety memasak.
Bangunan tersebut, diberi nama Dapur Jompo. Dapur ini adalah salah satu bentuk nyata kedermawanan yang ditinggalkan oleh Presiden RI ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie dan istrinya, Ainun Habibie. Sejak dibangun tahun 1982, Dapur Jompo tak berhenti membagikan ragam makanan bagi para lansia yang tinggal di daerah RT 1 RW 4, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Lokasi ini berdekatan dengan rumah Habibie dan Ainun.
ADVERTISEMENT
Maman Soleman, selaku penanggung jawab yang juga asisten pribadi dari Habibie menceritakan awal mula berdirinya Dapur Jompo ini. Dulu, pasangan Habibie ini, berkunjung ke kawasan Dapur Jompo dan merasa prihatin dengan keadaan ekonomi di daerah tersebut. Akhirnya, Ainun memutuskan untuk membantu warga sekitar untuk memasok sembako dan pakaian, termasuk dengan mendirikan Dapur Jompo.
“Dulu awalnya 30 orang lansia, sekarang 18 orang karena udah ada yang meninggal juga kan,” ucapnya saat ditemui pada Kamis (24/10).
Ide ini tercetus untuk memberdayakan para lansia agar bisa terus bergerak dan mampu bersosialisasi dengan sebayanya. Dalam program Dapur Jompo ini, para lansia harus pergi sendiri membawa kotak makanan masing-masing ke Dapur Jompo untuk mendapatkan makanan. Sembari menunggu makanan matang, biasanya mereka akan saling bercengkrama dan bercanda satu sama lain.
ADVERTISEMENT
“Gak ada kegiatan lain sih di sini, ya cuma gini aja. Para lansia berkumpul mengambil makanan sendiri abis itu pulang lagi. Tujuannya, buat mereka terus bergerak ya. Istilahnya agar mereka tidak diem di rumah mulu. Jalan-jalan agar sehat dan bisa bersosialisasi dengan yang lain,” jelasnya.
Manfaat tersebut ternyata memang benar-benar dirasakan oleh Miah. Nenek berusia 83 tahun ini, sudah mengikuti program Dapur Jompo sejak awal didirikan. Ia mengaku sangat tertolong dengan adanya Dapur Jompo ini, bahkan Miah mengatakan bahwa baju yang ia pakai adalah baju pemberian dari Habibie.
“Ikut ini tuh udah dari (tahun) 81, pas masih dikasih baju sama sembako. Terus tahun 82 baru dikasih makanan. Kalau makan tuh ngandelkeun didieu wae. Nah ini juga baju dikasih dari sini,” ucap Miah bersemangat sambil menunjukan baju yang dipakainya.
ADVERTISEMENT
Sosok Habibie, menjadi seseorang yang sangat berjasa bagi Miah. Ia mengaku juga pernah bertemu dengan Habibie dan Ainun sekali, saat sedang melakukan kontrol ke Dapur Jompo. Lalu, ketika mendengar kabar bahwa Habibie meninggal dunia, ia merasa sangat kehilangan sosok tersebut, yang katanya sudah dianggap sebagai ayah.
“Alhamdulillah, sangat diterima kebaikannya. Sekarang ditinggal sama Pak Habibie teh, kayak gimana sih? Sedih, soalnya udah lama nerima kebaikannya dalam bentuk barang. Jadi kayak ditinggalin sama ayah,” katanya.
Amah (88) juga ikut menambahkan, katanya, rasa terimakaasih selalu diucapkan saat menerima makanan. Banyak orang yang ingin ikut di sini, tapi Amah bersyukur, dia menjadi salah satu warga terpilih.
“Seneng atuh neng, jadi banyak temen. Kebantu juga. Kesini tuh kalau mau bawa makanan jalan kaki udah setahun ikutannya,” ucap Amah sambil tertawa riang.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Cucun bercerita telah menjadi juru masak di Dapur Jompo sejak 20 tahun lalu. Sedangkan Tety, rekannya, setahun lebih dulu masuk dibandingkan Cucun. Setiap pagi mereka datang pukul 08.00 WIB dan mulai mengelola bahan makanan. Tak ada hari libur, hanya hari raya saja mereka diizinkan untuk tidak pergi ke Dapur Jompo.
“Enggak ada hari libur, masa atuh makan libur? Paling hari raya saja diizinkan buat enggak dateng. Tapi mereka (para lansia) juga dapat ganti, biasanya bakal dikasih sembako, baju baru sama tunjangan hari raya (THR),” kata Cucun.
Kesan-kesan juga Cucun sampaikan selama 20 tahun bekerja di sana. Ia mengaku sangat senang bekerja di sana, dapat gaji, tapi juga bisa menyaksikan tawa dari para lansia. Saking sudah lamanya, Cucun dan Tety sudah hafal dengan kotak makanan dari para lansia. Jadi, ketika tiba giliran membagikan makanan, ia akan panggil nama-nama orang yang sudah menyimpan kotak makanannya untuk segera diisi.
ADVERTISEMENT
“Ya saya mah, senang aja. Kerja sambil ibadah” ucap Cucun.
Tety juga menambahkan, meskipun Habibie dan istrinya sudah tidak ada, ia berharap program Dapur Jompo ini selalu ada untuk membantu orang-orang. Terutama lansia yang membutuhkan pertolongan. Hal ini sempat jadi keresahan bagi mereka berdua untuk beberapa pekan sejak meninggalnya Habibie. Apakah program ini akan dilanjut atau tidak?
Lantas, Maman Soleman yang memang jarang sekali mengunjungi dapur, menjawab pertanyaan tersebut. Ia mengatakan, bahwa program ini akan tetap berlanjut, bahkan jumlah lansia yang terdaftar menjadi anggota jompo akan dikembalikan menjadi 30 orang.
“Sebetulnya, rencana akan dikembalikan lagi sekitar tiga puluh. Karena sekarang masih selesai 40 harian jadi belum sempet lagi nyari yang sesuai. Nanti kita akan nyari dari setiap RT melalui koordinasi dengan pihak pimpinan RT setempat,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Maman menjelaskan, dulu sebelum Habibie meninggal, sebenarnya sudah ada rencana Habibie ingin pergi ke Bandung dan mengotrol langsung kondisi dari Dapur Jompo. Hanya saja, karena kondisinya yang tidak memungkinkan karena sakit, jadi belum sempat terlaksana. Maman juga bercerita masa-masa bersama Habibie, sampai terakhir ia menjaganya di rumah sakit sebelum Habibie meninggal.
“Bapak Habibie tuh baik banget sama semua orang. Enggak peduli sama orang besar atau kecil, kalau ketemu sama orang terus mereka disapa dan minta foto pasti diiyakan. Gak ada masalah,” ujarnya.
Hal yang paling berkesan dan tak terlupakan selama jadi asisten pribadi Habibie adalah saat mengunjungi makan Ainun. Maman mengaku sering terbawa suasana saat melihatnya berziarah dan menangis di depan makam. Maman juga memperlihatkan foto-foto kenangan saat bersama Pak Habibie dan menceritakan setiap kejadian berkesannya pada Temali. Sampai pada foto-foto saat terakhir bersama Habibie di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
“Banyak banget momen yang enggak bisa saya lupakan. Ya contohnya, saat di Jerman. Saya ikut ke sana, terus karena salju turun, ia ingin mengajak saya bermain, jalan-jalan dan berfoto bersama. Padahal itu kondisinya lagi kurang sehat,” tutupnya.
[Penulis: Lupi Y]