Konten Media Partner

Dua Alasan Kenapa Kita Suka Menunda-Nunda (dan Solusinya)

25 Maret 2019 10:03 WIB
clock
Diperbarui 25 Maret 2019 10:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua Alasan Kenapa Kita Suka Menunda-Nunda (dan Solusinya)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Apakah kamu termasuk seseorang yang punya kebiasaan menunda-nunda? Tentunya hal tersebut adalah kebiasaan buruk bagi kebanyakan orang.
ADVERTISEMENT
Mungkin ada banyak alasan mengapa kamu suka menunda, seperti memberikan lebih banyak waktu untuk diri sendiri dalam zona nyaman. Namun, apakah hal tersebut baik untuk produktivitas kita?
Kamu harus mulai menyadari, bahwa ada satu kebiasaan buruk yang begitu buruk akibatnya, yaitu kebiasaan menunda-nunda. Karena hal tersebut akan membuat pekerjaanmu semakin menumpuk, menjadikanmu pribadi yang selalu telat, hingga nggak pernah maksimal dalam mengerjakan tugas.
Apasih yang membuat kita sering menunda-nunda? Menurut seorang Psikolog bernama Seth J. Gillihan di Psychology Today, ada dua hal yang cenderung mendorong kita untuk menunda-nunda suatu hal yang harus dikerjakan:

Alasan Pertama: "Itu akan menyebalkan."

Jika kita berpikiran sebuah tugas yang harus dilakukan menjadi nggak menyenangkan, nggak heran kita menundanya. Kita mungkin membayangkan waktu yang diperlukan untuk mengerjakannya, tenaga yang perlu dikeluarkan, sehingga kita hanya memilih untuk tetap melakukan apa pun yang sedang kita lakukan dan mengabaikannya.
ADVERTISEMENT
(Foto: Miguelangel Miquelena untuk Unsplash.com)

Alasan Kedua: "Aku mungkin nggak akan melakukan pekerjaan tersebut dengan baik."

Ingat, nggak melakukan sesuatu bukan berarti akan membuat tugas tersebut selesai begitu saja, lebih baik kamu lakukan apapun hasilnya nanti. Jika kita mencoba dan nggak berhasil, ya bukan jadi soal. Seperti belajar bahasa asing untuk persyaratan beasiswa, walau nggak keterima beasiswa, setidaknya kemampuan bahasamu bertambah.
***
Nggak peduli apapun alasan kamu untuk punya kebiasaan menunda-nunda, lebih dari sekarang kamu sadar bahwa kebiasaan tersebut nggak akan mendatangkan kepuasan bagi dirimu. Justru yang ada adalah penyesalan.
Contohnya di saat kamu punya setumpuk piring kotor yang ada di dapur dan harus kamu cuci, tapi kamu menundanya dan lebih memilih menonton TV. Makin lama piring tersebut akan semakin menumpuk, sehingga kamu makin enggan membersihkannya.
ADVERTISEMENT
(Foto: Scott Umstattd untuk Unsplash.com)
Di akhir, kemungkinannya hanya dua: kamu terpaksa membersihkannya dengan perasaan kesal atau kamu membayar orang lain untuk membantumu membersihkannya, yang mungkin uang tersebut seharusnya bisa kamu pakai untuk hal lain.

Jadi lebih baik kamu selesaikan setiap pekerjaanmu tepat waktu, dan tidak lagi menunda-nunda. Supaya siklusnya berubah dari "menunda → penyesalan dan meminta bantuan" menjadi "menyelesaikan tugas → kepuasan".

[Penulis: Izzudin | Editor: Tristia]