Hati-hati Prank Berlebihan. Ini Batasan Konten Hiburan Kata Psikolog

Konten Media Partner
29 November 2019 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Unspalah.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unspalah.com
ADVERTISEMENT
Konten prank menjadi salah satu konten favorit para Youtubers. Enggak cuma di Indonesia kok, tapi juga di mancanegara. Para penontonnya pun terlihat enjoy dan menikmati konten prank, makanya semakin sini prank semakin terkenal di berbagai kalangan.
ADVERTISEMENT
Namun, apa jadinya kalau prank tersebut berakibat merugikan orang lain? Enggak jarang kan yang niatnya bercanda malah terlihat tidak lucu dan kesannya sangat keterlaluan.
Seperti salah satu konten video yang dibagikan oleh selebtweet @faizsadad_. Video itu berjudul “Order Pizza 1.000.000 GW Cancel, TERUS GW GAK NGAKU KALO ORDER! BAPAK INI NANGIS”.
Meskipun memang tak lama video tersebut dihapus, Youtuber tersebut mendapat berbagai kecaman dari para netizen. Bahkan setelah dijelaskan dalam video tersebut bahwa itu hanya bercanda untuk lucu-lucuan, karena setelahnya sang driver ojek online (ojol) diberikan sejumlah uang oleh sang pembuat konten.
Selain netizen, sejumlah Youtiubers lain juga ikut berkomentar mengenai hal ini, Jerome Poline Sijabat berkomentar seperti ini, “Memang, kalo di otak cuma duit dan traffic, segala cara bakal dilaukan demi itu. Prank settingan, bikin yang kontroversial, jual rasa kasihan dll, semua demi itu. sedih sih,” tulis akun @JeromePolin di kolom komentar.
ADVERTISEMENT
Lalu, senada dengan Jerome, Raden Rauf membuat thread yang disertai video tandingan di Twitter dengan tagar #SayNoToPrank. Cuitan ini sempat menjadi trending topic pertama di Twitter kemarin (28/11). Serta mengundang berbagai komentar dari netizen yang pastinya menolak adanya prank berlebihan demi konten.
Temali pun berbincang dengan Diah Mahmudah, seorang ahli psikologi dari Dandiah Consultant. Ia memberikan pendapat menganai prank yang sedang ramai diperbincangkan. Menurutnya, kalau prank tersebut dilakukan dengan tujuan hanya sebatas menghibur, harus ada dua pihak yang menghasilkan emosi positif yang sama. Hiburan itu kan tujuannya untuk menghasilkan rasa bahagia.
“Jadi yang nge-prank harus ngerasa happy, yang di-prank pun juga harus merasa happy. Walaupun, pada awalnya mungkin yang jadi korban prank merasa kaget tapi hasilnya harus happy bagi keduanya,” kata Diah.
ADVERTISEMENT
Hal yang kemudian dipermasalahkan adalah jenis prank yang berlebihan dan keluar dari ranah tujuannya untuk menghibur. Seperti yang telah dicontohkan, mengerjai ojek online, ia berpendapat, itu namanya pendzoliman.
Apalagi kalau tidak ada itikad baik setelahnya, itu termasuk tindakan kriminal dan penipuan. Jadi para pembuat konten diharapkan harus hati-hati dalam membuat ide, jangan sampai menjadi masalah dan terkesan “tidak lucu” bagi korban yang di prank.
“Kalau prank tersebut menyisakan rasa emosi atau ilfil pada satu pihak itu bukan lagi kategori becandaan atau hiburan. Saya tidak menuju pada satu kasus yang ojek online saja, ini berlaku untuk semua bentuk prank yang dilakukan,” tegasnya.
Lalu, ditanyai mengenai batasan-batasan konten hiburan, Diah menjelaskan banyak alternatif lain yang bisa dilakukan oleh para pembuat konten. Namun, karena prank ini lebih menjamur dan sedang tren seperti challenge-challenge yang lain.
ADVERTISEMENT
Maka banyak orang yang senang mengikuti, apalagi dengan sifat warga indonesia yang cenderung “latah” pada sesuatu yang musiman. Seakan tidak mau ketinggalan mereka mulai mengikuti dan membuat konten tiruan bahkan bisa lebih ekstrem dari yang sudah viral sebelumnya.

Pembuatan konten harus disertai aturan dan batasan

Foto: Unsplash.com
Namun kembali lagi, meskipun sedang tren, pembuat konten harus tahu batasan-batasan dalam membuat konten hiburan. Diantaranya, menghargai orang lain, tidak mengambil hak orang lain apalagi jangan sampai membuat orang lain ilfil dan dendam karena diperlakukan seperti itu. Meskipun sifatnya surprise, tetap saja harus memerhatikan batasan-batasan tersebut.
Hal ini karena respon orang itu berbeda-beda, bisa saja dengan surprise yang diadakan korban menjadi trauma berlebihan. Bahkan bisa berakibat fatal jika dia memiliki penyakit tertentu seperti penyakit jantung. Pesan Diah sebagai psikolog menyarankan, carilah media yang lain untuk menghibur yang tidak melibatkan sesuatu yang unfaedah atau tidak bermanfaat dan hanya mebuang-buang waktu saja.
ADVERTISEMENT
“Saya pernah mendengar kutipan dari Mr.bean, kalau untuk membuat suatu cadaan itu perlu kejeniusan. Jadi untuk membuat orang tertawa itu tidak mudah dan dibutuhkan kecerdasan. Bukan hanya sekadar humor yang tidak jelas. Tapi di situ harus ada pesan tersembunyi dan permainan psikologis yang cerdas,’ tutupnya.