Konten Media Partner

Ibu Rumah Tangga Lebih Stres Dibandingkan Ibu Pekerja Full Time?

29 November 2019 21:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Ada ungkapan bahwa pekerjaan rumah tangga lebih berat dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan di luar sana? Hmmm... Benar tidak ya?
ADVERTISEMENT
Penulis sendiri belum berumah tangga, tapi sering dengar dan baca mengenai pernyataan tersebut. Salah satunya cerita dari Jennifer Pinarski, ia bercerita tentang perbedaan antara pengalaman yang ia jalani saat menjadi wanita karir dan setelah ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Cerita aslinya terangkum dalam Today's Parent.
Dia bercerita bahwa empat setengah tahun yang lalu, ia adalah perempuan pekerja full time yang fashionable dan selalu merasa nyaman memakai apapun. Waktu senggangnya selalu diluangkan untuk berlibur, berolahraga setiap hari dan membaca novel.
Bahkan hal yang paling membuatnya stres pun hanya sebatas untuk memutuskan di mana makan siang atau ketika ketahuan ada lipstik di gigi. Namun, apa yang terjadi setelah ia memutuskan menjadi ibu rumah tangga?
ADVERTISEMENT
"That was four-and-a-half years ago, when I still worked full-time—before I gave it all up to become a stay-at-home mom. Of course, it’s easy to look back on my working days with fondness, thinking I was happier," tulis Jennifer.
Ia merasa berbeda, rumahnya yang selalu rapi, kini tidak lagi dan selalu saja ada saat berteriak kepada anaknya. Jennifer merasa lebih bahagia ketika menjadi seorang pekerja full time.
Lalu, dua peneliti dari University of Akron, Adrianne Frech dan Sarah Damaske, menemukan bahwa ibu pekerja full time lebih baik secara fisik dan mental dibandingkan dengan ibu yang bekerja paruh waktu.
Hal ini mengonfirmasi bahwa pernyataan Jennifer tentang tingkat stres lebih rendah saat bekerja bukan hanya bayangan saja.
Foto: Unsplash.com
Damaske membuktikannya dengan tes biologi melalui pengukuran kadar hormon pada objek penelitian. Ia mengambil 122 sampel air liur laki-laki dan perempuan. Ternyata, saat di rumah kadar kortisol mereka meningkat. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa di rumah dengan anak-anak lebih stres dari pada di lingkungan kantor.
ADVERTISEMENT
Jennifer pun sempa diundang untuk membahas masalah ini. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa sih ibu rumah tangga lebih stres dibandingkan ibu yang bekerja full time? Hal ini dijawab oleh Christina Anderson yang saat itu menjadi direktur editorial Huffington Post, bahwa alasannya adalah karena ibu rumah tangga tidak mau mendelegasikan pekerjaan rumah tangganya pada orang lain termasuk pasangan.
Mereka terkesan sering bertanya-tanya:
"Apakah saya sudah melakukan yang terbaik?"
"Apakah saya sudah membesarkan anak dengan baik?"
Hmmm, penulis jadi inget sama tulisan Meira Anastasia dalam bukunya "Imperfect". Dia bercerita kalau ia jadi stres dan tidak mau merawat diri karena tidak mau mendelegasikan pekerjaannya pada orang lain.
Ia berdiskusi dengan Ernest Prakarsa, sebagai suaminya. Mengenai kenapa ia begitu cuek akan penampilan dan terkesan tidak memerhatikan dirinya. Lantas, jawabannya adalah ia membutuhkan asisten rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Meira bercerita, selama ini ia selalu berlagak bisa melakukan semuanya dari mulai bersih-bersih rumah sampai mengurus anak. Intinya ia melakukan yang terbaik. Namun, malah menimbulkan efek lain yang mungkin tidak disadari sumber masalahnya adalah hal itu.
Jadi bagaimana menurut pembaca, apakah kalian setuju?***