Kisah Nyata, Hikmah dari Kisah Cerai Muda

Konten Media Partner
19 Agustus 2019 20:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Nyata, Hikmah dari Kisah Cerai Muda
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kisah ini dikisahkan oleh seorang narasumber Temali. Nama sengaja kami rahasiakan.
ADVERTISEMENT
Hidup merantau jauh dari orangtua adalah suatu hal yang baru bagiku, apalagi tempat tujuanku adalah dua kota besar di Indonesia yang terkenal dengan dunia gemerlapnya, berbeda sekali dengan lingkungan di tempat asalku. Di sinilah ceritaku dimulai.
……..
Sebagai seorang anak kuliahan, rutinitasku memang seputar kampus dan kosan saja pada awalnya. Hingga memasuki masa pertengahan kuliah, aku mulai mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi dan forum, baik diluar maupun didalam kampus. Lingkunganku pada saat itu adalah orang-orang berjilbab dan terhitung taat dalam urusan agama. Memang kampusku meskipun berlokasi di kota besar yang banyak dijadikan objek wisata, tapi terkenal dengan budaya religiusnya.
Seperti kebanyakan orang pada usia dewasa awal, aku juga menjalin hubungan dengan lawan jenis, atau yang biasa disebut pacaran. Pada saat itu lingkunganku memang tidak banyak yang pacaran bahkan cenderung tidak biasa dan menolak, tapi bagiku tidak masalah, toh aku juga pacarannya jarang ketemu alias LDR (Long Distance Relationship).
ADVERTISEMENT
Terhitung dua kali dalam kurun waktu 4 tahun kuliah, ada orang yang mengajakku menikah. Pertama adalah pacarku yang berada di kota berbeda, dia mengajakku menikah karena butuh pendamping di lokasi penempatan kerjanya. Tapi jiwa mudaku pada saat itu merasa belum siap hingga akhirnya hubungan kami kandas.
Lalu orang yang Kedua, sudah sampai bertunangan. Orang sekampungku sudah tahu aku akan menikah. Tapi ternyata takdir berkata lain, rencana tidak berakhir semestinya. Aku gagal menikah dan akhirnya memilih untuk melanjutkan studiku terlebih dahulu ke jenjang Magister.
Hidup di kota besar, jauh dari orangtua dan bergaul dengan teman-teman yang heterogen menjadi tantangan besar bagiku di awal masa kuliah Magisterku. Aku yang sejatinya adalah gadis tulen dari desa, berubah menjadi cewe gaul ala ibu kota karena tuntutan pergaulan. Apa yang aku tampilkan di luar bukanlah aku yang sebenarnya. Semata-mata supaya diterima teman-teman serta menarik hati salah satu cowo di circle kami pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Cerita beralih ke kisah percintaanku yang baru. Ternyata setali tiga uang, cowo yang aku taksir juga punya perasaan yang sama denganku. Di awal, aku terpesona karena dia baik, terlihat dari kebiasan murah hatinya mentraktir teman-temannya serta membantu anak dari salah satu pegawainya.
Saat itu dirinya sudah punya sebuah agency di bidang analisis data yang ia bangun bersama teman-temannya. Ditambah dalam pandanganku ia sudah cukup mapan, terbukti dari agency nya yang sudah bisa menempati ruko milik sendiri dan dari ceritanya ia punya sebuah apartemen model dua pintu di daerah pusat ibu kota.
Waktu demi waktu, kami pun mulai beranjak ke tahap yang lebih serius. Meskipun memang aku akui belum mengenal sepenuhnya. Masih banyak yang misteri dan hal yang tampaknya disembunyikannya dariku. Bahkan beberapa kali saat chatting dengannya, yang membalas pesan darinya adalah temanku yang juga cewe asal kota tersebut dan kulihat ia lebih nyambung ngobrol dengan temanku ketimbang saat aku yang benar-benar membalas pesannya.
ADVERTISEMENT
Hingga pertemuan singkat kami dengan orangtua masing-masing pun terjadi, dalam rangka menyampaikan itikad baik. Tapi lagi-lagi aku pernah merasa sangsi, karena terlihat orangtuanya seperti tidak menyetujuiku dan malah memperkenalkan dirinya dengan perempuan lain selepas pertemuanku dengan orangtuanya. Tapi dia meyakinkanku bahwa aku tetaplah yang menjadi pilihan pertamanya.
Oh iya, ada satu cowo lagi yang berusaha mendekatiku. Teman satu jurusan di studi Magisterku. Sama-sama berasal dari tempat yang sama membuat dirinya merasa cocok denganku. Lulusan dari Al-Azhar Univesity Mesir dan melanjutkan S2 nya di Indonesia.
Bahkan setelah pertunanganku, ia masih sempat datang kerumah dan bertanya apakah aku sudah yakin dengan pilihanku atau belum, kalau belum, ia siap menjadi pendampingku kelak. Tapi aku yang saat itu sudah cukup lelah dengan persoalan seperti ini, dan tidak ingin putus-nyambung, lebih memilih laki-laki satunya yang kelak menjadi suamiku.
ADVERTISEMENT
Awal masa pernikahan kami semua berjalan seperti semestinya. Dua orang kekasih yang saling memandu api asmara. Meskipun akhirnya terbukti beberapa hal yang sempat aku pikirkan sebelum menikah. Ternyata bisnis agency analisis data milik suamiku tidak se-sukses yang aku kira dan apartemen miliknya ternyata model studio, bukan dua pintu seperti yang pernah ia katakan.
Jujur, di awal masa pernikahan, kondisi keuangan kami tidak pernah betul-betul stabil. Karena ternyata suami adalah pribadi yang tidak pandai dalam pengelolaan uang, sehingga aku yang harus betul-betul mengambil alih. Segalanya dicatat rapih dari mulai pemasukan hingga pengeluaran sebagai upaya menstabilkan keuangan keluarga. Setahun setelah kami menikah lahir anak pertama kami.
Pernah sewaktu-waktu aku datang ke ruko milik suami, dan kudapati salah satu rekan kerjanya sedang tidur bersama seorang perempuan yang bukan istirnya. Sontak hal ini mengundang amarahku. Di samping hal-hal lainnya yang membuatku merasa bahwa bisnis suamiku ini lah yang malah menjadi penyebab tidak stabilnya keuangan kami. Aku yang merasa lebih dominan dari suamiku, membubarkan bisnis tersebut dan menjual rukonya.
ADVERTISEMENT
Suami semenjak menikah cenderung pasrah akan setiap yang aku lakukan padanya. Dia pun menurutiku untuk melamar menjadi dosen di salah satu universitas swasta di ibu kota. Akhirnya dia pun diterima disana dan kondisi keuangan kami berangsur membaik. Hingga aku akhirnya merasa butuh untuk kembali aktualisasi diri dengan bekerja.
Lagi-lagi, aku yang merasa lebih dominan dari suami merasa bisa menentukan jalan hidupku sendiri. Akhirnya aku melamar menjadi dosen di kampus tempatku kuliah sarjana dulu dan diterima, kami pun Long Distance Marriage lalu anak kami titip ke orangtuaku di kampung.
Biasanya, setiap dua pekan atau sebulan sekali aku dan suami bertemu. Memandu kasih selayaknya pasangan suami istri. Tapi keanehan mulai terjadi setelah beberapa waktu berjalan. Suamiku selalu datang saat jadwal haid ku, padahal sebelumnya sudah kuberitahu jadwalnya.
Petaka pun dimulai, saat kami sedang berjalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan, aku melihat di handphone nya ada chat dari seorang perempuan. HP suami yang saat itu sedang aku pegang, membuatku terus menelusurinya, hingga aku temukan foto-foto tidak senonoh dalam chat mereka. Suamiku berselingkuh.
ADVERTISEMENT
Ia mencoba meredakan amarahku. Aku pun menolak untuk pulang karena takut terjadi KDRT. Jujur, sebenarnya aku sering melakukan KDRT sebagai istri kepada suami setiap aku marah padanya. Aku takut apabila kami pulang pada saat itu maka terjadi lagi. Akupun mencoba menenangkan diri, akhirnya kami terlebih dahulu ke masjid sebelum pulang.
Selang beberapa waktu, aku coba menghubungi perempuan yang berselingkuh dengan suamiku, namun ternyata jawaban darinya justru kurang ajar sekali. Tak sedikitpun menunjukkan rasa bersalah. Hingga akhirnya aku membongkar kebobrokan suamiku sendiri dengan selingkuhannya yang ternyata mahasisiwinya di sosial media.
Ternyata itu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku perbuat. Sebenarnya setelah itu suami sudah meminta maaf padaku dan berjanji memperbaiki keselahannya. Tapi karena tidak mampu menguasai diri, aku sebar juga di grup dosen univ nya serta grup kelurga, dengan dalih aku tidak mau tersiksa sendiri.
ADVERTISEMENT
Akhir cerita ini pun tampaknya sudah tertebak, suamiku dipecat dari jabatan dosennya dan dia yang merasa nama baiknya dihancurkan olehku, merasa sudah tidak tahan dan akhirnya menggugat cerai.
…………….
Hubunganku dengan suami sudah kandas dan kini aku menjadi single mom bagi anakku. Terkadang aku flashback perjalanan hidupku. Aku sadar, ternyata seburuk apapun suamiku seharusnya aku tetap menghormatinya dan tidak menyebarkan aib nya, terlebih ia sudah minta maaf dan berjanji berubah. Aku yang terlalu dominan dalam rumah tangga dan beberapa kali KDRT kepadanya, mungkin juga menjadi penyebab dirinya kehabisan kesabaran.
Kini yang aku lakukan adalah memulihkan diri sendiri setelah apa yang terjadi, serta mendekat diri ke Allah. Karena sebenarnya aku sadar, ini semua terjadi karena diriku mengabaikan petunjuknya dalam mencari pasangan hidup, yaitu cari yang agamanya baik dan lihat dulu siapa temannya. Semuanya sudah terjadi, tapi aku yakin, dibalik kesulitan, ada hikmah dan kemudahan.
ADVERTISEMENT
[Penulis: Izzudin | Editor: Nurul]