Manusia Lebih Cepat Ingat Sesuatu Saat Ambil Napas

Konten Media Partner
16 Februari 2019 7:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
And breathe. (Foto: Unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
And breathe. (Foto: Unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu, bahwa manusia lebih cepat mengingat saat sedang mengambil napas (inhale)? Bernapas cepat juga membantu seseorang lebih dapat merespon bahaya ketika takut.
ADVERTISEMENT
Tahukah kalian bahwa bernapas memiliki teknik tersendiri? Kita merasa tubuh sudah “otomatis” melakukan pernapasan sehingga alpa untuk memperhatikan kegiatan satu ini. Padahal, jika dilakukan dengan benar, akan membawa efek luar biasa.

Ilmuwan neurologi dari Northwestern University menemukan bahwa ritme dan cara bernapas mempengaruhi kerja neuron di otak. Terutama dalam aktivitas mengingat dan mengambil keputusan disaat emosional.

“Salah satu penemuan utama dari penelitian ini adalah, adanya perbedaan yang siginifikan pada aktifitas otak di amygdala dan hippocampus pada saat menarik napas (inhale) dan membuang napas (exhale)” ucap Christian Zelano, asisten professor neurology.
“Saat seseorang mengambil napas (inhale), kami menemukan ada rangsangan neuron pada indra penciuman, amygdala, hippocampus dan seluruh sistem limbik” tambah Zelano.
ADVERTISEMENT
Fakta ini ditemukan saat tim meneliti 7 pasien epilepsi yang menjalani operasi otak. Seminggu sebelum operasi, seorang ahli bedah menanamkan elektroda ke otak pasien untuk mengidentifikasi asal kejang. Ini memungkinkan para ilmuwan memperoleh data elektro-fisiologis langsung dari otak pasien.
Sinyal listrik yang terekam menunjukkan aktivitas otak berfluktuasi dengan pernapasan. Aktivitas ini terjadi di area otak tempat emosi, ingatan, dan bau diproses. Para ilmuwan kemudian meneliti pengaruh pernapasan pada fungsi kognitif yang biasanya terkait dengan beberapa area otak tersebut.
Bagian otak Amigdala memiliki fungsi berkaitan dengan pemrosesan emosional, khususnya rasa takut. Para ilmuwan kemudian membuat eksperimen pada sekitar 60 subjek di lingkungan laboratorium.
Subjek diminta untuk menebak ekspresi yang ditunjukan dalam gambar secepat mungkin. Hanya ada dua tipe ekspresi yang dipresentasikan, yaitu ketakutan dan kejutan.
ADVERTISEMENT
Ternyata, subjek lebih cepat mengenali wajah takut saat mengambil napas (inhale). Namun efek ini berkurang ketika subjek diminta bernafas melalui mulut.
Untuk meneliti fungsi memori (bagian otak hippocampus), dilakukan eksperimen berbeda. Subjek yang sama ditunjukkan gambar objek di layar komputer dan diminta untuk mengingat.
Peneliti menemukan bahwa subjek lebih cepat mengingat saat sedang mengambil nafas (inhale).

Temuan ini menyiratkan bahwa pernapasan cepat dapat memberi keuntungan ketika seseorang berada dalam situasi berbahaya.

"Jika Anda dalam keadaan panik, ritme pernapasan Anda menjadi lebih cepat … akibatnya, Anda akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menghirup udara dibandingkan ketika dalam keadaan tenang.” ujar Zelano.
“Dengan demikian, respons bawaan tubuh kita terhadap rasa takut dengan pernapasan yang lebih cepat dapat berdampak positif pada fungsi otak agar lebih cepat merespon bahaya di sekitar." lanjutnya
ADVERTISEMENT
[Penulis : Izzudin | Editor : radenrhea]