news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Masyarakat Komunal yang Mulai Individualis

Konten Media Partner
2 September 2019 21:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kehidupan bermasyarakat di Indonesia dikenal dengan relasi komunal dan interaksi sosialnya yang kuat. Hal ini dapat terlihat dari kehidupan bertetangga di Indonesia, terutama di area perkampungan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, dengan berjalannya waktu, menurut Yohanes Heri Widodo, Mahasiswa S3 Ilmu Psikologi UGM pada ujian terbuka untuk meraih gelar Doktor pada Selasa (29/1) di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM, menyebut bahwa masalah muncul ketika relasi komunal mulai bergeser menjadi relasi non-komunal.
Seiring dengan berubahnya juga bentuk pemukiman dari pedesaan menjadi perumahan seperti di perkotaan. Berdasarkan Clark & Milis (2011), relasi komunal lebih sehat secara psikologis dibanding relasi non-komunal atau yang bisa disebut pula relasi pertukaran sosial.
“Semakin banyaknya relasi non komunal membawa konsekuensi melemahkan interaksi dan interdepedensi kehidupan bertetangga yang berdampak negatif terhadap psikologis dan fisik bagi individu-individu di dalamnya,” Ujar Heri.
Apabila dilihat dari sudut pandang jenis pemukiman, maka masyarakat di Indonesia bagian barat memiliki relasi non-komunal yang lebih banyak ketimbang di Indonesia bagian timur.
ADVERTISEMENT
Contohnya terbukti dari lebih banyak pemukiman model perumahan atau komplek di Provinsi Jawa Barat dibandingkan dengan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Menurut Heri, perbedaan ciri tersebut membuat pula perbedaan pada cara pandang kedua jenis masyarakat terhadap dukungan sosial.
“Masyarakat komunal menganggap dukungan sosial sebagai bagian dari interdependensi yang memunculkan adanya jaminan dan rasa aman, sementara masyarakat non-komunal menganggapnya secara fungsional dalam konteks individual,” jelasnya.
Selain itu, Heri menjelaskan juga bahwa kebutuhan akan rasa aman ditafsirkan secara berbeda oleh kedua jenis masyarakat. Masyarakat non-komunal mendapat rasa aman didapat dari adanya pagar rumah, sementara masyarakat komunal didapatkan dari relasi yang dibangun dengan tetangga sekitarnya.
Selanjutnya Heri menambahkan dari penelitian, Landman (2010) bahwa pembatasan yang dibuat masyarakat non-komunal semacam itu tidak hanya akan berdampak negatif pada keberlanjutan relasi dengan masyarakat di luar perumahan. Namun, hal itu juga berdampak pada mereka yang tinggal di dalamnya.
ADVERTISEMENT
“Individu yang tidak mendapat dukungan sosial yang memadai akan meningkatkan depresi dan stres dalam dirinya. Sebaliknya, ketika mendapat dukungan sosial yang cukup, individu akan menjalani kehidupan dengan lebih positif sehingga lebih sehat tidak hanya secara psikologis, namun juga fisik,” ujar Heri menyimpulkan seperti yang dilansir dalam situs ugm.ac.id.
[Penulis: Izzudin | Editor: Nurul]