Melihat Peluang Bisnis di Tengah Wabah Corona

Konten Media Partner
21 Maret 2020 5:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pebisnis muda/Foto: Andreas Klassen dalam Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pebisnis muda/Foto: Andreas Klassen dalam Unsplash
ADVERTISEMENT
Meluasnya wabah virus corona di Indonesia telah berdampak ke berbagai sektor termasuk ekonomi dan bisnis. Pemerintah mulai menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing dan isolasi diri di dalam rumah guna mengurangi penyebaran virus. Oleh karena itu, beberapa usaha pun mulai lesu, mereka kehilangan pengunjung dan pembeli terutama mereka para pebisnis retail.
Sonny Rustiadi, Ph.D, Dosen Kelompok Keahlian Kewirausahaan dan Manajemen Teknologi Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB)/ Foto: Dokumentasi Pribadi
Sonny Rustiadi, Ph.D, Dosen Kelompok Keahlian Kewirausahaan dan Manajemen Teknologi Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), mengatakan kalangan bisnis tentunya sangat terpengaruh dengan kondisi wabah ini tidak terkecuali bisnis besar sampai ke bisnis mikro. Pengaruh tersebut berbeda-beda tergantung pada jenis dan skala industri
ADVERTISEMENT
"Industri retail seperti swalayan, kebanjiran para panick buyer. Apakah ini positif? Belum tentu juga, karena stok barang perlu dipikirkan. Belum lagi tingkat harga yang banyak diramalkan akan meningkat, untuk restock barang tersebut," kata Sonny.
Lalu, untuk bisnis yang terkait pekerjaan lapangan misalkan, bisnis interior dan sipil, property dan MICE (berhubungan dengan bisnis pariwisata dan pameran) tentunya juga sangat terpengaruh karena interaksi orang mulai dibatasi.
Sonny menambahkan, selain ada yang kesulitan, kondisi seperti ini juga dapat membuka kesempatan, seperti halnya yin dan yang. Misalnya bisnis seperti jasa antar barang dan jasa kirim makanan mengalami kenaikan yang signifikan sebagai akibat dari penerapan social distancing atau self isolation.
Sebagai seorang entrepreneur harus bisa jeli melihat kesempatan dan peluang positif yang bisa memberikan solusi bagi pasar saat keadaan seperti ini. Tentunya dengan menghindari praktik bisnis kurang terpuji seperti menimbun barang kebutuhan survival seperti hand sanitizer atau masker hanya karena mengejar keuntungan sesaat.
ADVERTISEMENT
"Ingat, bisnis intinya adalah memberikan solusi dan value bagi pasar dan menciptakan keberlanjutan dalam bentuk recurring customer atau disebut pelanggan setia," jelas Sonny.

Lalu, bagaimana dengan peluang memulai bisnis pada situasi wabah corona?

Foto: Paul Skorupskas dalam Unsplash
Entrepreneur yang baik tentunya bisa melihat peluang dalam segala situasi. Bila seorang pebisnis melihat peluang, segerakan untuk menangkapnya secepat mungkin. Masyarakat tetap akan mengeluarkan uangnya untuk barang kebutuhan, tapi mereka akan memilih mana yang menawarkan value atau benefit yang paling optimal dalam menghadapi isu wabah ini sesuai dengan skala prioritas kebutuhan mereka masing-masing.
"Kalaupun ada pebisnis yang menyadari ada suatu kesempatan, entah itu di bidang pakaian atau makanan, tentunya selalu ada jalan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Isunya adalah bagaimana masyarakat mencari barang tersebut dalam situasi wabah virus. Dengan banyak masyarakat menerapkan self isolation, secara logis penjualan via digital akan meningkat," jelas Sonny.
ADVERTISEMENT
Masyarakat akan beralih ke pembelanjaan digital karena membatasi datang ke tempat umum seperti mall dan pertokoan. Konsumsi dilakukan dengan perubahan perilaku belanja ke digital, baik itu melalui platform e-commerce, website atau sosial media.
"Dari segi teori marketing, yang perlu dipikirkan bisa memakai framework dasar dari Kotler yaitu marketing mix berupa product (apa yg ditawarkan), place (dimana mendapatkan), price (tingkat value for money) dan promotion (mendapatkan informasi tentang barang/jasa). Silakan berkompetisi dalam 4 hal ini, untuk bagaimana merebut pasar," tuturnya.
Adapun sektor yang diminati dalam jangka pendek terutama terkait isu wabah ini diantaranya sektor-sektor yang terkait dengan gaya hidup sehat. Misalnya, sekarang banyak yang mencari jamu dan extract tumbuhan seperti jahe dan kunyit juga bahan pangan organik, misalnya beras merah.
ADVERTISEMENT
Dalam jangka menengah yaitu beberapa bulan ke depan tentunya masyarakat akan dihadapkan dengan perayaan besar yaitu Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Dengan harapan wabah corona dapat mulai menurun, konsumsi lebaran paling besar ada di sektor pangan dan sandang, bahkan keduanya bisa menyebabkan tingkat inflasi meningkat.
Sementara itu dalam jangka panjang atau dalam hitungan tahun, Sonny mengatakan, isu green dan environment friendly sangat kuat di mana-mana.

Tips dan trik bisnis

Foto: Emma Matthews dalam Unsplash
Meskipun menghadapi wabah, masyarakat tetap akan mencari kebutuhan yang harus dipenuhi . Fokus utama tentunya adalah life survival. Untuk pebisnis yang sudah menjalankan usahanya, Sonny menyarankan kamu tetap menjalankan komunikasi dan observasi perilaku customer.
Para entrepreneur perlu memahami apa yang customer butuhkan saat ini dan mencoba menghubungkan kebutuhan mereka dengan produk/jasa yang diproduksi. Contoh paling terkini adalah bagaimana satu perusahaan seluler kemudian memberikan kuota gratis untuk bisa digunakan mengakses platform belajar. Kemudian, contoh lain misalnya bagaimana platform transportasi online memberikan diskon besar untuk menggunakan jasa antar makanan bagi pelanggan mereka.
ADVERTISEMENT
"Pebisnis bisa mencontoh tindakan ini dengan mencari touch point (segala sesuatu yang bersentuhan dengan konsumen) yang memungkinkan bisnis dapat membantu pelanggan dalam menghadapi wabah ini," ujar Sonny.
Untuk bisnis kecil, para pengusaha harus bisa mencari cara untuk mengurangi resiko saat transaksi berlangsung. "Contoh tukang sayur yang melayani kompleks rumah ibu saya, dia sekarang melayani permintaan ibu-ibu dalam membeli kebutuhan sayuran dan buah."
"Jika sebelumnya tukang sayur ini membeli stok sayur dan buah, lalu menawarkan keliling kompleks. Sekarang dia mengurangi belanja stok dan membeli buah serta sayuran sesuai pesanan pelanggan di hari sebelumnya. Dengan cara itu, tukang sayur dapat mengurangi resiko membeli stok barang yang tidak diperlukan oleh pelanggan," jelas Sonny lagi.
ADVERTISEMENT
Ini dikenal dengan inovasi model bisnis. Model bisnis inovatif yang baru perlu dipikirkan sehingga pebisnis tetap dapat melayani customer. Apalagi dengan anjuran melakukan self-isolation tentunya memberikan tantangan tersendiri.
Misalnya bisnis dimana karyawan bekerja di rumah; bagaimana proses bisnis tetap berjalan, bagaimana proses produksi barang/dan jasa dapat dijaga dengan melakukan social distancing dan lain sebagainya. Kalaupun bisnis melakukan outsourcing, bagaimana pebisnis kemudian dapat tetap menjamin kualitas barang/jasa.
Sementara itu, untuk kamu yang baru akan memulai bisnis, Sonny menyarankan untuk menghitung potensi untung yang didapatkan serta modal yang dimiliki untuk memulai usaha. Saat ini sebagian besar investor menahan tindakan investasi karena melihat perkembangan ekonomi karena wabah.
Oleh karenanya, seseorang yang akan memulai bisnis harus memodali sendiri usahanya tersebut (bootstrap). Hitung dengan baik seberapa lama modal kamu akan bertahan beserta potensi keuntungan yang akan diperoleh. Bila kamu sudah yakin, silakan mulai perjalanan bisnismu.
ADVERTISEMENT
Tips lain untuk kalian pemula adalah dengan mempertimbangkan skala bisnis. Mulailah bisnis dengan skala yang sesuai dengan modal yang dimiliki. Buang semua fat, biaya yang tidak urgent. Sehingga bisnis dimulai dengan langsing (lean start).
"Segerakan untuk mengamankan aliran kas, karena kas adalah darah bagi bisnis. Kurang kas bagi bisnis adalah seperti tubuh yang kekurangan darah, tinggal menunggu kematian," tuturnya lagi.
Terakhir, Sonny memberikan pesan bahwa dunia tetap berputar. Peluang bisnis selalu terbuka bagi mereka yang jeli melihatnya dan gesit dalam meraihnya. Perlu nyali dan pertimbangan ekstra di tengah kondisi wabah ini, karena pasar bertindak emosional dan di luar perilaku biasa. Optimisme diperlukan seorang pebisnis, tapi bukan tanpa pertimbangan yang matang.
ADVERTISEMENT
"Ingat, pebisnis yang baik adalah bukan penerjun yang meloncat dari sebuah pesawat tanpa persiapan dan tanpa membawa peralatan apapun, tapi mereka adalah penerjun payung yang melompat dari pesawat dengan membawa parasut dan persiapan baik sehingga mendarat dengan sukses di sasaran," tutupnya***