Memahami Denial Syndrome dan Bagaimana Cara Terlepas dari Jebakannya

Konten Media Partner
31 Januari 2020 20:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Denial, rasanya sering banget diucapkan oleh para kaum muda yang sedang dimabuk cinta. Bahkan kalau dilihat-lihat di situs cerita pendek atau cerita bersambung, banyak penulis yang memutuskan untuk mengambil kata denial sebagai judul dari cerita fiksi karangannya. Lalu sebenarnya apa sih denial itu?
ADVERTISEMENT
Menurut tokoh dan ilmuwan psikologi, Sigmund Freud, denial merupakan salah satu bentuk dari self defense mechanism. Penyangkalan atau denial biasanya dilakukan oleh orang yang sedang stres berat akibat kejadian-kejadian yang dirasa akan membuatnya terluka dan menyakitkan.
Denial dilakukan untuk mengurangi stres dan kecemasan akibat dari tekanan yang mereka alami. Dalam keadaan tersebut, seseorang yang melakukan denial tidak bisa menerima atau menolak kejadian itu sehingga yang dia lakukan adalah menyangkalnya dan mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah benar. Meskipun sudah ada banyak bukti atau data faktual yang ditunjukkan.
Dilansir dari mayoclinic.org, pada awalnya melakukan denial mungkin akan membantu, terutama untuk masalah yang sifatnya jangka pendek karena dapat menurunkan tingkat emosi dan stres pada pikiran kita. Namun, jika denial sering dilakukan pada berbagai masalah seperti dalam keretakan hubungan, masalah ekonomi atau masalah pribadi itu bisa berbahaya.
ADVERTISEMENT
Pahami kembali tiga tujuan orang melakukan denial, pertama, tidak mau mengetahui masalah-masalah sulit dalam hidup atau tidak mau pusing. Kedua, menghindari masalah-masalah yang terjadi dan yang ketiga, ingin mengurangi konsekuensi dari masalah tanpa mau menghadapinya. Oleh karena itu, denial yang dilakukan secara terus menerus tidak sehat untuk mental kita.
Lalu, kapan denial bisa digunakan dengan tepat?
Foto: Unsplash
Denial syndrome bisa membantu dan bisa juga berbahaya. Denial akan membantu jika digunakan pada periode yang singkat. Misalnya, denial digunakan untuk membuat pikiran kita lebih tenang dan berusaha untuk memahami masalah-masalah yang membuat kita terkejut dan merasa tidak nyaman karena cemas.
Namun, denial akan berbahaya jika dilakukan secara terus menerus pada periode yang terjadi cukup panjang. Misalnya, kamu atau temanmu merasakan sakit di tubuh dan itu berlangsung cukup panjang. Alih-alih memeriksakannya, kamu lebih percaya pada sikap denial yang ada dalam dirimu. Mengatakan bahwa itu hal sepele dan tidak akan terjadi apa-apa. Penanganan atau tindakan yang terlambat bisa berakibat fatal untuk beberapa kasus.
ADVERTISEMENT

Mengatasi dan bergerak dari denial syndrome

Foto: Unsplash
Untuk dapat mengatasi dan bergerak dari sikap denial, kita harus benar-benar dalam keadaan tenang. Tidak apa-apa jika kamu mengatakan, "aku sedang tidak mau memikirkan itu" atau "it's okay nanti juga baik lagi" pada saat pertama kali mendengarkan kabar atau megalami kejadian tertentu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, denial ini dilakukan agar emosimu bisa terkendali. Kamu juga mungkin perlu beradaptasi dengan hal yang baru saja kamu alami tersebut.
Lalu, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah jujur tentang apa yang baru saja kamu alami, pikirkan tentang konsekuensi negatif yang akan terjadi, jika kamu tidak segera mengambil tindakan. Biarkan dirimu mengekspresikan dan mengalirkan emosi agar kamu bisa benar-benar tenang setelahnya. Jika butuh bantuan untuk melakukannya, kamu bisa mengehubungi teman terdekat atau seorang profesional.
ADVERTISEMENT
Lalu, selanjutnya, coba periksa denial yang telah kamu lakukan, apa yang tidak rasional dan hal yang kamu yakini tapi sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan. Tulislah dalam jurnal, uraikan masalahnya secara perlahan. Mintalah saran pada teman atau orang terdekatmu.
Jika kamu merasa kewalahan, benar-benar stress dan terjebak dalam fase denial. Pertimbangkan kembali untuk berbicara pada seorang profesional. Mereka akan membantumu untuk menemukan solusi dan mengatasi setiap permasalahan yang kamu alami dengan treatment tertentu. Ini lebih baik daripada kamu terus menerus berpura-pura dan melakukan penyangkalan***