Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Mengajak Suami Membangun Misi Hidup Keluarga
5 Oktober 2019 10:49 WIB
Diperbarui 30 November 2019 14:42 WIB
ADVERTISEMENT
Penulis: Elma Fitria
Co-Founder Sekolah Alam Yogyakarta (SAYOGYA), Praktisi Pendidikan berbasis Fitrah
Setahun yang lalu, pada 6 Agustus 2018 saya mengisi kuliah Whatsapp (kulwap) dengan tema Personality of Our Family oleh Ibu Profesional Solo Raya terbuka untuk umum.
ADVERTISEMENT
Dalam kulwap tersebut diajukan 10 pertanyaan, namun di sini penulis akan membahas 1 pertanyaan.
Pertanyaan:
"Suami saya orang yang sangat padat aktivitas. Saya dengan 5 anak berusaha untuk menyesuaikan. Keluarga kami belum membentuk team.
Saya selaku orang yang pertama mendapat ilmu dan menyadari pentingnya bersama menentukan visi misi keluarga secara serius. Bolehkah saya sendiri dulu menyusun apa-apa yang menurut saya keunikan kami sembari konfirmasi kepada suami. Atau bagaimana baiknya?"
Tanggapan:
Misi hidup adalah sesuatu yang Allah berikan pada hidup kita, bukan rumusan atau bentukan kita. Oleh karenanya yang perlu dilakukan adalah hening mengamati alur hidup kita selama ini, dan membaca apa pesan besar yang berulang dalam hidup kita. Sebuah pesan yang kita rasakan betul itu hikmah berulang yang selalu terkait dengan kapasitas keunikan kita.
ADVERTISEMENT
Memandang hidup secara kontemplatif dan mendalam ini pertamanya adalah tugas suami. Karena beliau lah yang memegang kendali atas arah biduk rumah tangga.
Dalam memikirkan jalan dan arah jalannya biduk rumah tangga ini, suamilah yang paling memegang peran penting untuk menentukan jadi keluarga ini mau dibawa kemana.
Lalu bagaimana jika suami sibuk? Atau istri justru yang dapat ilham duluan? Atau istri yang tampaknya cukup leluasa hening merenungkan perjalanan hidup keluarga selama ini ?
Maka istri dapat berperan sebagai pengamat dan penyuplai data. Namun tidak perlu sampai merumuskan.
Istri dapat menyuplai informasi yang diamati, misalnya :
ADVERTISEMENT
Informasi penting ini menyiratkan sebuah pesan besar berulang dari Allah yang istri amati pada hidupnya sendiri.
Suami juga tentu perlu waktu dan ruangnya sendiri untuk mengamati hal ini dalam hidupnya. Dan istri perlu percaya penuh memberi ruang dan waktu kepada suami, tidak perlu diburu buru. Take your time calmly.
Perhatikan contoh hasil pengamatan di atas.
Tidak ada ambisi disana. Tidak ada rumusan target atau impian buatan sendiri. Yang ada hanya pengamatan apa adanya atas kisah hidup yang Allah anugerahkan pada kita.
Dan berusaha sedalam mungkin mengamati sebenarnya apa hikmah dan pembelajaran besar dan berulang yang Allah ilhamkan kepada kita. Begitulah kita diarahkan menuju misi hidup kita.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya menjadi penting bahwa informasi informasi seperti ini terus didiskusikan dengan suami. Karena informasi seperti ini teramat penting bagi sang nakhoda.
Suamilah yang memilih untuk menikahi kita, tentu beliau sadar bahwa tanggungjawab nya adalah sebesar setengah agama, mitsaqan ghalizha. Beliau akan mempertanggungjawabkan istri dan anak-anaknya kelak di hadapan Allah SWT.
Oleh karenanya merumuskan visi keluarga memang adalah gabungan dari berbagai informasi ini, perenungan suami, serta apa yang beliau lihat ke depan.
Maka ini memang jatah dan ranahnya suami, Allah akan mudahkan ia merumuskannya. Sungguh akan Allah mudahkan setiap pemimpin melihat ke depan dan merumuskan misi, jalan, strategi. Allah akan lebihkan ia di tugas kepemimpinan yang Allah mandatkan.
ADVERTISEMENT
Sebagai istri, tugas kita adalah percaya sepenuhnya dan rajin menyuplai data pengamatan.
Bagi ibu-ibu yang telah dianugerahi anak anak, semakin banyak anak tentu semakin banyak data yang bisa diamati. Setiap anak Allah pasangkan pada keluarga yang telah Allah tentukan, maka hadirnya anak, karakter anak, perjalanan hidup masing-masing anak juga adalah bagian dari rencana besar Allah terhadap arah biduk keluarga ini.
Amat banyak cerita di sekitar kita tentang keluarga yang perjalanan hidupnya justru sebagian besarnya ditentukan oleh kondisi dan perjalanan hidup sang anak, dan dari sinilah Allah beri misi keluarga ini untuk bermanfaat bagi umat.
Contoh terdekat yang melintas di pikiran saya misalnya pasangan suami istri orang tuanya Bella, yang rutin diceritakan di akun IG @illonaillonalona.
ADVERTISEMENT
Perjuangan sepasang suami istri mendampingi perjalanan hidup anaknya yang dianugerahi berbagai kondisi fisik, menempa kekuatan luar biasa pada diri mereka, sehingga justru kekuatan hati merekalah yang jadi sumber inspirasi bagi orang lain.
Ustadz Harry Santosa (Penulis Fitrah Based Education) berkali kali menekankan dalam tulisan status Facebook beliau, bahwa misi keluarga itu dibangun di atas misi pribadi sang suami, yang ajeg, tumbuh dengan fitrah yang sehat. Kemudian, suami bertemu dengan istri yang siap mendukung misi tersebut, juga memiliki misi yang selaras.
Selanjutnya, dari situ Allah bangun sebuah keluarga yang misi bersamanya adalah bentuk sinergi terbaik dari keunikan hidup istri dan suami.
Dari penjelasan Ustadz ini pun kita jadi bisa meyakini bahwa Ayah Bella berperan besar menjad pengarah dalam keluarga Bella. Sebagaimana Pak Dodik berperan besar dalam menjadi pengarah di keluarga BU Septi Peni dan anak anaknya serta IIP se-Indonesia; serta Pak Risman Musa berperan besar menjadi pengarah dalam keluarga Bu Elly Risman dan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Masih banyak lagi contoh keluarga yang sedang menjalani misi besarnya, yang mereka terima sebagai pemberian dan petunjuk Allah, dikondisikan oleh Allah, diarahkan oleh Allah, diperjalankan oleh Allah.
Selamat mengamati perjalanan hidup dan keunikan diri setiap anggota keluarga. Suplailah semua data pengamatan tersebut pada suami, dan tempatkan sang nakhoda rumah tangga kita sebagai pemegang panji dan penentu arah dan misi keluarga kita.
Tulisan Elma Fitria yang lain dapat dilihat di elmafitria.wordpress.com
[Editor: Tristi]