Mengapa Manusia Sulit Memahami Orang Lain

Konten Media Partner
23 Maret 2019 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengapa Manusia Sulit Memahami Orang Lain
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sifat alami seorang manusia adalah melihat dunia melalui matanya sendiri. Meskipun bertentangan dengan nasihat yang sering kita dengar, yaitu untuk belajar melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Semata-mata untuk melatih empati diri kita, suatu tujuan yang tinggi tapi terkadang sulit untuk dipahami.
ADVERTISEMENT
Pengalaman hidup kita berbeda-beda, dan tak mudah bagi kita untuk 'masuk' dan memahami pengalaman subyektif setiap orang. Itu sebabnya seseorang memiliki identitas pribadi yang tidak diketahui orang lain. Mungkin kita bisa menilai seseorang dari cara ia bertindak dan merespons sesuatu, tapi kita tidak pernah mengetahui latar belakangnya kecuali bercerita dan memberi tahu.
Bahkan kita yang mencoba memiliki toleransi sehat terhadap sudut pandang yang berbeda kadang-kadang membuat diri kita berpikir, "Bagaimana mungkin kamu bisa memercayai apa yang kamu katakan dan yakini?"
ADVERTISEMENT
Contoh besarnya adalah kepercayaan beragama. Terkadang kita memandang keyakinan beragama orang lain dari sudut pandang dan latar belakang pengalaman pribadi. Lantas bertanya, “Bagaimana mungkin kamu percaya pada dewa?”, “Kenapa kamu mau repot-repot ibadah lima kali sehari?”, “Untuk apa kamu melakukan pengakuan dosa?”, atau “Apa yang membuatmu percaya manusia yang sudah mati akan dibangkitkan kembali?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering muncul ke permukaan dan tak jarang pula menghadirkan stigma negatif yang berakhir dengan kebencian.
Inilah intinya, menurut Psikolog Mark Alicke dalam Psychology Today, adalah wajar untuk gagal memahami dari mana orang lain berasal dengan apa yang diyakininya. Pasalnya kita tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti apa yang sudah dialami seseorang. Tetapi, seringkali kita berasumsi bahwa pandangan dan cara mereka salah.
ADVERTISEMENT
Beberapa hal yang sering membuat kita memandang salah orang lain adalah perbedaan perbedaan politik, ras, lingkungan gender, dan sebagainya. Percayalah, saat kita tidak setuju dengan orang lain, berselisih dan membenci mereka karena perbedaan-perbedaan yang mendasar tersebut, sebenarnya itu adalah identitas pribadi mereka yang masuk ranah privasi.
Sudah menjadi hakikat setiap manusia berbeda-beda sudut pandang, latar belakang, dan keyakinan. Hal yang menjadi tugas masing-masing manusia adalah menghormati perbedaan tersebut, tidak lagi memandang lebih rendah pada umat manusia lain yang berbeda serta belajar menilai dari sudut pandang orang lain seperti nasihat yang sering kita dengar.
[Penulis : Izzudin|Editor : Nadhira]