Studi: Cuaca Berpengaruh pada Mood Seseorang

Konten Media Partner
13 Februari 2020 17:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Photo: Riki on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo: Riki on Unsplash
ADVERTISEMENT
Apakah kamu percaya kalau cuaca memang bisa memengaruhi mood atau kondisi diri?
ADVERTISEMENT
Menurut 6seconds, sebuah organisasi yang bergerak di bidang emotional intelligence, emosi adalah zat kimia yang diproduksi oleh tubuh sebagai bentuk respons dari rangsangan yang diterima. Otak hanya perlu ¼ detik untuk mengidentifikasi pemicunya ditambah ¼ detik lagi untuk memproduksi zat ini.
Emosi biasanya hanya bertahan setidaknya 6 detik. Dari emosi, terbentuk feeling. Feeling terjadi ketika emosi ‘dirasakan’ dan ‘diresapi’ oleh individu. Feeling merupakan sensasi atas rangsangan emosi yang diresapi. Berbeda dengan mood—mood merupakan campuran dari feeling dan emosi yang bertahan selama periode waktu yang lebih lama.
Mood dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (cuaca, penerangan, suasana, dan lain-lain) atau oleh faktor internal (apa yang sedang difokuskan dan emosi yang sedang dirasakan).
ADVERTISEMENT
Pelbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara cuaca dengan mood manusia. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa cuaca memengaruhi mood manusia pun menghasilkan pro dan kontra. Ada yang membenarkan, ada pula yang tidak.
Suhu yang Lebih Hangat Menaikkan Mood
Suhu adalah salah satu bagian dari cuaca. Cuaca yang terjadi di kehidupan sehari-hari lebih memengaruhi mood negatif dibandingkan mood positif. Pernyataan ini sejalan dengan hasil sebuah penelitian bahwa, semakin hangat suhu yang dirasakan, maka dapat menaikkan mood seseorang yang sedang rendah. Bila manusia yang sedang merasa sedih tidak mendapat cahaya matahari atau udara segar yang cukup, maka akan merasa lebih sedih.
Alasan lain dibalik pengaruh suhu terhadap mood yakni penggunaan energi dalam tubuh untuk bertahan di suhu tertentu. Sebagai contoh, imun tubuh manusia berusaha lebih keras saat musim dingin. Imun berusaha untuk membuat tubuh lebih hangat dan jantung berdetak lebih cepat. Akibatnya, energi yang dikeluarkan berfokus pada hal tersebut dan tidak ada yang tersisa untuk melakukan aktivitas yang lain.
ADVERTISEMENT
Hal ini menyebabkan, seseorang ingin makan lebih banyak pada musim dingin. Akan tetapi, kamu bisa menjadi lesu kembali karena terlalu banyak mengeluarkan energi untuk mencerna makanan. Selain itu, imun tubuh lebih rentan terkena penyakit. Penyakit yang dialami menyebabkan turunnya mood manusia. Ia merasa kesal dan kecewa karena harus sakit di tengah musim dingin yang ada.
Photo: Ryoji Iwata on Unsplash
Hujan dan Mood
"Hujan itu 1% air dan 99% adalah kenangan."
Kalian pasti sering melihat kalimat sejenis itu, ya kan?
Tecsia Evans, seorang psikolog klinis berpendapat, manusia rentan merasa sedih di kala hari mulai mendung dan gelap. Perubahan mood menjadi sedih atau merasa rendah diri waktu terjadi hujan juga merupakan hal yang biasa.
Pada dasarnya, orang bisa memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap hujan. Beberapa orang bisa merasa nyaman saat hujan turun tapi ada juga yang langsung merasa depresi oleh hujan. Hanya saja hujan yang terus menerus turun selama beberapa hari memang bisa terasa menyebalkan.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, bila kamu merasa mood mu turun di saat hujan, jangan biarkan dirimu terdiam dalam kesendirian dan kegelapan. Kamu bisa memulai dengan menyalakan lampu di ruanganmu. Kamu juga bisa melakukan aktivitas yang menyenangkan. Seperti, nonton film, membaca komik, membaca buku, atau bermain game.
Satu hal lagi, pernahkah kamu merasa tiba-tiba mengantuk dan malas melakukan apa pun saat langit sangat gelap atau saat kamu berada di ruangan dengan penerangan yang sangat minim? Ketiadaan cahaya bisa meningkatkan produksi melatonin yang akhirnya membuat melatonin inilah yang bisa membuat kamu mudah tidur.
Cuaca Esktrem Mendorong Keadaan Lebih Buruk
Cuaca yang dirasakan seseorang dapat menjadi terlalu panas atau terlalu dingin. Perbedaan cuaca yang ekstrem ini turut memengaruhi perilaku manusia. Hsiang, dkk menyatakan, semakin panas suhu di suatu daerah, maka akan mendorong perilaku agresif pada manusia.
ADVERTISEMENT
Mungkin hal ini pernah kamu alami? Ketika mengendarai motor di bawah terik matahari yang kencang, kamu cenderung ingin terburu-buru. Tidak memedulikan pengendara yang lain. Bila ada pengendara yang mengganggu perjalananmu, ingin rasanya mengumpat atau marah-marah nggak jelas. Ada yang begitu?
Akan tetapi, penelitian Hsiang ini sekadar menjelaskan adanya hubungan antara suhu panas dengan perilaku agresif. Belum menjelaskan secara detail mengapa cuaca bisa menyebabkan ini terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Marie Connolly turut mendukung cuaca memengaruhi kondisi manusia. Dalam penelitiannya, Marie menjelaskan, perempuan yang mengikuti wawancara di hari sangat panas (bersuhu sangat tinggi) atau hujan turun lebat, menunjukkan kepuasan hidup yang turun. Sementara itu, beberapa merasa kepuasan hidupnya naik ketika suhu yang sedang-sedang saja dan tidak ada hujan.
Photo: Kristina Tripkovic on Unsplash
Seasonal Affective Disorder
ADVERTISEMENT
Seasonal Affective Disorder (SAD) adalah gangguan depresif yang terjadi secara musiman. SAD juga sering dikenal sebagai winter depression, winter blues, atau seasonal depression. Layaknya sebuah musim yang berubah-ubah, SAD dialami tergantung pada musim yang sedang terjadi.
Penyebab seseorang terkena SAD ialah kurang menerima sinar matahari yang masuk ke otak. Sedikit sinar matahari yang diterima menjelaskan kenapa SAD seringkali dialami pada musim gugur atau dingin. Hanya sedikit orang yang mengalami SAD di musim semi ataupun panas.
Manusia membutuhkan sinar matahari dalam hidupnya. Paparan sinar matahari yang diterima oleh tubuh, mendorong proses kimiawi yang terjadi di otak agar menghasilkan hormon serotonin. Hormon ini merupakan hormon yang baik bagi tubuh manusia. Dengan demikian, manusia merasa lebih waspada, bersemangat, dan gembira.
ADVERTISEMENT
Seseorang dengan SAD diharuskan terkena sinar matahari yang cukup dengan beraktivitas di luar rumah, terutama di pagi hari. Jika cuaca yang terjadi adalah berawan tebal dan gelap, bisa disiasati dengan cahaya buatan.***
[Penulis: Risky Aprilia]