Konten dari Pengguna

Begini Cara teman kumparanMOM untuk Antisipasi Kasus Bullying Anak di Sekolah

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
22 November 2024 17:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bullying di Korea Selatan. Foto: CGN089/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bullying di Korea Selatan. Foto: CGN089/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Maraknya kasus bullying di sekolah membuat orang tua harus waspada dan berhati-hati. Baru-baru ini, ada kasus bullying yang melibatkan tindak pelecehan dan penghinaan yang dilakukan orang tua terhadap anak.
ADVERTISEMENT
Dihimpun dari beberapa sumber, ternyata ini merupakan buntut dari masalah bullying dan saling ejek yang dilakukan antarsiswa. Karena tak terima diejek, salah satu siswa melaporkan kepada orang tuanya. Alhasil, orang tuanya pun datang ke sekolah untuk membalas tindakan pembullyan yang dilakukan terhadap anaknya.
Sayangnya, sikap orang tua dalam kasus ini dianggap tidak bijak oleh sebagian pihak. Sebab, selain memaksa anak untuk meminta maaf sambil bersujud, orang tua tersebut juga memaksanya untuk menggonggong layaknya anjing.
Tindakan pelecehan dan penghinaan yang dilakukan oknum orang tua ini viral dan mendapat kecaman publik. Banyak yang menyayangkan tindakannya dalam menyelesaikan masalah personal yang dialami anaknya.
Belajar dari kasus ini, tentu orang tua harus lebih berhati-hati ya dalam merespons kasus bullying yang terjadi di sekolah. Member teman kumparan akan membagikan pandangannya soal ini. Seperti apa?
ADVERTISEMENT

Respons Member teman kumparanMOM Saat Anak Jadi Korban Bullying

Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
Kasus pembullyan memang tidak bisa dianggap remeh, Moms. Apabila dibiarkan dan tidak ditangani dengan baik, kasus ini bisa merugikan banyak pihak, termasuk siswa, orang tua, dan sekolah.
Member teman kumparanMOM punya trik khusus untuk mengantisipasi bullying pada anak di sekolah. Misalnya Mom Titiek yang selalu ajarkan anak tata krama yang baik di rumah. Jadi, ia tidak kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain di luar rumah.
“Misalnya di playground aku biasa kasih arahan ke anak, khususnya soal tata krama. Kalau jalan melewati orang harus bilang permisi, kalau ingin meminjam mainan harus bilang, dan lainnya,” ujar Mom Titiek.
Sementara Mom Yani mengantisipasinya dengan cara mengajarkan kepada anak bahwa pembullyan bukanlah tindakan yang baik. Ia memberi tahu anak jika tidak ingin di-bully, maka jangan jadi seorang pembully.
ADVERTISEMENT
“Aku juga suka mewanti-wanti anak supaya menghindari teman-teman yang suka membully atau bertindak kasar," katanya.
Tentu, tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi korban pembullyan. Namun, jika hal itu terjadi, orang tua harus tahu bagaimana caranya untuk bersikap.
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
Mom Yani percaya bahwa komunikasi dan diskusi bisa jadi jalan keluar yang paling aman untuk mengatasi kasus bullying di sekolah. Langkah pertama yang bisa dilakukan yaitu membicarakan masalah tersebut kepada wali kelas dan orang tua siswa yang bersangkutan.
Lewat diskusi tersebut, kedua belah pihak bisa mencari solusi yang diinginkan. Harapannya, pelaku pembullyan mendapatkan hukuman yang tepat dan tidak mengulangi perbuatannya lagi di masa depan.
Namun jika pelaku terus mengulangi perbuatannya, apalagi sampai merusak mental anak lain, Mom Yani tak segan untuk meminta tindakan tegas dari pihak sekolah. Sehingga, pelaku bisa jera dengan perbuatannya tersebut.
ADVERTISEMENT
“Semoga kasus bullying di sekolah Indonesia dapat ditangani dengan baik oleh banuyak pihak ya. Dan semoga pelaku ditindak dengan tegas supaya tidak mengulangi perbuatannya lagi,” harapnya.
Nikmati serunya sharing hal-hal seru dengan ribuan teman baru di komunitas teman kumparan kum.pr/temankumparan