Hobi Jadi Bisnis, Bagaimana Caranya?

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
17 Maret 2020 16:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hobi mengoleksi sepatu sneakers yang digandrungi milenial. Foto: Arie Nugroho
zoom-in-whitePerbesar
Hobi mengoleksi sepatu sneakers yang digandrungi milenial. Foto: Arie Nugroho
ADVERTISEMENT
Mengoleksi sneakers, bukan hanya sekadar hobi. Bagi sebagian anak muda, sneakers dapat menjadi salah satu peluang investasi yang menggiurkan.
ADVERTISEMENT
Arie Nucky adalah salah satu orang yang memanfaatkan peluang tersebut sebagai celah untuk berbisnis. Sosok yang merupakan founder dari @ninety9plus ini menceritakan awal mula perjalanan bisnis sneakers yang telah ditekuninya selama kurang lebih 3 tahun.
Bagi Arie Nucky, wirausaha adalah suatu hobi yang sudah ditekuni sejak tahun 2000-an. Mulanya, ia senang berniaga atau berperan sebagai broker pada proses jual beli. Ketika temannya ingin membeli barang, ia dengan senang hati menawarkan bantuan mencarikan barang tersebut. Ia kemudian menyebut pekerjaannya itu sebagai mediator atau mak comblang.
Arie Nugroho, pemilik @ninety9plus yang kerap disapa 'Nucky'. Foto: Arie Nugroho
“Gue memang suka berniaga alias menjadi broker sejak tahun 2000-an. Siapa yang punya barang dan pengin dijual, akan gue tampung infonya. Sampai pada satu hari, ada orang yang mau beli barang. Kebetulan teman gue mau jual, langsung deh gue pertemukan si penjual dan pembeli tersebut, jadi semacam mediator atau mak comblang,” ujar Arie Nucky kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Arie mengaku sudah menaruh perhatian pada sneakers sejak awal masuk di bangku kuliah. Kini, ia telah mengelola toko sepatu bernama @ninety9plus yang tersedia secara online maupun offline.
Pada kumparanTALK kali ini, Teman kumparan berkesempatan membahas bagaimana suka dan duka seorang Arie Nucky dalam menekuni hobi yang dijadikan sebagai bisnis. Seperti apa keseruannya? Simak obrolannya di sini.
kumparanTalk: Cerita Reseller Sneakers. Foto: dok. kumparan
Pertanyaan: Bagaimana caranya agar bisnis tetap bisa bermanuver di tengah-tengah kondisi pasang surut orderan? Dan bagaimana membangun link yang solid dalam bisnis tersebut?
Jawab: Kalau aku, caranya agak tradisional sih. Intinya, hubungan baik antara customer lama dengan kita (penjual) harus terus dijaga. Ini artinya penjual harus selalu memberikan servis maupun pelayanan dan atensi yang gak kurang kepada pembeli, tapi justru lebih.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan: Apa saja tips jualan online ala Arie Nucky supaya followers dan penjualan meningkat?
Jawab: Followers naik maksudnya? Kalau itu caranya buat konten semenarik mungkin. Sekarang kan ada tuh jasa feed design untuk custom tampilan Instagram. Nah, jangan lupa juga untuk kasih promo-promo menarik, bisa dengan mengadakan giveaway sesekali untuk atensi followers di akun Instagramnya. Oh iya, jangan sekali-sekali coba untuk beli followers yah kalo nggak kepepet banget, karena hal ini berpengaruh buat bangun kepercayaan pembeli.
Tanya: Bagaimana caranya memvalidasi ide bisnis kita, supaya ketika bisnis berjalan dapat mengurangi tingkat resiko kerugian?
Jawab: Ini sedikit klise sih, tetapi memang ada baiknya bisnis diawali dengan hobi. Jadi, saat ada missed dalam perjalanannya, kita anggap itu sebagai proses, bukan kerugian semata.
ADVERTISEMENT
Tanya: Bagaimana caranya Mas Nucky membangun hubungan kembali dengan pelanggan lamanya yang pernah order atau baru sekadar tanya-tanya? Apakah interaksinya menggunakan media sosial? Interaksinya biasanya berapa kali dalam sepekan?
Jawab: Oke, aku gabung jawabannya, yah. Kalau kita memposisikan diri sebagai customer, pasti kita nggak akan nyaman ketika ada kesan ‘diburu-buru’ pada saat menggali informasi suatu produk, dengan harapan, “cepetan beli kek lu, nanya mulu”. Nah, hal tersebut pasti kita alami pada saat berjualan. Tanpa disadari, pada saat itu calon customer nggak hanya window shopping atau lihat-lihat saja, tetapi dia juga menunggu feedback (respon) yang memuaskan dari penjual.
Bagaimana cara membangun hubungannya? Memang harus dimulai dengan proses pembelian pertama terlebih dahulu. Setelah itu, kita sebagai penjual boleh menawarkan kepada pembeli, contohnya, “kalau ada informasi produk baru, apakah bisa kita informasikan ke kakak (pembeli)?”. Jika customer merespon positif, maka itu adalah kesempatan emas bagi penjual. Selanjutnya akan ada faktor variabel lain yang menentukan langgeng atau tidaknya hubungan kita dengan customer ke depannya.
Sepatu sneakers. Foto: Instagram/@ninety9plus
Tanya: Apakah Mas Nucky pernah mengalami titik terendah saat menjalankan bisnis? Mau dong diceritain pengalamannya dan gimana bisa bangkit dari titik terendah tersebut?
ADVERTISEMENT
Jawab: titik terendah itu ada ketika kita punya stok yang begitu banyak, tapi nggak punya media untuk jualin barang-barang itu. Muncul anggapan, kita percuma juga ya ada di tahap ini. Tapi, kita harus percaya bahwa produk yg dimainkan sekarang ini ada size dan model yang akan laku di pasaran, pasti ada pasarnya. Balik lagi ke hobi, pasti kalau kita suka sesuatu, sudah menekuninya, pasti tau shape dan size seperti apa yg laku di pasaran. Kalau semua sudah oke, tinggal nunggu momennya aja, asal harganya juga bersahabat.
Tanya: Kalau menurut Mas Nucky, apa yang perlu dilihat untuk menentukan harga produk yang bersahabat?
Jawab: kalau untuk awal-awal kita berjualan, harga memang menentukan sekali kelangsungan hidup produk yang kita jual. Cuma, jangan juga pasang harga terlalu murah. Artinya, sebelum menjual kita tetap lakukan observasi lapangan. Kita harus tahu, average atau harga rata-rata untuk model A, B, dan C. Karena apa? Bisa aja kita netapin harga termurah dan barangnya laku. Tapi kemungkinan untuk sukses sedikit. Jadi, mainkan harga di rata-rata saja. Jangan terlalu mahal, tapi juga jangan terlalu murah. "Mas, tapi aku dapat barang dengan modal murah, terus aku bohongin customer dong?" Justru kalau netapin harga yg murah banget, nantinya akan susah ke kita. Karena aku pernah punya pengalaman. Aku dapat barang discount, aku jual dengan harga retail. Nah, ketika aku dapat barang retail, susah lagi kan netapin harganya. Jangan sampai seperti itu.
ADVERTISEMENT
Tanya: Untuk modal awal usaha, apakah Mas Nucky pakai sistem dropship atau memang sengaja modalin dari uang sendiri buat display? Jika modal sendiri, pakai investor atau bank?
Jawab: ini pertanyaannya bagus banget, karena banyak teman-temanku yang berkecil hati karena beranggapan kalau usaha harus punya modal. Tapi prinsipnya kalau menurutku, modalnya adalah yang penting kita punya keingintahuan yang lebih dari produk yang mau kita jual. Ini adalah modal yang paling basic dan gratis. Nah, dari kita tahu produk dan detailnya, selanjutnya kita jadi ngulik. Dari kita ngulik, kalau kita hepi, kita jadi hobi.
Contohnya misal jualan coat, kita harus tahu ketebalannya seperti apa, coat setebal apa yg bisa kita gunakan di suhu sekian. Itu pertanyaan yang pertama. Yang kedua, modal berapa. Kalau aku sih pribadi mending dropship dulu, kenapa? Karena setiap rencana berbisnis itu ada namanya trial and error. Siapa tau, bisnis coat tadi nggak sesuai passion, ternyata passionnya di kuliner. Nah, kalau kayak gitu kita harus bermanuver dong? Harus ganti arah.
ADVERTISEMENT
Kalau sudah terlalu banyak modal yang dikeluarkan untuk jualan coat tadi dan akan keluarkan modal lagi untuk kuliner, mau berapa banyak uang yang terbuang? Tapi kalau kamu dropship, kamu cuma akan meninggalkan penjual yg sebelumnya. Tinggal dicari lagi penjual lain buat usaha selanjutnya. Kalau sistemnya franchise beda cerita, tapi aku bahas kalau mau modal usaha dari nol ya, lebih rendah resiko dropship daripada langsung keluarin modal banyak-banyak.
Tanya: Hal itu juga sudah saya lakukan. Tetapi masalahnya belinya nggak bisa ngutang, sedangkan konsumen saya bayarnya tempo. Tapi konsepnya sama sih seperti nasehat teman saya yang udah sukses. Kalau mau test, dropship dulu supaya belajar jual. Karena kalau beli gampang, sementara kalau ngejual belum tentu bisa.
ADVERTISEMENT
Jawab: kenali dulu pasarnya. Kalau pasarnya belum kita pegang, agak sedikit 'bunuh diri' kalau modal yg dikeluarkan buat bahan baku jadi atau mentah. Itu gunanya observasi tadi. Kalau udah ada demand, kita mau stok barang dan timbun sebanyak apapun, ya nggak ada kata menyesal. Tapi kalau kita timbun dulu baru cari pasar dan marketnya, menurutku salah besar. Tapi ini versiku ya, kembali lagi. Aku akan timbun barang atau stok barang kalau pasarnya (demand) tinggi.
Sebelum menutup perbincangan bersama kumparan, Arie Nucky memberikan pesan kepada Teman kumparan yang ingin memulai berbisnis.
"Jadilah penjual yang jujur, karena kejujuran pasti disukai sama customer. Kasih harga terbaik, jangan paling murah, tetapi juga jangan kemahalan. Sebagai penjual, kita harus hitung biaya produksi yang layak. Selain itu, kasih edukasi kepada customer. Karena customer punya uang, tapi belum tentu tahu betul apa yang mereka beli," pesan Arie Nucky kepada Teman kumparan.
ADVERTISEMENT
Tertarik ikuti keseruan bersama Teman kumparan Bisnis? Yuk, ikuti keseruannya dengan gabung ke Grup WhatsApp Teman kumparan Bisnis.