KELAS Menulis #1: Penulisan Kreatif Dasar (Basic Creative Writing 101)

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
23 Agustus 2021 14:27 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Diskusi Basic Creative Writing Bersama Windy Ariestanty. Foto: dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Basic Creative Writing Bersama Windy Ariestanty. Foto: dok. kumparan
ADVERTISEMENT
Apa sih penulisan kreatif itu? Jika kita mengulik tentang penulisan kreatif, sebenarnya memiliki 3 tujuan, yaitu menghibur, berbagi pengalaman, dan berbagi pengetahuan. Ini merupakan cara paling sederhana untuk melanggengkan komunikasi. Kalau kita bicara tentang menulis, ini juga belajar tentang cara kita berkomunikasi, menciptakan keterhubungan.
ADVERTISEMENT
Untuk membahas lebih lanjut mengenai dasar penulisan kreatif ini, teman kumparan sudah mengundang Windy Ariestanty yang merupakan seorang Penulis, Editor, dan Penggagas Patjar Merah di KELAS Menulis Teman kumparan Hangout untuk berdiskusi via Zoom.
Windy menyampaikan, penulisan kreatif ini memiliki berbagai macam jenis. Terdapat sembilan jenis penulisan kreatif, yaitu: puisi, naskah teater, skenario film atau televisi, fiksi (novel, novela, cerpen), memoar, esai pribadi, pidato, lirik lagu, serta prosa.
Windy juga memberikan kunci untuk tahu bagaimana caranya menulis yang menarik sehingga tidak basi untuk orang lain. Hal pertama yang selalu ditekankan oleh Windy adalah kemampuan mendengar, menyimak, dan berpikir seperti seorang pembaca.
Mengapa kemampuan untuk berpikir seperti pembaca ini efektif agar kita bisa menulis sesuatu yang menarik? Karena, ketika kita mampu menangkap apa yang dipikirkan oleh pembaca, kita bisa merumuskan ide apa yang mau kita tulis, lalu pada saat bersamaan kita juga memikirkan bagaimana caranya merebut hari pembaca, dan juga merebut telinganya untuk memberi perhatian.
ADVERTISEMENT
Dalam proses menulis, untuk bisa menarik perhatian pembaca dimulai dengan mulai mencari tahu apa yang menarik buat pembaca--mereka ingin mendengarkan cerita apa. Tiga pertanyaan paling penting untuk bisa merumuskan tema dan bisa berpikir seperti pembaca adalah siapa, apa dan mengapa. Siapa orang yang ingin kita ajak bicara tentang hal itu, apa yang mereka butuhkan, dan mengapa mereka membutuhkan hal tersebut.
Kunci yang kedua untuk tahu bagaimana caranya memulai membuat tulisan yang menarik adalah menangkap ide. Ada 4 cara yang bisa teman kumparan gunakan ketika ingin menulis untuk memantik ide-ide kreatif supaya tulisan kalian selesai. Apa saja?

Cara melatih penulisan kreatif

ADVERTISEMENT
Hal terakhir yang dapat kamu perhatikan untuk tahu bagaimana caranya memulai membuat tulisan yang hidup dan memikat adalah pelajari elemen-elemen dasar penulisan kreatif. Elemen yang pertama adalah tema, tanpa memiliki tema atau topik yang jelas, maka kalian akan kebingungan. Maka, kenali siapa pembacamu, maka kalian akan bisa menajamkan tema. Berikutnya ada plot dan struktur, memberi alur dan konstruksi. Ini penting, karena terkait dengan jalan cerita, dan bagaimana cerita itu disajikan.
Lalu, kemudian ada latar atau setting. Latar ini bukan cuma bicara tempat, dia juga berbicara waktu, dan kondisi sosial yang mengikuti waktu yang kamu pilih untuk tulisanmu. Selanjutnya, ada karakter yaitu tokoh-tokoh yang menggerakkan cerita. Tokoh juga merupakan elemen yang paling penting agar tulisan menjadi menarik.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, jangan pernah lupa memasukkan unsur dialog pada tulisan kalian. Lalu, ada sudut penceritaan, dari sudut pandang siapa tulisan itu disampaikan. Kemudian ada "show" and "tell", ini harus berimbang digunakannya, kita harus tahu kapan kita mendeskripsikan dan kapan kita memberitahukan, karena ini akan ada kaitannya dengan laju atau tempo tulisan. Terakhir, menghidupkan imajinasi dengan bahasa. Misalnya dengan menggunakan metafora.
Nah, beberapa teman kumparan juga sudah memberikan pertanyaan kepada Mbak Windy Ariestanty tentang Penulisan Kreatif 101, lho. Seperti apa diskusinya? Simak rangkumannya di bawah ini!
Teresa: Seperti yang kita tahu, kalau masyarakat kita lebih cenderung ingin mendengarkan apa yang ingin mereka dengar. Menurut Mbak Windy sendiri, kalau kita menulis itu lebih baik mengikuti keinginannya pembaca, atau lebih mengikuti apa yang ingin kita tulis? Terima kasih Mbak.
ADVERTISEMENT
Jawab: Tantangannya adalah bukan siapa mengikuti siapa, tetapi bagaimana kemudian kita bisa menangkap apa yang diinginkan pembaca, memahami keinginan mereka apa, dan lalu kemudian kita lihat apa yang kita pikirkan tentang hal yang dia inginkan itu apa. Jadi ini bukan tentang siapa mengikuti siapa.
Ini perkara kita melatih mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, inginkan, lalu kemudian dilihat ke dalam diri kita sendiri, apakah yang mereka inginkan dan cemaskan itu juga menjadi kegelisahan kita?
Kalau bahasa sekarang kan bagaimana kita mempengaruhi orang lain agar mau ikut apa yang kita pikirkan. Mungkin dia awalnya berbeda dengan apa yang kita pikirkan, tapi ketika dia membaca tulisan kita, dan kita mampu menjelaskan kepada dia, mengapa seperti ini dan kemudian dia berubah pikiran, itu buat aku adalah dampak sebuah tulisan.
ADVERTISEMENT
Ada begitu banyak tulisan yang mampu mempengaruhi cara berpikir seseorang, itulah tulisan. Menulis adalah perkara bagaimana kita menerangkan apa yang kita pikirkan dengan cara jelas, jernih dan argumentatif. Argumen ini kemudian mampu diterima, dipahami, bahwa setelah itu orang bersepakat atau tidak bersepakat, itu perkara yang berbeda. Ini adalah soal menyampaikan.
Menulis itu kan menajamkan cara kita berpikir dan menajamkan cara kita menyampaikan pikiran kita. Menulis tentang melemparkan wacana, memperkaya wacana. Balik lagi tujuan menulis itu berbagi pengetahuan, pengalaman dan juga menghibur pada saat bersamaan.
Sekar Echa: Mau nanya, mungkin ini lebih personal ke Kak Windy. Di titik mana sih dulu Kak Windy memutuskan jenis creative writing yang Kak Windy paling suka atau paling kuasai dan selalu diasah yang akhirnya menajamkan ke situ. Seperti yang tadi sudah dijelaskan untuk creative writing kan ada penulisan naskah teater, dll. Nah, Kak Windy lebih tertarik ke genre mana?
ADVERTISEMENT
Jawab: Pertama adalah aku editor juga, sebagai editor aku terpapar dengan banyak naskah. Apalagi aku editor penerbitan anak muda. Saat itu yang aku hadapi adalah penulis-penulis muda, bukan penulis-penulis yang sudah terkenal, atau yang sudah menerima penghargaan dll. Tapi, ini justru anak-anak muda atau penulis debut yang aku hadapi, sehingga yang terjadi adalah kami sama-sama belajar.
Karena aku harus selalu membedah naskahnya, memberitahu bagaimana memperbaiki naskah tersebut dan sebagai editor aku harus menguasai banyak hal entah dalam penulisan apapun. Editor merupakan pekerjaan yang lesek dibalik naskah, karena dia bertujuan untuk memastikan penulisnya mampu menemukan suara terbaik dari tulisannya. Itu membuat aku mempelajari banyak sekali jenis-jenis penulisan, karena aku harus membaca begitu banyak karya.
ADVERTISEMENT
Kedua, aku membaca banyak tulisan. Ketika membaca kita kan menyadari, kita menyukai yang seperti apa? Kita suka novel kah, cerpen, suka baca esai, memoar kah? Dari situ kemudian aku jadi tau, aku paling suka baca buku apa. Nah, biasanya penulis, karena dia suka baca buku tertentu, dia ingin menulis seperti itu.
Bisa juga, ketika dia ingin membaca sesuatu tapi dia tidak temukan, maka biasanya dia akan menulis, supaya ada buku yang sebagaimana ada di kepalanya. Nah, aku punya keberuntungan aja kalau menurut aku Mbak, aku editor, aku baca banyak naskah, aku terpapar dengan banyak hal, sehingga membuat aku lebih mudah dan cepat mengenali aku punya ketertarikan di mana.
Dalam praktiknya, aku lebih suka karya-karya non-fiksi daripada karya-karya fiksi. Aku selalu tertarik baca esai, memoar, kisah perjalanan tapi bukan yang fiksi melainkan non-fiksi, pokoknya catatan-catatan perjalanan tuh aku selalu tertarik. Dari situ kemudian aku sadar ‘oh aku suka ini’, kemudian aku gali lalu pelajari lebih jauh, dan ternyata induknya adalah penulisan kreatif non-fiksi.
ADVERTISEMENT
Selama ini orang berpikir kalau fiksi itu bisa ngayal-ngayal, padahal untuk ngayal fiksi kalian juga harus berdasarkan logika. Sementara, menulis non-fiksi itu memang berdasarkan fakta yang terjadi saat itu, tapi bagaimana menyampaikan fakta yang terjadi dengan cara yang menarik, lalu menemukan benang merahnya itu menjadi tantangan yang berbeda, dan aku tertarik ke situ ternyata.
Jadi prosesnya tuh seperti itu Mbak Sekar, nggak ada proses yang linear. Tapi, kamu menemukannya karena kamu melakukan sejumlah uji coba, kamu membaca banyak buku, kamu terpapar banyak karya, kamu berinteraksi, kamu melihat dan mengamati apa yang terjadi dengan dirimu ketika membaca sebuah karya, mana karya yang membuat kamu senang, mana karya yang membuat kamu iri dan ingin menulis lebih baik atau sama baiknya dengan itu. Itu salah satu indikasinya. Kira-kira seperti itu.
ADVERTISEMENT
Wahyuni Torong: Kak Windy, aku tuh punya tulisan tapi kayaknya jatuh hati terlalu dalam deh ke tulisan itu. Sehingga ketika mengedit ulang, malah sayang kalau di edit. Bagaimana caranya supaya kalau ngedit bisa fokus ngilangin kata-kata yang nggak perlu, ya?
Jawab: Caranya coba belajar teknik dasar editing, belajar teknik dasar pembuatan kalimat, mau nggak mau. Sebab begini, menyunting dan menulis itu merupakan dua hal yang berbeda, jadi aku selalu bilang ke orang-orang, kalau kamu lagi menulis, nulis aja sampai selesai, nggak usah peduli apakah kalimat kamu berlemak, melarat-larat, yang penting dikeluarin dulu tuh semua, yang penting kita ketemu pada titik terakhir.
Goal dari menulis adalah mampu menyelesaikan tulisan, bukan menyunting. Karena nggak ada hal yang bisa kamu sunting, kalau tulisan itu nggak pernah rampung. Kalau tulisan kamu sudah rampung, kamu bisa menyuntingnya dengan lebih baik. Ketika kamu ingin menyuntingnya dengan lebih baik, tugasmu adalah sangat terbuka dan jujur.
ADVERTISEMENT
Aku tahu mengeksekusi anak sendiri itu nggak enak, tapi penulis adalah algojo untuk karya nya sendiri, sebelum kamu cari editor, kamu adalah orang pertama yang harus mengebiri naskahmu. Kamu harus sangat lihat, mana kalimat yang penting, mana yang tidak penting. Karena itu aku akan sangat menyarankan kamu untuk belajar, mau nggak mau.
Itu kenapa aku selalu belajar keras, kalau ada satu kalimat tuh aku akan baca, lalu aku akan lihat, dari satu kalimat ini mana kata yang bisa aku buang. Jadi mempelajari efektivitas ini menjadi penting, apa yang berlebihan dan tidak penting, memahami makna satu kata itu penting supaya kalian tahu kata mana yang bisa kalian buang dan kata mana yang bisa kalian pertahankan.
ADVERTISEMENT
Semakin banyak kata yang dibuang, semakin baik. Cari kata-kata yang tidak perlu, kalimat-kalimat yang terasa melarat-larat, yang gemuk dan berlemak, itu buang. Kalau misalnya kalimat tersebut tidak berkontribusi pada tulisan kalian, tidak memberi atau menambah makna, kalian buang aja, karena tidak ada gunanya.
Mau nggak mau, ini perkara berlatih sekali lagi. Baca lebih banyak buku, pelajari karya-karya yang baik, jangan dari karya yang buruk. Supaya kalian bisa melihat bagaimana penulis-penulis baik itu menata kalimatnya. Aku tidak akan pernah bisa bilang bahwa ini karya buruk, tapi kita bisa mempelajari hal yang tidak kita lakukan dari karya buruk tersebut. Semoga menjawab ya.
(tan)
==============
Di Facebook Group teman kumparan, kamu bisa mendapatkan konten informatif seputar dunia menulis. Selain itu, kamu juga bisa berkenalan dengan teman kumparan yang suka menulis lainnya dan update berita terkini soal kumparan, lho! Langsung join ke grupnya di bit.ly/FBtemankumparan sekarang!
ADVERTISEMENT