KELAS Teman kumparan Mom: Menjaga Kesehatan Mental Anak Sejak Dini

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
17 Agustus 2020 20:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu dengan anak. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dengan anak. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tahukah, Moms? Bagi anak, kesehatan mental ternyata sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Keduanya saling mendukung tumbuh kembang anak. Oleh karenanya, kesehatan mental pada anak tidak bisa dipandang sebelah mata, apa lagi dinomorduakan dari kesehatan fisik.
ADVERTISEMENT
Menurut Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo, kesehatan mental anak bahkan perlu diperhatikan sejak anak masih bayi. Anak yang sehat mental berarti anak-anak yang bisa berperilaku sesuai dengan tahapan usianya. Tidak hanya berperilaku, emosi yang muncul pun sesuai dengan tahapan usianya.
Dengan begitu, anak pun bisa memenuhi tuntutan-tuntutan yang ada di lingkungannya. Selain itu, mereka juga bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Lantas, bagaimana caranya menjaga kesehatan anak sejak dini? Teman kumparan Mom bersama Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo yang kerap disapa Mbak Vera, telah mendiskusikannya di KELAS. Menurut psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan UI ini, ada beberapa tips yang dapat Moms lakukan dalam menjaga kesehatan mental anak.
ADVERTISEMENT
Ingin tahu seperti apa diskusi Menjaga Kesehatan Anak Sejak Dini yang berlangsung di KELAS bersama Mbak Vera? Simak rangkumannya di bawah ini, ya, Moms.
KELAS bersama Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psikolog Anak & Remaja. Foto: dok. kumparan
Tanya: Kakak aku punya 2 anak, tetapi aku cenderung melihat dia pilih kasih ke anak yang paling kecil. Sementara kakaknya selalu dituntut untuk lebih dewasa, padahal dia juga masih usia 5 tahun, sedangkan adiknya saat ini usia 3 tahun. Apakah itu baik untuk dilakukan, mbak?
ADVERTISEMENT
Jawab: Kasihan ya si kakak kalau dituntut terus, misalnya harus selalu mengalah padahal tidak selalu demikian. Terapkan saja prinsip keadilan, seperti siapa yang duluan pegang mainannya dia yang boleh main. Adik kan juga perlu belajar mengalah. Kakak juga perlu diperhatikan kebutuhannya sesuai usianya.
Untuk posisinya sebagai kakak, bisa diterapkan misalnya kakak jadi asisten ibu saat mengurusi adik. Jarak usia antar anak punya tantangan tersendiri, tidak perlu khawatir kalau akan terjadi hal yang sama. Toh Moms sekarang sudah menyadari bahwa yang terjadi pada keluarga kakak adalah kurang tepat, ini merupakan satu langkah menuju yang lebih baik nantinya.
Tanya: Anak laki-laki saya umur 3,5 tahun. Kadang sering diomeli karena membuat adiknya menangis. Sampai dia diberi sanksi, kalo adiknya nangis dia yang akan dimarahi ayahnya. Apakah ini baik untuk dia sebagai abang atau tidak?
ADVERTISEMENT
Jawab: Perlu dilihat atau dicari tahu dulu mengapa kakak iseng atau membuat adiknya menangis. Setiap perilaku anak itu pasti ada maksud di baliknya yang anak mungkin sulit utarakan.
Apakah si kakak iseng karena merasa kurang diperhatikan? Apakah dia merasa perhatian selalu ke adik?
Saran saya, perbaiki dulu hubungan dengan kakak, salah satu caranya ciptakan waktu khusus berdua saja dengan kakak, bergantian ayah atau ibu dengan kakak tanpa ada adik. Bisa main bareng atau cuma ngobrol santai, sambil dinyatakan ke kakak kalau ini waktu khusus buat dia. Coba lakukan dengan rutin, idealnya 10-15 menit sehari ya, Moms.
Tanya: Dari usia berapakah kita harus memikirkan dan menjaga kesehatan mental anak? Sekalian tips menjaga emosi saat mengasuh anak agar tidak memarahi/membentak, karena setahu saya bisa mempengaruhi mental anak.
ADVERTISEMENT
Jawab: Dari sebelum anak lahir, Moms. Pertama pastikan dulu ortunya sehat mental ya, sehingga siap memberikan pengasuhan terbaik untuk anaknya.
Untuk jaga emosi memang tidak mudah, perlu latihan. Biasakan selalu ambil jeda untuk diri sendiri saat emosi mulai naik. Tiap orang punya cara yang berbeda, ada yang tarik nafas dalam-dalam beberapa kali, cuci muka, minum, wudhu, dan lain-lain.
Tenangkan diri dulu agar tidak melakukan/mengatakan yang nantinya akan disesali.
Tanya: Bagaimana agar kami orang tua bisa berlaku adil kepada anak-anak dengan perbedaan usia yang tidak terlalu jauh jaraknya? Anak sulungku juga dalam fase ‘ngeyel’ dan agak sulit memberikan dia pengertian.
Jawab: Wah ini topik sendiri ya sebetulnya. Topik ini kaitannya dengan siblings. Intinya, perlakukan mereka secara equal, artinya bukan sama rata, tapi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Mereka pun harus menyadari bahwa mereka adalah berbeda, sehingga tidak tercipta persaingan yang tidak sehat. Luangkan waktu khusus untuk masing-masing anak, sehingga anak merasa tetap diperhatikan secara utuh tanpa berbagi dengan anak-anak lainnya. Waktu khusus ini berguna untuk memenuhi kebutuhan emosi anak sehingga dia lebih mudah diarahkan atau diajak bicara.
Tanya: Seberapa besar mental anak terpengaruh jika beberapa kali melihat orang tuanya bertengkar? Kadang pertengkaran sulit dihindari dan akhirnya terjadi di depan si kecil.
Jawab: Ketika anak terlalu sering melihat orang tua bertengkar, resikonya antara lain anak menjadi cemas, takut, dan juga sedih. Anak belajar cara yang salah tentang bagaimana menyelesaikan masalah; anak bisa jadi membenci salah satu orangtuanya; anak membentuk persepsi sendiri tentang perkawinan atau hubungan antar dua orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Semua tergantung usia & kemampuan anak untuk memahami kejadian yang dilihatnya. Sebaiknya tidak bertengkar di depan anak ya, Moms.
Tanya: Kumkum dan Mbak Vera, mau minta tipsnya jika anak minder karena keterbatasan dirinya (keterlambatan perkembangan) ketika bersama teman sekelasnya. Bagaimana, ya? Kadang saya suka sedih. Cuma di satu sisi saya suka mensupport diri sendiri bahwa saya harus bangkit dan juga berusaha memberikan dukungan kepada si kecil.
Jawab: Betul Moms. Kita dulu yang harus bangkit dan terus semangat sehingga anak pun akan tertular dan merasa dirinya tetap bermakna. Bantu dia untuk cari kelebihan dari dirinya, kelebihan yang unik sehingga dia pun merasa punya sesuatu yang bisa dibanggakan.
Fokus pada apa yang dia bisa, bukan yang dia tidak bisa lakukan, lalu kembangkan. Semangat ya, Moms.
ADVERTISEMENT
Tanya: Menurut Mba Vera, seberapa penting sih kita mengenali bentuk atau pola attachment diri kita sendiri sebelum memiliki atau mengasuh anak? Apakah mungkin pola attachment kita sendiri dapat berpengaruh kepada anak-anak kelak?
Jawab: Penting banget. Salah satu faktor yang mendukung pengasuhan kita nanti adalah self-understanding, bagaimana kita memahami diri kita sendiri? Seperti apa dulu kita dibesarkan, apa yang mau kita tetap lakukan dan mana yang mau kita ubah/lakukan berbeda.
Dengan menyadari diri, kita bisa tahu bagaimana mengendalikan diri kita sendiri. Kuncinya di pengendalian diri memang, untuk bisa kendalikan musti menyadari dulu, kan.
Tanya: Kalau semisal anak sudah terlanjur remaja dan sudah mulai terbentuk pribadinya, serta cenderung tertutup dengan orang tua karena didikan semasa kecil, adakah cara untuk memperbaikinya, mbak?
ADVERTISEMENT
Jawab: Semua pasti ada caranya, meski tentu butuh proses dan usaha yang lebih. Jika sudah terlanjur, dan ortu ingin mengubah, sebaiknya dibicarakan langsung pada anaknya. Sampaikan bahwa selama ini sudah kurang tepat memperlakukan dia. Ya, .tidak ada salahnya orang tua minta maaf.
Lalu sampaikan bahwa mulai saat ini akan melakukan perubahan & diskusikan bersama anak apa saja yang bisa dilakukan agar hubungan membaik, misalnya ada waktu khusus untuk melakukan aktivitas bersama, olahraga bareng misalnya.
Orang tua pun perlu mengubah gaya komunikasi dengan anak. Hindari terlalu banyak ceramah/interogasi dan cari tahu apa yang sedang disukai anak dari media sosialnya, lalu jadikan topik asik waktu ngobrol santai dengan dia.
ADVERTISEMENT
Mengakhiri sesi KELAS, Mbak Vera memberikan pesan kepada para ibu yang tergabung di Grup Telegram teman kumparan Mom.
"Kesehatan mental anak tidak disangsikan lagi nilai pentingnya bagi anak itu sendiri dan juga orang tuanya. Siapa sih yang tidak bahagia kalau melihat anak-anaknya sehat, bukan?"
"Untuk memastikan anak tumbuh di lingkungan yang mendukung kesehatan mentalnya, orang tua perlu pastikan dirinya juga sehat mental, punya pengendalian diri atau emosi yang baik, dan mampu memenuhi kebutuhan anak di tiap tahapan usia perkembangannya," pesan Mbak Vera kepada teman kumparan Mom.
(sif)
====================
KELAS merupakan diskusi dan tanya-jawab online yang diadakan di grup teman kumparan. Di KELAS, kamu bisa berdiskusi dengan para pakar di bidangnya secara gratis. Yuk, gabung ke grup teman kumparan mom di Telegram melalui kum.pr/temankumparanMom. Jangan lewatkan keseruannya, ya!
ADVERTISEMENT