Konten dari Pengguna

Makna Life After Breakup dan Cara Member teman kumparan Melewati Fasenya

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
14 Juni 2024 20:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi member teman kumparan. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi member teman kumparan. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fase life after breakup memang terasa menyakitkan bagi sebagian orang, khususnya bagi mereka yang sudah menjalin hubungan cukup lama. Untuk bisa move on, seseorang biasanya membutuhkan waktu lama dan usaha yang tak mudah.
ADVERTISEMENT
Restika, member teman kumparan berusia 19 tahun, membagikan pengalamannya soal "life after break up". Langkah pertama yang diambil oleh Restika adalah memutus semua koneksi dengan mantannya.
“Aku unfollow semua temen deket aku yang kenal sama mantan aku juga, terus nggak main sosmed seperti Instagram, TikTok, X, benar-benar cuma buka WhatsApp saja, itupun nggak mau lihat update status di WhatsApp,” jelasnya.
Selama enam bulan, Restika memilih untuk mengurangi interaksi dengan orang lain kecuali keluarganya. Ia berusaha lebih fokus pada kuliah serta menikmati waktu sendiri dengan menonton film atau serial kesukaannya.
Ilustrasi teman kumparan. Foto: kumparan
Ternyata, upaya ini berhasil membantunya menciptakan jarak emosional yang dibutuhkan untuk sembuh dari luka batin. Ketika berusaha mengalihkan pikiran dan perasaan sedihnya, Restika pun menemukan hobi baru, yaitu bersepeda.
ADVERTISEMENT
Ia rutin bersepeda setiap hari, termasuk ketika tidak ada jadwal kuliah. Menurutnya, hobi sangat efektif membantu seseorang untuk melupakan kenangannya bersama mantan.
“Hobi baru aku adalah sepeda-an, aku rutin bersepeda abis subuh, setiap hari. Dan ternyata seseru itu kalau naik sepeda, walau kadang sambil nangis juga karena ingat kalau aku udah putus,” kata Restika.
Aktivitas ini tidak hanya membantu Restika menjaga kebugaran fisik, tetapi juga memberikan waktu untuk merefleksikan tindakannya. Sepeda membantunya untuk pulih seutuhnya.
Ilustrasi member teman kumparan. Foto: kumparan
Di samping itu, Restika mengatakan bahwa peran teman dan keluarga sangat diperlukan dalam proses pemulihan. Teman-temannya menghargai keputusannya untuk tidak membahas tentang mantan pacar lagi.
“Kalau teman mereka milih diem, karena sejak aku kasih tau kalau aku sudah putus, aku memang bilang kalau nggak mau bahas soal hubungan aku lagi, dan mereka menghargai keputusan aku,” ungkap Restika.
ADVERTISEMENT
Bagi Restika, membangun kepercayaan diri setelah putus cinta adalah tantangan cukup sulit. Sebagai solusinya, ia pun memilih untuk memperbanyak me time dan fokus pada kegiatan yang disukai.
Butuh waktu yang cukup lama baginya untuk membuka hati lagi. Restika merasa bahwa 6 bulan adalah waktu yang ideal untuknya, karena pada periode itu ia sudah tidak merasa sedih lagi.
Ilustrasi member teman kumparan. Foto: kumparan
“Waktu yang tepat mungkin 6 bulan kali ya, karena yang aku rasain 6 bulan itu aku udah nggak nangis lagi, dan lihat dia udah yang biasa aja gitu,” jelasnya.
Menurut Restika, penting untuk mengetahui batasan diri dan tidak membiarkan diri terlarut dalam kesedihan yang berlebihan, seperti yang ia takutkan ketika mendengar cerita orang lain yang harus sampai ke psikolog karena putus cinta.
ADVERTISEMENT