Konten dari Pengguna

Marriage is Scary, Apakah Benar? Ini Kata teman kumparanMOM

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
26 Agustus 2024 10:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mom Rena dan Suami. Foto: dok istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Mom Rena dan Suami. Foto: dok istimewa
ADVERTISEMENT
Belakangan ini istilah “marriage is scary” ramai dibincangkan netizen di media sosial. Maraknya isu KDRT dan perselingkuhan membuat sebagian wanita enggan untuk menikah. Mereka menganggap bahwa pernikahan adalah sesuatu yang menakutkan. Benarkah demikian?
ADVERTISEMENT
Citra, member teman kumparanMOM yang memiliki tiga orang anak, ikut membagikan perjalanan hidupnya dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Citra yang sudah menikah tiga kali bilang setiap kisah pernikahannya memberikan pelajaran yang berarti baginya.
Kata Citra, pernikahan tidak semenakutkan itu asalkan bisa memilih pasangan yang tepat. Bagi Citra, pernikahan justru membawa kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Jadi, stigma yang mengatakan bahwa “marriage is scary” itu tidak sepenuhnya benar ya, Moms. Penasaran dengan kisah para Mama soal kehidupan pernikahannya? Yuk, simak ceritanya di bawah ini.

Cerita teman kumparanMOM tentang Pernikahan

Mom Citra dan suami. Foto: dok istimewa
Anggapan tentang pernikahan yang menakutkan mungkin relevan dengan sebagian kisah para Mama di luar sana. Namun, tak jarang juga yang justru bahagia dalam kehidupan pernikahannya.
ADVERTISEMENT
Seperti para member teman kumparanMOM yang mengaku bisa menikmati kehidupan pernikahannya dengan baik. Berikut cerita lengkapnya yang bisa Mama simak:

3 Kali Menikah Bikin Mom Citra Makin Tangguh

Bagi Mom Citra, pernikahan adalah fase kehidupan yang mesti dilalui. Lewat kisah pernikahannya ini, ia justru bisa mendapatkan banyak pelajaran yang berarti.
Pernikahan pertama Citra berlangsung ketika usianya masih 23 tahun. Rumah tangganya bertahan selama 7 tahun, sebelum akhirnya bercerai karena masalah kesiapan mental.
“Jadi gagalnya bukan masalah umur, tapi kedewasaan mentalku. Aku dan suami saat itu masih mementingkan ego masing-masing dan saling menuntut”
Kepada kumparan, Citra mengaku belum dewasa secara mental dan pemikiran. Kala itu, ia masih mementingkan ego dan merasa mampu melakukan segalanya, termasuk memutuskan menjadi working mom.
ADVERTISEMENT
Namun, kenyataannya tidak semulus itu. Ia pun memutuskan berpisah lantaran mendapatkan tuntutan yang tidak realistis dan kurang berkompromi dengan sang suami.
Citra pun melanjutkan pernikahan keduanya. Di pernikahan ini, ia merasakan kebahagiaan dan keharmonisan luar biasa bersama suaminya. Mereka saling mendukung dan menjalin hubungan yang dekat satu sama lain.
Namun kebahagian tersebut harus kandas lantaran suaminya meninggal dunia akibat Covid-19 pada tahun 2021. Di pernikahannya kali ini, ia belajar untuk menerima takdir dan mengontrol ekspektasi.
Kini, Citra menjalani pernikahan ketiganya. Di pernikahan kali ini, ia merasa lebih dewasa dan matang dalam menghadapi banyak hal. Pengalaman dari pernikahan sebelumnya membuat ia lebih bijak dalam mengambil keputusan, bersikap, dan berucap.
“Marriage is scary itu nggak berlaku buat aku. Dengan kegagalan pernikahanku yang lalu, aku jadi belajar untuk lebih dewasa dan tangguh. Aku jadi belajar menoleransi pasangan di pernikahanku saat ini,” ucap Citra.
Ilustrasi pernikahan mewah. Foto: Shutterstock

Pernikahan Sederhana ala Mom Ofi dan Suami

ADVERTISEMENT
Sedikit berbeda dengan Citra, Mom Ofi justru mengakui bahwa pernikahan memiliki sisi yang menakutkan. Terlebih di zaman sekarang banyak godaan di luar sana yang bisa menggoyahkan keyakinan kepada pasangan.
Meski begitu, ia yakin bisa menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis dan bahagia. Meski sang suami kurang romantis, ia sangat menghargai kehadiran suaminya.
Kata Ofi, suaminya selalu berusaha meluangkan waktu untuk keluarga, khususnya istri dan anak-anak. Bahkan, suaminya pun selalu membantu pekerjaan rumah tangga.
Ofi dan suaminya lebih menikmati waktu bersama anak-anak mereka, terutama saat ada acara atau event tertentu. Kehidupan pernikahan mereka sederhana dan tidak berlebihan, tetapi mereka tetap menjaga hubungan tetap harmonis.
“Kehidupan pernikahan kami masih tergolong yang pas-pasan. Semuanya pas, nggak ada yang lebih. Yang penting bisa tetap bahagia dan harmonis,” katanya menambahkan.
Ilustrasi pernikahan jawa. Foto: Shutterstock

Suami Kooperatif Bikin Rumah Tangga Makin Positif

ADVERTISEMENT
Mom Rena sangat realistis dalam menanggapi pernikahan. Menurutnya, stigma “marriage is scary” hanya berlaku jika kita menikah dengan orang yang salah atau memaksakan untuk menikah ketika belum siap.
Dalam rumah tangganya, ia bersyukur bahwa pernikahannya tidak menakutkan. Bahkan, ia merasa beruntung bisa menikah dengan suaminya.
“Kalo yang terjadi di rumah tanggaku syukurnya gak scary yah. Alhamdulillah wasyukurillah,” katanya kepada kumparan.
Mom Rena cerita kalau ia dan suaminya termasuk generasi sandwich. Sebagai anak pertama, mereka masih bertanggung jawab secara finansial kepada orangtuanya.
Suaminya sangat kooperatif dalam urusan rumah tangga. Mereka sering berbagi tugas untuk mencuci pakaian, mencuci piring, dan merawat anak-anak. Sedangkan Mom Rena biasanya sibuk mengurus keperluan sekolah si kecil.
ADVERTISEMENT
Ketika memiliki masalah, mereka akan menyelesaikannya dengan cara berbicara atau berdiskusi. Agar suasana tidak tegang, biasanya sambil ngopi atau melakukan deep talk saat perjalanan pulang dari kantor. Bagi Mom Rena, apapun masalah yang dihadapi, mereka berusaha tetap menjalani semuanya dengan sikap positif.
Yuk berbagi pengalaman bersama ribuan ibu lainnya di komunitas teman kumparanMOM di kum.pr/momhebat2.