Menilik Kampung Adat Kasepuhan Cipta Gelar: Menanam Padi Hingga Turnamen Voli

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
18 Oktober 2020 15:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Budaya Ngaseuk. Foto: dok. The 6th Connection 2020
zoom-in-whitePerbesar
Budaya Ngaseuk. Foto: dok. The 6th Connection 2020
ADVERTISEMENT
Di pedalaman Gunung Halimun-Salak, Sukabumi, Jawa Barat, ternyata ada kampung adat yang menyimpan kekayaan budaya dengan berbagai ritual adatnya, lho, teman kumparan. Kasepuhan Ciptagelar, namanya. Meski masih memegang erat budaya setempat, kampung ini tak menolak adanya penggunaan teknologi.
ADVERTISEMENT
Sebagai kampung adat yang diangkat pada acara The 6th Connection 2020, mahasiswa IPB University yang menjadi panitia acara tersebut berkesempatan melihat langsung bagaimana keseharian masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar di tengah pandemi Covid-19.

Padi dianggap sebagai simbol kehidupan

Masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar. Foto: dok. The 6th Connection 2020
Kampung yang telah berdiri sejak tahun 1368 ini dikenal oleh masyarakat Jawa Barat bagian Selatan. Masyarakat adat di sana percaya dengan keberadaan Dewi Sri atau Dewi Padi. Oleh karenanya, mereka tidak menanam padi untuk dijual.
Mereka percaya bahwa padi adalah sang pemberi hidup. Menjual padi berarti sama dengan menjual kehidupan. Lantas, untuk apa padi hasil panen yang ditanam sendiri oleh masyarakat Kasepuhan Ciptagelar?
ADVERTISEMENT
Hasil panen padi yang ada di Kasepuhan Ciptagelar biasanya dikumpulkan di dalam satu rumah yang disebut dengan leuit. Tak serta merta langsung dikonsumsi, hasil panen tersebut ternyata dapat disimpan hingga sembilan puluh tahun lamanya. Tak ayal, Kasepuhan Ciptagelar terkenal dengan ketahanan pangannya.

Uniknya tradisi menanam padi

Tradisi Ngaseuk. Foto: dok. The 6th Connection 2020
Tak langsung ditanam begitu saja, ternyata terdapat serangkaian ritual yang dilakukan masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar sebelum menanam padi. Mereka terlebih dahulu harus melakukan ritual Ngaseuk sebelum menanam padi. Prosesi ini melibatkan banyak masyarakat lokal.
Setelah Ngaseuk dilakukan, dilanjutkan dengan Mipit berupa ritual panen padi. Rangkaian ritual ini dilakukan secara bersamaan oleh seluruh masyarakat Kampung Adat Ciptagelar.

Salah satu destinasi desa wisata yang bisa dikunjungi selama pandemi

Jika kamu sedang mencari destinasi yang bisa dikunjungi selama pandemi, Kasepuhan Ciptagelar bisa menjadi salah satunya. Panitia The 6th Connection 2020 telah merangkum beberapa hal yang dapat kamu lakukan ketika berlibur ke kampung adat yang terletak di pedalaman Gunung Halimun-Salak tersebut.
ADVERTISEMENT
Mulai dari menonton turnamen voli yang diadakan secara rutin untuk putra dan putri yang bernama OISCA CUP, hingga menikmati kopi roasting yang ditumbuk sendiri oleh Kang Yoyo, juru bicara Kasepuhan Cipta Gelar.
Tentunya kamu juga bisa menikmati udara segar dan pemandangan yang asri di tengah-tengah pedalaman Gunung Halimun-Salak. Tak hanya itu, kamu juga dapat menyaksikan berbagai ritual adat seperti Ngaseuk dan Ponggokan yang diadakan secara rutin oleh masyarakat setempat.
Perayaan adat Kasepuhan Ciptagelar. Foto: dok. The 6th Connection 2020
Selama pandemi, Desa Wisata Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar tetap menerima kunjungan dalam jumlah terbatas. Tentu saja dengan protokol kesehatan yang tetap harus ditaati.
Tapi jangan sedih bagi kamu yang penasaran dan belum sempat berkunjung ke Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar. Sebab kamu bisa menonton live report panitia The 6th Connection 2020 di bawah ini. Pasalnya, acara tersebut disiarkan langsung dari Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar dan akan menjawab rasa penasaranmu terhadap kampung adat ini, lho.
ADVERTISEMENT
Happy watching!
(sif)