Ngaseuk, Ritual Menyambut Padi dari Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar, Sukabumi

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2020 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perayaan adat di Kasepuhan Ciptagelar. Foto: dok. The 6th Connection 2020
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan adat di Kasepuhan Ciptagelar. Foto: dok. The 6th Connection 2020
ADVERTISEMENT
Beberapa kampung adat di Jawa Barat memang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata. Salah satunya yang terletak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat adalah Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar.
ADVERTISEMENT
Berlokasi tak jauh dari Pelabuhan Ratu, kampung adat ini akan menyuguhkan pemandangan persawahan sekaligus udara yang sejuk. Yang spesial pada setiap tahunnya, Kasepuhan Ciptagelar menggelar banyak upacara adat yang menunjukkan kearifan budaya lokal. Salah satunya, ritual adat Ngaseuk yang dilakukan ketika menanam padi.
Ritual Ngaseuk merupakan tradisi tahunan yang rutin dilakukan oleh masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar. Proses ini menjadi penanda awal waktu masyarakat bertani di sana. Setiap menanam padi, masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar harus mengawalinya dengan ritual adat Ngaseuk.
Ritual ini dimulai ketika sesepuh masyarakat turun ke lahan huma (lahan bertani) untuk memulai prosesi penanaman. Selama poses tersebut berlangsung, alunan musik angklung Buhun Dogdog Lojordan dan seni Jipeng mengiringi prosesi ini.
ADVERTISEMENT
Setelah proses Ngaseuk selesai, penanaman padi dilanjutkan ke tahap lahan basah. Waktu berakhirnya Ngaseuk ditentukan sendiri oleh masyarakat dan diakhiri dengan proses yang disebut dengan ‘Tutup Nyambut’.
Budaya Ngaseuk. Foto: dok. The 6th Connection 2020
Ya, kampung adat yang terletak di Sukabumi ini memang terkenal sebagai kampung yang masih mempertahankan tradisi adat nenek moyang, terutama pada sektor pertanian. Pasalnya, masyarakat setempat memaknai padi sebagai Dewi Sri.
Dewi Sri yang dikenal sebagai dewi pertanian, dimaknai sebagai sang pemberi hidup. Mereka memiliki kepercayaan bahwa menjual padi sama dengan menjual kehidupan. Sebab, padi berarti sebagai yang memberi hidup.
Oleh karenanya, hasil panen yang diperoleh dikonsumsi secukupnya untuk memenuhi kebutuhan makan. Lalu sisanya dikumpulkan di satu tempat yang disebut dengan leuit. Yang unik, kumpulan hasil panen dalam leuit tersebut bisa disimpan hingga puluhan tahun dan dikonsumsi ketika mereka membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Ingin tahu lebih lanjut tentang Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar? Saksikan live report The 6th Connection 2020 di bawah ini. Pasalnya, acara tersebut disiarkan langsung dari Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar dan akan menjawab rasa penasaranmu terhadap kampung adat ini, lho.
Happy watching!
(sif)