Profil Teddy Setiawan, Art Director Film Crazy Rich Asians Asal Indonesia

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
3 April 2020 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Constance Wu dan Henry Golding di Premiere Crazy Rich Asians. Foto: REUTERS/Mario Anzuoni
zoom-in-whitePerbesar
Constance Wu dan Henry Golding di Premiere Crazy Rich Asians. Foto: REUTERS/Mario Anzuoni
ADVERTISEMENT
Film Crazy Rich Asians merupakan salah satu film Hollywood garapan Warner Bros. Pictures yang menggemparkan box office dunia pada tahun 2016 silam. Diangkat dari novel best seller karya Kevin Kwan, film ini menarik perhatian banyak orang hingga menghasilkan 238,5 juta US Dollar. Film yang dibintangi aktris Constance Wu ini menampilkan dominasi pemain berdarah Asia-Amerika, sehingga memperoleh antusiasme yang tinggi dari para penikmat film.
ADVERTISEMENT
Salah satu bagian ikonik di film Crazy Rich Asians adalah saat wedding scene Colin, sahabat Nick Young yang diadakan di Singapura. Ternyata, orang di balik latar dari scene tersebut adalah Teddy Setiawan, Art Director/Set Designer asal Indonesia. Tak hanya mendesain latar pesta pernikahan impian saja, Teddy juga mendesain seluruh set yang ada di film Crazy Rich Asians, seperti desain interior pesawat tempat Nick melamar Rachel, rumah Nick yang layaknya istana, dan pesta di beberapa spot turis terkenal di Singapura.
Wedding scene Film Crazy Rich Asians. Foto: Dok. Warner Bros. Pictures
Pemili akun Instagram @ted_kho ini mulai menjajaki peran Set Designer pada Serial Marco Polo keluaran Netflix. Cerita perjalanan karirnya itu bermula ketika ia berkenalan dengan seorang teman yang berprofesi sebagai ​Art Director untuk iklan-iklan TV di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Saat itu saya masih berprofesi sebagai ​exhibition designer​, lalu setelah tahu pekerjaan saya, dia mengajak saya untuk membantu kecil-kecilan dalam pembuatan iklan TV."
Ternyata, latar belakang pendidikan Teddy pun tak memiliki hubungan sama sekali dengan industri film. Ia mengawali karirnya yang berkembang hingga sekarang dari sekadar bantu angkat-angkat alat, yang disebut dengan istilah 'runner'. Perjalanan karirnya kemudian berlanjut di Film Beyond Skyline yang berperan sebagai ​Standby Propsman/On Set Props. Sedangkan film Beirut adalah film perdana Teddy berperan sebagai ​Art Director.
Sosok Teddy Setiawan. Foto: Dok. Teddy Setiawan
"Film ​Blackhat, yang disutradarai Michael Mann dan dibintangi Chris Hemsworth​, ​sebagian produksinya dilakukan di Jakarta. Saya dipanggil untuk membantu sebagai penerjemah (interpreter). Nah, dari situ kemudian saya mulai ditawari untuk terlibat di beberapa film asing (film Jepang dan Singapura). Kenalan saya kemudian bertambah dan mulai datang tawaran untuk mengerjakan film asing lain di Malaysia sampai akhirnya mendapat rekomendasi untuk film-film lainnya," ujar Teddy kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Menurut Art Director dari Film Crazy Rich Asians ini, aspek yang menunjang karirnya untuk bisa memperoleh peluang besar di industri film adalah networking. Networking bisa terjalin dengan baik bukan sekadar ketika kita kenal dengan orang-orang saja, tetapi ketika orang tersebut mengenal kita melalui kualitas kerja, seperti profesionalisme dan kualitas interpersonal seseorang.
"Jujur, baik, dan menyenangkan bagi rekan kerja. Juga tetap rendah hati, jangan sungkan untuk terus belajar dan berbagi ilmu."
Lebih lanjut, Teddy mengungkapkan orang Indonesia sebenarnya memiliki peluang besar untuk bekerja di industri global. Sifat orang Indonesia yang supel dapat menunjang seseorang untuk bekerja di lingkungan yang multikultural.
"Menurut saya ini sangat penting karena biasanya tim produksi film Hollywood terdiri dari kru dari berbagai latar belakang. Orang Indonesia supel pada umumnya. Kelemahannya, seringkali kita tidak percaya diri, cenderung tidak mengemukakan pendapat, bekerja sebagai bawahan bukan rekan kerja yang setara."
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan terbesar dari bekerja di industri film Hollywood menurut Teddy adalah susunan anggota tim yang sering kali berubah-ubah pada setiap pekerjaan. Karenanya, bekerja dalam tim dengan berbagai latar belakang bukanlah hal yang mudah.
Sebagai kru yang memegang paspor Indonesia, menurut Teddy, banyak dari tim produksi yang akan bertanya-tanya, apakah kita mampu dan mempunyai standar? Hal tersebut menyebabkan pentingnya profesionalisme kerja ketika berkarir di dunia Internasional. Selain itu, keterbatasan visa menjadi salah satu halangan dalam bekerja.
"Sebagai kru dengan paspor Indonesia, permasalahan yang dialami itu keterbatasan visa. Tidak seperti beberapa warga negara lain yang dapat melancong dengan bebas ke hampir semua negara di dunia, paspor Indonesia masih sangat terbatasi oleh visa. Hal ini membuat produser cenderung enggan memanggil kru dari Indonesia," jelas Teddy.
ADVERTISEMENT