Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Tantangan Sepakbola Wanita di Indonesia Menurut Women's Footie dan APPI
30 April 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Perkembangan sepak bola wanita di Indonesia perlahan semakin pesat seiring berjalannya waktu. Yolanda Krismonica sebagai exco Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) mengakui peningkatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, minat perempuan terhadap cabang olahraga ini pun semakin meningkat seiring waktu, terlebih ketika adanya kompetisi grassroot wanita di Indonesia.
Kompetisi tersebut mampu menyumbang pemain muda yang kompeten dan memiliki kecintaan tinggi terhadap sepak bola. Tentunya, hal ini tidak terlepas dari peran vital SSB (Sekolah Sepak Bola) dan lingkungan yang suportif.
Women’s Footie selaku komunitas sepak bola wanita terbesar di Indonesia menekankan pentingnya faktor pendukung seperti lingkungan dan rasa ingin tahu yang tinggi.
“Peminat terus naik. Lebih baik sih daripada 10 tahun lalu. Cuma emang harus ada faktor pendukung. Biar Perempuan tidak ragu buat memilih sepakbola. Peningkatan itu terjadi sejak adanya kompetisi grassroot wanita di Indonesia,” ujar Nino, Co-Founder Womens Footie kepada kumparan.
Minat perempuan terhadap sepak bola tentu sedikit berbeda dengan laki-laki. Itu karena laki-laki didukung oleh lingkungan sekitarnya yang memiliki perhatian besar terhadap memainkan sepak bola.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan perempuan yang masih dipandang tabu jika menjadi pesepak bola. Masyarakat menganggap bahwa sepak bola adalah permainan yang dikhususkan untuk laki-laki, bukan perempuan. Kondisi tersebut menjadi tantangan yang serius dalam dunia sepak bola wanita.
Di samping itu, terbatasnya organisasi yang menaungi sepak bola wanita juga menjadi kendala. Masih banyak pemain sepak bola wanita yang bergabung dengan SSB pria di usia dini. Mereka baru bisa menemukan lingkungan yang mendukung hobi dan kemampuannya saat beranjak dewasa.
Tantangan fisik dan psikologis juga menjadi hambatan hingga kini. Secara postur, wanita cenderung memiliki bentuk tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan laki-laki.
Secara psikologis, perempuan juga cenderung berpikir logis dan kritis. Sehingga, banyak pertimbangan yang mereka pikirkan saat bermain sepak bola.
ADVERTISEMENT
“Selanjutnya, tantangan secara psikologis. Pemain wanita cenderung berpikir lebih logis dan kritis dibandingkan pria. Namun secara fisik, bentuk tubuh yg berbeda dengan pria ini jadi sebuah tantangan juga dalam sepak bola wanita,” ujar Yolanda.
Jadi, perlu perhatian khusus dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah tersebut. Sampai detik ini, Indonesia telah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas sepak bola wanita.
Meningkatnya peminat sepak bola wanita seharusnya juga diimbangi pula dengan bimbingan yang eksklusif. Pemerintah, khususnya Kementerian Pemuda dan Olahraga, perlu menambah organisasi atau komunitas untuk menaungi pemain sepak bola wanita se-Indonesia.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Women’s Footie, mereka mulai meningkatkan awareness terkait olahraga sepak bola bagi wanita. Berbagai kegiatan sudah rutin dijalankan untuk menyukseskan upaya tersebut.
ADVERTISEMENT
Women’s Footie sering mengadakan acara nonton bareng (nobar) pertandingan sepak bola perempuan. Harapannya, di masa mendatang, Women’s Footie bisa memfasilitasi anggota komunitas untuk mengadakan tanding futsal bareng dan menggelar talkshow soal sepak bola perempuan.
Masa depan sepak bola perempuan sangat bergantung pada dukungan dari federasi sepak bola dan komunitas tertentu. Women’s Footie mendorong perempuan untuk mencoba dan belajar tentang sepak bola, serta menjadikan sepak bola lebih inklusif bagi semua orang.