Konten dari Pengguna

Teman Curhat: Bagaimana Caranya Mengatasi Overthinking?

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
28 Juli 2021 11:26 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Program Teman Curhat Bersama Nago Tejena. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Program Teman Curhat Bersama Nago Tejena. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Menjalani pandemi sendirian memang nggak mudah, teman kumparan. Nah, salah satu keuntungan bergabung di grup teman kumparan adalah bisa curhat ke psikolog secara gratis.
ADVERTISEMENT
Kalau kamu butuh teman cerita tapi bingung mau cerita ke siapa, kamu bisa curhat di grup teman kumparan. Program Teman Curhat hadir setiap hari Selasa agar member grup teman kumparan dapat mengungkapkan permasalahannya kepada Psikolog Klinis Nago Tejena. Yang pasti, program ini tidak dipungut biaya alias gratis.
Jika teman-teman mau bergabung, bisa klik link berikut untuk join ke grup teman kumparan: kum.pr/Temankumparan.
Penasaran seperti apa curhatan teman kumparan dan bagaimana Kak Nago menjawabnya? Simak rangkumannya di bawah ini!
Curhatan: Halo kak Nago, Aku mau curhat nih.
Jadi sudah selama 2 tahun belakangan ini aku merasa seperti nggak punya rasa empati lagi, mulai empati kepada orang lain, orang terdekat bahkan kepada diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Aku sering ngerasain ketika orang lain sedang sakit atau kesusahan namun aku tidak merasa sedih, bahkan aku pernah ketika salah satu keluarga aku sedang sakit aku sama sekali tidak merasakan kesedihan tersebut.
Menurut kak Nago, hal apa yang harus aku lakukan untuk meningkatkan empati aku?
Jawab: Halo..
Empati adalah salah satu perasaan penting yang dibutuhkan dalam interaksi sosial.. Namun, empati biasanya akan muncul dengan sendirinya pada objek / orang yang kita anggap penting.
Kenapa mungkin empati-mu berkurang terhadap keluarga atau orang terdekatmu? Mungkin kamu bermasalah dengan mereka, atau teman itu tidak terlalu signifikan dalam hidupmu, atau mungkin kamu tidak lagi terlalu bergantung akan mereka.
Menurutku tidak perlu dibuat-buat, cukup berikan perhatian dengan mereka sesuai dengan tingkatan yang kamu rasakan. Justru kalau dipaksa ditingkatkan malah jadi tidak tulus :)
ADVERTISEMENT
Selamat berjuang!
Curhatan: Aku baru setahun kehilangan Ibu, Bapak berniat untuk menikah lagi. Kalau boleh jujur rasanya belum bisa menerima, apalagi calonnya Bapak usianya nggak jauh dari aku. Bapak sempat minta aku buat pindah dari rumah ini, suami nggak mau..
Suami bersikukuh tetap serumah sama Bapak. Bagaimana pun juga usianya kan udah sepuh gitu kak. Cuma aku jadinya juga kayak tertekan gitu di rumah ini.
Oh iya kak, rumah ini sudah aku sama suami gantiin semenjak awal nikah. Jadi secara legalitas rumah ini sudah atas namaku. Cuma aku rasanya pengen pergi juga dari rumah ini.
Gimana ya kak cara buat ngomong sama suami? Aku tau niat dia baik, baik banget. Dia dulu juga paling banyak rawat Ibuku pas sakit, pas aku masih repot sama bayi. Bapakku ngomongnya cuma ke aku sendiri, nggak ke suami yang soal nyuruh buat pindah.
ADVERTISEMENT
Jawab: Aku rasa akan lebih baik kalau kamu menyampaikan ke suami atas dasar dari dirimu sendiri.
Tentu memang situasi tidak mengenakkan karena Bapak, akan tetapi apabila kamu yang merasa tidak betah dan ingin pergi... lebih baik kita jujur berkata bahwa alasannya dari diri kita sendiri.
Kejujuran ini akan meminimalisir kerumitan masalah, apalagi menghindari konflik antara orang tua, anak dan menantu.
Selain itu aku rasa penting juga untuk disampaikan bahwa kamu hanya menyampaikan isi perasaanmu, bukan berarti menuntut suami untuk langsung bergerak tanpa mempertimbangkan perasaan dia pula
Selamat mencoba!
Curhatan: Halo Kak, jadi udah 1 tahun terakhir ini aku suka ngerasa takut gitu, aku selalu takut sama pikiran orang-orang atau anggapan orang-orang. Kadang aku juga suka ngerasa teman-teman aku tuh kayak nggak suka sama aku, jadi aku sering ngejauh dari teman-teman aku.
ADVERTISEMENT
Selain itu aku sering berpikiran buat mengakhiri hidup karena isi kepala aku yang terlalu ramai, aku juga bingung jelasinnya ke orang lain kaya gimana. Kalo udah ngerasa kayak gitu aku jadi sering ngerasa sesak nafas, selain itu juga tanganku jadi gemetar.
Udah beberapa kali aku berpikir buat ke psikolog, cuma aku takut dengan tanggapan orang-orang dan takut sama diagnosisnya Kak. Aku bener-benar pengen sembuh dari pikiran yang kaya gitu Kak karena benar-benar menyiksa.
Terima kasih Kak sudah mau mendengarkan curhatanku.
Jawab: Halo..
Aku rasa kalau seperti ceritamu, kamu cukup membutuhkan profesional. Terkadang pikiran kita begitu mudah bergerak secara "liar" tanpa seizin kita.
Mungkin berawal dari penolakan salah satu orang, lalu kita begitu mudah menyimpulkan bahwa semua orang tidak menyukai kita
ADVERTISEMENT
Ke psikolog tidak mesti selalu "diberikan" diagnosis. Cukup diskusikan inti permasalahan yang kamu alami, dan berusaha mencari jalan penyelesaiannya. Apabila diberikan diagnosis pun, sebenarnya tidak mengubah apa yang mesti kita lakukan saat ini
Semoga bermanfaat dan mendapatkan keberanian mencoba yaa!
Curhatan: Saya wanita berusia 22 tahun, saya seringkali merasakan perubahan emosi yang cukup drastis dan pada akhirnya memengaruhi perilaku saya. Mungkin contoh dekatnya pada hubungan romantis yang saya jalani.
Terkadang saya dapat secara tiba-tiba fall out love, namun akan kembali penuh cinta ke pasangan saya dalam waktu yang terbilang cukup singkat.
Saya juga merupakan orang yang cenderung lebih memilih untuk memendam apa yang saya rasakan, sehingga tidak jarang saya bisa tiba-tiba marah atau kesal bahkan bisa meledak-ledak. Saya sudah mencoba untuk journaling emosi sekitar dua minggu.
ADVERTISEMENT
Apakah ada hal lain yang dapat saya lakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan akan diri saya? Terima kasih Kak Nago.
Jawab: Kalau journaling tidak membantu, aku sarankan kamu mencoba untuk bertemu dengan profesional.
Bertemu dengan profesional bisa membuat kita lebih mengenali diri sendiri. Tentang apa yang membuat kita mudah tersinggung, apa yang membuat kita bahagia, dan bagaimana kita menyelesaikan masalah.
Harapannya itu bisa membuat ketidaknyamanan yang ada di dalam diri kita berkurang, sehingga bisa menjalani hidup lebih baik.
Selamat mencoba :)
Curhatan: Halo. Saya mahasiswa, baru saja ujian skripsi dan sedang mengurus wisuda. Jadi belum punya ijazah S1. Orang tua mendesak untuk kerja, untuk melamar kerja kemanapun, tapi saat ini saya lebih ingin menjalankan bisnis kecil saya yang sudah saya jalani setahun kebelakang dan ada project bersama teman dan dosen yang sedang dikerjakan. Saya bingung bagaimana menyikapinya.
ADVERTISEMENT
Saya ingin bekerja konvensional juga, tapi tidak untuk sekarang, orang tua selalu mendesak sekali dengan alasan menaikkan derajat orang tua. Sedih, padahal penghasilan dari bisnis kecil saya sudah cukup untuk membayar cicilan di rumah dan biaya-biaya lain.
Saya takut karena selalu terpikir dan malah jadi depresi. Punya satu teman yang saya harapkan bisa jadi 'refresh' ketika ketemu, namun dia juga bilang 'daftar kerja gih'.
Semoga dengan curhat di sini bisa melegakan hati dan pikiran saya. Terima kasih
Jawab: Terima kasih sudah bercerita :)
Menurutku akan lebih baik kalau kamu komunikasikan perencanaanmu kepada orang tuamu.
Jelaskan, bahwa sebenarnya kamu juga ingin bekerja seperti itu namun belum saat ini. Sampaikan mungkin pertimbangan-pertimbanganmu kapan kamu merasa waktu tepat
ADVERTISEMENT
Apakah apabila dirasa bisnis ini sudah tidak berpotensi
Atau ketika kamu merasa butuh kestabilan dalam pekerjaanmu
Semoga mereka bisa memahami. Terima kasih.
Program Teman Curhat dibuat khusus untuk member yang tergabung di grup online resmi komunitas teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan Nago Tejena, Psikolog Klinis yang sedang bekerja di Biro Psikologi Universitas Udayana. Psikolog Klinis lulusan Universitas Padjajaran tahun 2018 ini juga sedang aktif memberikan edukasi lewat beberapa webinar.
Pria yang kerap disapa Kak Nago ini berfokus mendalami psikologi klinis, pengembangan diri, dan psikologi anomali (penjelasan psikologi mengenai fenomena supranatural). Bagi teman kumparan yang aktif di media sosial Twitter, pasti enggak asing lagi dengan thread yang membahas isu psikologi dan cerita supra natural dari akun @nagotejena.
ADVERTISEMENT
(tan)
====================
Teman curhat merupakan program khusus yang diadakan di grup teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan para expert yang ahli di bidangnya. Yuk, gabung ke grup teman kumparan di Telegram melalui kum.pr/Temankumparan. Jangan lewatkan keseruannya, ya!