Teman Curhat Bersama Psikolog Klinis Nago Tejena (10)

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
15 Januari 2021 15:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi stres akibat tekanan diri. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi stres akibat tekanan diri. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Kondisi pandemi ini membuat semua serba tak menentu. Bukan hanya was-was soal kesehatan fisik, tetapi juga membuat kondisi psikologis kita jadi tidak stabil.
ADVERTISEMENT
kumparan membuat Program Teman Curhat khusus untuk member yang tergabung di grup online resmi komunitas teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan para expert yang ahli di bidangnya.
Pada Selasa (28/12), teman kumparan telah berkonsultasi dengan Nago Tejena, Psikolog Klinis yang sedang bekerja di Biro Psikologi Universitas Udayana. Psikolog Klinis lulusan Universitas Padjajaran tahun 2018 ini juga sedang aktif memberikan edukasi lewat beberapa webinar.
Pria yang kerap disapa Kak Nago ini berfokus mendalami psikologi klinis, pengembangan diri, dan psikologi anomali (penjelasan psikologi mengenai fenomena supranatural). Bagi teman kumparan yang aktif di media sosial Twitter, pasti nggak asing lagi dengan thread yang membahas isu psikologi dan cerita supra natural dari akun @nagotejena.
ADVERTISEMENT
Penasaran seperti apa isi dari curhatan teman kumparan dan bagaimana Kak Nago menjawabnya? Simak rangkumannya di bawah ini, yuk!
Teman curhat bersama psikolog Nago Tejena, M.Psi. Foto: kumparan/Masayu Antarnusa.
Curhatan: Salam kenal, Bang. Aku PNS baru, baru lulus kuliah 2018 daftar CPNS, Alhamdulillah keterima dosen di salah satu instansi. Kondisinya adalah, entah kenapa aku merasa terasingkan saja. Soalnya aku dengar-dengar kursi CPNS yang pas lowongan itu katanya buat salah satu dosen tetap yang di kampus itu. Kewajiban dosen kan ada Tridharma Perguruan Tinggi; pengajaran, pengabdian masyarakat, dan penelitian.
Kalau pengajaran sudah diberikan sejumlah sks tapi sangat sedikit, padahal ada jumlah minimal syarat sks untuk mengajukan fungsional. Ya aku terima aja, bersyukur masih bisa dikasih SKS ngajar. Jadi gak makan gaji buta rakyat.
ADVERTISEMENT
Nah, aku kan anak baru jadi belum bisa mengajukan penelitian atau pengabdian, paling nggak cuma jadi anggota. Tapi kebetulan aja aku nggak ada yang ajak, hehe. Senioritas di tempatku sangat terasa. Aku mencoba bergabung sama Bapak/Ibu yang lain tapi entah kenapa terlalu tinggi bentengnya ya Bang.
Sampai ibu kepegawaian pun heran. Kok tiap ada kegiatan yang diajak CPNS yang dari dosen tetap, yang anak baru gak pernah diajak. Padahal itu berguna untuk mengangkat nilai SKP dosen. Aku paham gak bisa mengendalikan hal ini. Tapi kepikiran terus, Bang. Jadi kadang kecewa gitu aja. Jadi gimana aku harus bersikap ya Bang? Terima kasih sebelumnya. :)
Jawab : Haloo.. Terima kasih sudah menceritakan keresahanmu. Memang saat kita baru memasuki suatu organisasi / instansi, seringkali kita terkejut dengan perbedaan budaya yang ada. Selama ini kita hanya memahami mereka dari luar, dan baru kali ini terlihat dari dalam seperti apa...
ADVERTISEMENT
Perlu kamu pahami, bahwa sebenarnya setiap orang melakukan sesuatu hanya untuk dirinya sendiri. Mereka melakukan penelitian itu untuk diri mereka sendiri, begitu pula kamu ingin bergabung dengan mereka juga demi dirimu sendiri.
Bagaimana kita harus bersikap? Coba kamu tanyakan ke diri “Kira-kira apa nilai lebih ku yang bisa kutawarkan, sehingga mereka merasa terbantu kalau memasukkan aku”
Dengan begitu kamu bisa memberikan sesuatu yang mereka butuhkan, dan kamu bisa mendapatkan kesempatan yang kamu inginkan
Semoga bermanfaat. 😀
Curhatan: Halo kak. Saya mau curhat, jadi udah sekitar 1 tahun ini pikiran saya sering sekali terlintas bayangan kematian, seperti bagaimana kalau saya mati ditabrak truk, dilindas kereta api, diserempet mobil. Saya nggak tau apa pemicunya, tapi tiba-tiba terlintas saja. Paling sering saat saya sedang menyetir atau saat saya hendak tidur pasti ada bayangan-bayangan seperti itu. Hal ini cukup mengganggu kak, karena secara tidak langsung saya jadi agak takut saat berkendara. Kalau susah tidur saya biasanya sengaja main HP tapi efeknya malah keterusan dan membuat saya makin susah tidur.
ADVERTISEMENT
Kalau saya biarkan tanpa main HP saat malam-malam saya malah merasa hati dan pikiran lelah sekali dan cenderung merasa sedih sekali sampai-sampai menangis. Saya juga sering sekali merasa sedih dan berat terutama saat sebelum tidur. Hal ini memperparah susah tidur saya kak. Kira-kira apa pemicunya ya kak? Dan bagaimana cara supaya bisa mengatasinya?
Saya lelah sekali baik secara fisik karena kurang tidur maupun hati dan pikiran. Saya juga mudah sekali menangis padahal saya jelas-jelas sedang tertawa. Tapi tiba-tiba ada rasa sedih sekali melanda yang membuat saya menangis secara tiba-tiba.
Hal lain lagi kalau saya berbuat salah saya ingin sekali memukul diri saya sendiri. Hal ini sudah beberapa kali saya lakukan. Karena saya merasa saya tidak berguna dan selalu melakukan kesalahan yg sama. Jadi saya merasa seperti ingin menghukum diri sendiri dengan pukulan.
ADVERTISEMENT
Memang kak, dari kecil saya selalu dipukuli kalau berbuat salah. Trauma itu juga belum sepenuhnya hilang. Saya masih bisa mengingat dan merasakan setiap pukulan yang saya terima dari saya masih kecil. Bahkan saya masih ingat betul wajah saya lebam dan berdarah-darah. Saya capek kak. Saya nggak tau bagaimana menangani perasaan dan pikiran saya sendiri. Saya harus bagaimana ya kak?
Maaf panjang kak.. tapi terimakasih banyak kalau kakak mau baca dan menanggapi curhat saya ini. God bless you kak :)
Jawab : Haloo.. Terima kasih kamu sudah mau bercerita. Kalau berdasarkan ceritamu, sepertinya permasalahan ini cukup berat.
Kita sudah sampai di tahap dimana pikiran yang tidak masuk akal bermunculan, perasaan yang tidak nyaman tidak tertahankan, fisik terpengaruh, dst.
ADVERTISEMENT
Seperti yang kamu katakan, sepertinya ini sudah berasal dari dulu. Tumpukan pengalaman yang tidak menyenangkan, trauma, dan lainnya, membentuk diri kita saat ini. Inilah yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan berlebih saat menghadapi masalah saat ini
Aku hanya bisa menyarankan kamu untuk mencoba menemui profesional. Disana kamu akan diajak untuk mengurai permasalahan ini, sehingga bisa menentukan langkah apa yang tepat untuk melanjutkan hidupmu
Kalau kamu ingin bertanya mengenai pilihan akses ke psikolog, kamu bisa bertanya kepadaku, semoga membantu yaa.
Curhatan: Halo Kak Nago, salam kenal. Seneng banget bisa diberi kesempatan curhat ke Kak Nago, saya mutualan Kak Nago di twitter hehe.
Jadi gini kak, saya kan juga lulusan S1 psikologi nih, nah itu suka ada tuntutan dari lingkungan bahwa mahasiswa / lulusan psikologi tidak boleh gini dan gitu (misal kecewa, marah, mengeluh). Nah, saya jadi ngerasa tidak diberi ruang untuk bisa merasakan menjadi 'manusia', harus selalu bisa mengatasi masalah diri sendiri dan orang lain. Bagaimana ya kak menurut Kak Nago hal yang seperti itu?
ADVERTISEMENT
Terimakasih kak, semoga saya tercerahkan;)
Jawab : Haloo, wah kita berjumpa kembali disini ya hehe 😃. Sebenarnya ilmu psikologi merupakan ilmu yang sangat subjektif, jadi prinsip apa yang kita pegang tentu harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Jika kamu berada di posisi sebagai konselor, tentu tuntutan itu nyata. Karena kamu harus menyampingkan berbagai emosi pribadi guna memfasilitasi klien.
Namun jika kamu berada dalam posisi sehari-hari, seperti layaknya manusia biasa, justru sebagai anak psikologi seharusnya kita paham bahwa wajar manusia merasa seperti ini. Pahami bahwa perasaan perlu diakui sebelum bisa dilalui, memaksa bahwa kita harus bisa segera melaluinya malah akan merusak proses ini. Mungkin itu yang perlu kita pegang dan sampaikan?
ADVERTISEMENT
Selamat berjuang!
Curhatan: Jadi belakangan ini saya melakukan self harm lagi. Sebenarnya saya sudah bisa berhenti self harm semenjak 2 tahun yang lalu. Dulu mungkin titik terendah dalam hidup saya, nenek yang merawat saya meninggal, ayah dan ibu saya bercerai, karena ayah saya selingkuh dan punya anak dari selingkuhannya juga karena ibu saya nggak mau pulang atau mungkin sudah ada selingkuhan juga disana, Fyi ibu saya bekerja di luar negeri sejak saya kelas 4 SD. Jadi sedari kecil saya hidup dengan nenek, terkadang ayah pulang ke rumah, tapi sering berkata-kata kasar dan memperlakukan saya dengan kasar.
Saya sering bertengkar sama dia, tapi selalu ada nenek yang jadi penengah, tapi beberapa tahun lalu nenek meninggal dan semenjak itu saya tinggal sendiri, melakukan semua hal sendiri. Waktu nenek meninggal ayah sama ibu masih jadi suami istri, tapi nggak lama setelah itu ketika saya kelas 11 SMA mereka berdua memutuskan bercerai, dan pertama kalinya saya tahu kalau ayah saya selingkuh hingga mempunyai anak. Saat itu aku hancur, tidak ada lagi semangat hidup, i just feel like zombie, bisa tidur seharian full, bisa juga nggak tidur sampe 2 hari. Tiap malam juga saya selalu nangis, tidur jadi lebih sering kebangun dan berakhir overthinking dan nangis sampai, bahkan sekolah pun jadi berantakan, dan untuk pertama kalinya saya nyoba self harm.
ADVERTISEMENT
Oh iya saya juga nggak punya temen deket saat itu, jadi saya bener-bener nggak tau gimana caranya ngeluarin berbagai macam pikiran dan bisikan mengganggu yang terus-terusan, kan kata orang kalau cerita bisa sedikit meringankan beban, tapi saya nggak punya seorangpun yang bisa saya ceritain, pernah sih dulu nyoba cerita sama salah satu temen kelas tapi saya malah di judge, dijauhi, dan dia ngeliat saya kaya orang gila. Jadi ya saya jadi melakukan self harm lebih sering saat itu, and i hate myself. Saya benci diri saya, mungkin bener kaya yang dia bilang, kalau saya gila.
Nah, pas aku kelas 12 SMA, saya lebih sering ngalihin perhatian dengan belajar, sampe tiap malam saya nggak tidur buat belajar, disini saya lebih menyiksa diri saya dengan belajar sampai-sampai saya hanya mengijinkan diri saya untuk tidur cuma 1-2 jam, dan ya berakhir dengan terbiasa sampai sekarang. Tapi semenjak itu saya jadi jarang melakukan self harm dan berhenti malah. Terus setelah saya memasuki semester 3 saya melakukan itu lagi. And i don't know why, semenjak kuliah dirumah juga saya lebih sering tidak produktif, overthinking, cemas, dan semakin membenci diri saya sendiri.
ADVERTISEMENT
Saya udah nyoba buat ngalihin dengan menyibukkan diri dengan tugas, organisasi bahkan part-time, tapi tetap saja itu nggak bekerja. Saya juga coba mendekatkan diri ke tuhan kayak yang orang orang bilang, tapi sama aja. Saya masih saja merasa kosong, capek padahal nggak ngapa-ngapain, lebih sering tiba-tiba nangis, juga kembali ngelakuin cutting. Wah maaf jika cerita saya terlalu panjang, yang bahkan saya tidak tau intinya. Maaf :) gak usah dibaca juga gapapa, nggak penting soalnya :)
Jawab : Terima kasih sudah bercerita, aku yakin butuh usaha yang keras untuk bertahan melewati segala permasalahan tersebut sampai saat ini.
Menurutku apa yang kamu lakukan sudah baik, mencoba mengalihkan energimu untuk melakukan hal-hal yang produktif. Akan tetapi, ini saatnya kita untuk mengobati perasaan “hampa” itu
ADVERTISEMENT
Tanyakan ke diri, “Apa yang aku tuju?”.
Apakah kamu cuma membuang energi agar sekedar produktif, atau menggunakan energi ini untuk mendekatkan dirimu akan suatu tujuan?
Ketika kita memiliki permasalahan dalam lingkar terkecil kita (keluarga), seringkali hal ini menghilangkan berbagai alasan dan tujuan dalam hidup ini. Sangat disayangkan memang, namun di sisi lain ini bisa menjadi kesempatan kita untuk mulai menentukan tujuan kita sendiri.
Harapannya, tujuan inilah yang bisa menimbulkan perasaan bermakna dalam hidup yang penuh permasalahan ini. Ingat bahwa kalau kamu mengalami kebingungan di tengah perjalanannya, kamu bisa menemui profesional.
Selamat berjuang!
(tan)
====================
Teman curhat merupakan program khusus yang diadakan di grup teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan para expert yang ahli di bidangnya. Yuk, gabung ke grup teman kumparan di Telegram melalui kum.pr/Temankumparan. Jangan lewatkan keseruannya, ya!
ADVERTISEMENT