Teman Curhat Bersama Psikolog Sri Juwita K., M.Psi (3)

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
27 November 2020 15:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bertengkar pada rumah tangga. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bertengkar pada rumah tangga. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kondisi pandemi ini membuat semua serba tak menentu. Bukan hanya was-was soal kesehatan fisik, tetapi juga membuat kondisi psikologis kita jadi tidak stabil. Tak terkecuali bagi ibu yang setiap harinya menjalani aktivitas yang multiperan.
ADVERTISEMENT
Teman kumparan membuat Program Teman Curhat khusus untuk member yang tergabung di grup online resmi komunitas teman kumparan Mom. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan psikolog yang ahli di bidangnya.
Pada Selasa (24/11), Teman kumparan Mom telah berkonsultasi dengan Sri Juwita K., Psikolog Keluarga yang sedang berpraktik di Tiga Generasi dan LPT UI. Selain sibuk berpraktik sebagai psikolog, wanita yang kerap disapa Wita ini juga merupakan Founder dari komunitas @cintasetara.
Tak hanya itu, pemilik akun Instagram @ladywitts ini juga merupakan salah satu penulis dari buku Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan. Ia juga aktif menjadi narasumber untuk talkshow dan kelas di berbagai media online serta offline.
ADVERTISEMENT
Penasaran seperti apa isi dari curhatan teman kumparan Mom dan bagaimana Mbak Wita menjawabnya? Simak rangkumannya di bawah ini, yuk!
Teman curhat bersama psikolog Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi. Foto: kumparan/Masayu Antarnusa.
Curhatan: Mungkin saya hanya bertanya saja ya di sini.
1. Apa perbedaan antara autis dan asperger?
2. Apakah anak tantrum itu bisa dikategorikan sebagai autisme dan asperger?
Jawaban : Untuk penjelasan diagnosa, saya tidak akan sampaikan di sini agar tidak ada yang melakukan self-diagnose. Untuk memperoleh diagnosa yang tepat sebaiknya datang ke professional secara langsung, di sana psikolog akan melakukan observasi, wawancara, dan menggunakan alat tes psikologi.
Terkait tantrum sendiri, yang bisa diingat oleh orang tua adalah anak pun merasa tidak nyaman ketika sedang tantrum di sinilah kesempatan orangtua untuk mengenal anak lebih dalam serta menjalin kedekatan dan koneksi dengan anak. Tantrum bukanlah ancaman, melainkan kesempatan anak untuk belajar mengenal emosi. Untuk orangtua sendiri, jadi ruang untuk belajar mengelola emosi diri sendiri. (Sumber: Edwina, 2020)
ADVERTISEMENT
Curhatan: Saya berumur 32 tahun. Dan saya punya anak perempuan berumur 4 tahun. Saya pernah di KDRT beberapa kali sama suami dalam 5 tahun pernikahan kami.
Suami saya kasar, baik dari omongan maupun kelakuan. Hampir setiap hari saya mendengar teriakan dan omelannya. Di matanya selalu saya yang salah dalam hal apapun, dan dia yang benar karena saat dia melakukan kesalahan pun tidak pernah minta maaf sekalipun.
Saya merasa dia tidak menghargai saya sebagai istri. Padahal saya kerja dan urus rumah tangga juga dan nggak ada asisten rumah tangga yang bantu. Mertua dan ipar dulu tinggal dengan kami tapi yang ada hanya memperkeruh suasana.
Saya pernah kembali ke rumah ortu karena sudah nggak tahan dengan sikap sami dan kondisi rumah saat itu. Sampai akhirnya proses pembicaraan antara 2 keluarga dan kami berdua, akhirnya kami rujuk kembali karena suami janji tidak akan KDRT lagi dan supaya nggak rebutan anak kalau kami cerai.
ADVERTISEMENT
Tapi sekarang kembali lagi sikapnya yang ngomel-ngomel tiap hari dan kami sering ribut meskipun saat ini kami tidak tinggal dengan ipar dan mertua. Saya sudah mengalami insomnia hampir 1.5tahun. Dalam hati saya selalu ada perasaan nggak tenang dan takut. Saya tidak merasa damai dalam hidup keseharian saya.
Saya mencoba bertahan demi anak dan mencari kesibukan lain agar tidak berpikiran yang macam-macam. Saya merasa psikis saya tertekan dan depresi. KDRT fisik yang suami saya lakukan dulu sering terngiang-ngiang di pikiran saya. Apa yang harus saya lakukan dengan rumah tangga saya? Apakah ada solusi untuk masalah saya? Tolong bantuannya. Terima kasih.
Jawaban : Halo Mom. Saya sangat prihatin dengan kondisi yang Mom alami saat ini. Mengalami KDRT (apapun bentuknya bukan hanya fisik ya), tentunya tidak mudah untuk dilupakan. Mom harus mengapresiasi diri sendiri karena sudah kuat bertahan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, akan lebih baik jika Mom bertemu dengan profesional (bisa coba ke Yayasan Pulih yang memang fokus dalam menangani kasus Kekerasan) agar kondisi psikologis Mom bisa lebih tenang dan lebih stabil. Kondisi psikologis Mom bukan hanya berdampak positif pada diri sendiri tetapi juga pada anak, karena jika Mom dalam kondisi yang lebih baik tentunya akan lebih berenergi dalam mengurus anak baik secara fisik maupun kedekatan emosional.
Suami pun sebaiknya memiliki penyaluran emosi yang lebih sehat, agar tidak ngomel-ngomel kepada Mom sebagai istri. Jika kondisi sedang tenang, bisa disampaikan harapan Mom kepada suami secara konkrit. Misal: Mom berharap suami bisa lebih menunjukkan rasa sayang dengan cara..... (isi sendiri). Coba lihat responnya, jika ia pun menunjukkan usaha setidaknya tidak merendahkan emosi dan harapan Mom, tampaknya hubungan ini masih layak untuk dipertahankan.
ADVERTISEMENT
(tan)
====================
Teman curhat merupakan program khusus yang diadakan di grup teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan para expert yang ahli di bidangnya. Yuk, gabung ke grup teman kumparan di Telegram melalui kum.pr/temankumparanMom. Jangan lewatkan keseruannya, ya!