news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Teman Curhat: Mengatasi Pengalaman Traumatis

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
7 September 2021 14:37 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Program Teman Curhat Bersama Nago Tejena. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Program Teman Curhat Bersama Nago Tejena. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara mengatasi pengalaman traumatis? Ini adalah salah satu pertanyaan teman kumparan kepada Psikolog Klinis Nago Tejena di Program Teman Curhat. Psikolog yang kerap disapa Kak Nago ini sudah memberikan jawabannya lewat rangkuman di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu keuntungan bergabung di grup teman kumparan yaitu bisa bertanya dan konsul ke psikolog secara gratis. Program Teman Curhat hadir setiap hari Selasa agar member grup teman kumparan dapat mengungkapkan permasalahannya kepada Psikolog Klinis Nago Tejena secara gratis.
Jika teman-teman mau bergabung, bisa klik link berikut untuk join ke grup teman kumparan: kum.pr/Temankumparan.
Penasaran seperti apa curhatan teman kumparan dan bagaimana Kak Nago menjawabnya? Simak rangkumannya di sini!
Curhatan: Saya mengalami pengalaman traumatis pelecehan seksual semasa SMA. Saat ini saya sedang kuliah dan hampir 2 tahun setelah kejadian itu. Sekarang saya selalu merasa resah, merasa tidak aman dan nyaman jika berada di dekat lelaki, kadang sama ayah sendiri juga selalu awas.
ADVERTISEMENT
Setiap tanggal kejadian itu saya selalu mimpi lagi momen pelecehan itu. Banyak yang menyarankan saya ke terapis, tapi saya sendiri nggak jarang berpikir buat apa, toh nggak bisa nge-cancel kejadian itu. Mohon sarannya, Kak Nago. Terima kasih.
Jawaban dari Kak Nago: Memang kejadian traumatis itu sudah terlanjur terjadi, dan tidak ada yang kita bisa lakukan untuk mengubah itu. Namun kita masih perlu untuk memprosesnya sehingga tidak merebut kebahagiaan lainnya di hidup kita.
Ibarat memang jatuh dan terluka sudah terjadi, namun kita masih bisa berusaha mengobati luka tersebut. Karena apabila tidak, mungkin akan ada masalah baru yang ditimbulkan oleh luka ini (hubungan kamu dengan ayah sendiri, atau lawan jenis juga contohnya)
ADVERTISEMENT
Cobalah mulai dengan mencari tahu dulu tentang bantuan profesional, apabila kamu merasa ingin mencoba, kamu bisa melakukan proses konseling dengan psikolog.
Semoga membantu, ya.
Curhatan: Saya ibu rumah tangga sekaligus working mom. Tahun ini saya diterima disalah satu instansi yang sudah lama saya impikan. Pekerjaan yang saya impikan pula. Tetapi, saya merasa kemampuan komunikasi saya menurun jauh jika dibandingkan waktu jaman kuliah.
Sedikit cerita, sebelum diterima kerja ditempat ini, saya hanya bekerja sesekali sebagai freelance dan sebagian besar waktu saya, saya habiskan di rumah dengan suami dan anak-anak. Enam tahun hidup saya terlalu banyak berkutat dengan pekerjaan domestik, ngurus anak dan sesekali kerja freelance sebagai hiburan.
Ketika sekarang saya diterima di sebuah tempat kerja yang mengharuskan saya untuk sosialisasi dan koordinasi dengan teman lain saya merasa gugup, tidak percaya diri, cara komunikasi kurang sehingga saya sering merasa diremehkan. Saya harus bagaimana?
ADVERTISEMENT
Jawaban dari Kak Nago: Haloo.. terima kasih sudah bercerita
Tentu sebagai manusia, kita perlu untuk melakukan adaptasi. Tidak mungkin kita bisa langsung mengeluarkan performa maksimal di situasi dan lingkungan yang baru
Coba perhatikan secara seksama kira-kira skill apa atau kemampuan apa yang mungkin kamu rasa kamu kurang miliki. Entah itu negosiasi, komunikasi, dan seterusnya. Lalu coba asah secara perlahan.
Apabila membantu, kamu bisa secara langsung menanyakan konflik atau kendala yang kamu miliki kepada atasan atau supervisormu.
Kalau ini juga tidak berhasil, ada 2 kemungkinan. Antara memang kamu membutuhkan waktu, atau mungkin ada permasalahan tertentu yang membuatmu kesulitan dalam menjalankannya.
Untuk kemungkinan yang kedua, bantuan profesional bisa membantu. Selamat mencoba!
Curhatan: Hai Kak! Jadi gini, aku nggak tahu mau mulai dari mana, yang pasti ini bukan efek pandemi. Karena sebelum ini pun, aku sudah ngerasain ini. Perasaan nggak guna, nggak pantes untuk hal apapun. Bahkan aku berpikir, aku nggak pantes untuk sekadar bernapas. Aku merasa semua yang sudah aku usahain sia-sia. Semua impian aku nggak bakal bisa terwujud.
ADVERTISEMENT
Aku introvert, bahkan temen deket aku bilang kalau aku terlalu tertutup. Aku nggak pernah berpikir untuk menunjukkan kesedihan atau perasaan-perasaan aneh ini sama orang lain. Meskipun itu cuma lewat tulisan. Tapi, pada akhirnya aku melakukan itu belakangan ini. Nggak secara gamblang sebenarnya. Aku nulis apa yang aku rasain.
Aku ngejauhin sahabat aku, dan aku mengganti profil media sosial jadi gambar full hitam dengan tulisan, 'bunuh diri sakit nggak sih:)?'. Aku berpikir kalau apa yang aku rasain ini depresi. Tapi, aku nggak yakin karena salah satu tanda depresi adalah berat badan menurun. Sementara aku engga ngalamin itu. Aku cuma nangis hampir tiap malam, ngerasa kalau nggak ada hal yang menyenangkan. Bahkan yang dulunya hal aku suka juga mendadak jadi biasa aja. Aku juga males ngelakuin apapun.
ADVERTISEMENT
Dan, aku sampai di titik ketika aku berpikir kalau mati juga bukan hal yang buruk. Aku mulai search cara bunuh diri tapi nggak sakit. Aku mulai berpikir untuk membuat luka di pergelangan tangan. Aku belum benar-benar ngelakuin itu karena aku masih takut. Tapi, aku nggak bisa jamin kalau dalam waktu dekat tetap bisa bertahan untuk nggak ngelakuinnya. Aku nggak ngerti aku kenapa. Maaf panjang hehe.
Jawaban dari Kak Nago: Haloo.. terima kasih sudah bercerita ya
Kondisi depresi pada setiap orang bervariasi. Ada yang mungkin berat badan menurun, tapi ada juga yang malah bertambah. Ada yang menjadi sulit tidur, ada juga yang malah jadi tidur berlebihan.
Meskipun mungkin kita ngga tahu apakah yang kamu alami depresi atau bukan, akan tetapi yang jelas ada permasalahan yang sudah sangat mengganggu kamu.
ADVERTISEMENT
Menurutku, penting untuk segera reach out ke profesional. Di sana kita akan diajak untuk melihat kondisi perasaan kita, mencari akar permasalahan kita, serta secara perlahan menata hidup kita.
Di zaman sekarang ini, sudah banyak ada layanan konseling online yang tersedia. Dari yang harganya terjangkau, bahkan sampai ada pula yang gratis.
Semoga kamu cepat menemukan yang sesuai, semoga membantu.
Curhatan: Bagaimana cara membuka hati kembali setelah sekian tahun baru bisa move on? Karena, setiap kali saya hendak membuka hati kembali, saya dipenuhi dengan ketakutan akan masa lalu saya. Terima kasih sebelumnya, mohon pencerahannya.
Jawaban dari Kak Nago: Ketika kita sulit untuk membuka hati, biasanya itu berarti kita memiliki berbagai ketakutan terhadap apa yang akan kita hadapi.
ADVERTISEMENT
Mungkin kita takut sakit hati lagi, takut dikhianati lagi, atau mungkin takut ditinggalkan lagi.
Tidak ada cara yang spesifik untuk bisa mengatasinya, namun di saat yang bersamaan kamu harus memahami bahwa tidak ada juga yang memaksa kamu untuk segera membuka diri.
Take your time, cukup coba secara perlahan. Kamu tidak perlu langsung membuka semua hal tentang dirimu, cukup yang nyaman kamu sampaikan terlebih dahulu.
Lama kelamaan, kamu akan kembali terbiasa, sehingga bisa menjalin hubungan yang lebih baik.
Selamat mencoba!
Curhatan: Halo Kak Nago, mau tanya. Kenapa ya rasanya setelah mulai seek help ke profesional, mulai belajar mindfulness, dll., semua perasaan-perasaan yang di neglect atau di-avoid dulu jadi ke unlock semua? Terus prosesnya terasa jadi sakit banget, capek banget, melelahkan banget. Apa memang perjalanannya akan begini terus? Terima kasih.
ADVERTISEMENT
Jawaban dari Kak Nago: Haloo, thank you udah bertanya ya.
Perjalanan menuju kesehatan mental memang terasa berat di awal. Mengapa? Karena kita diajak untuk menemui berbagai jenis permasalahan yang selama ini kita hindari. Jadi masalahnya memang sudah ada, akan tetapi baru terasa karena kita baru mencoba menemuinya.
Aku rasa proses ini bisa dijalani pelan-pelan, kamu tidak harus memaksa dirimu untuk segera menyelesaikan semuanya. Cukup melangkah sesuai dengan kemampuanmu. Selamat mencoba :)
Program Teman Curhat dibuat khusus untuk member yang tergabung di grup online resmi komunitas teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan Nago Tejena, Psikolog Klinis yang sedang bekerja di Biro Psikologi Universitas Udayana. Psikolog Klinis lulusan Universitas Padjajaran tahun 2018 ini juga sedang aktif memberikan edukasi lewat beberapa webinar.
ADVERTISEMENT
Pria yang kerap disapa Kak Nago ini berfokus mendalami psikologi klinis, pengembangan diri, dan psikologi anomali (penjelasan psikologi mengenai fenomena supranatural). Bagi teman kumparan yang aktif di media sosial Twitter, pasti enggak asing lagi dengan thread yang membahas isu psikologi dan cerita supra natural dari akun @nagotejena.
(tan)
====================
Teman curhat merupakan program khusus yang diadakan di grup teman kumparan. Lewat Teman Curhat, teman kumparan bisa berkonsultasi, diskusi, dan curhat dengan para expert yang ahli di bidangnya. Yuk, gabung ke grup teman kumparan di Telegram melalui kum.pr/Temankumparan. Jangan lewatkan keseruannya, ya!