news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Teman Curhat Usaha: Cara Memasarkan Produk UMKM Agar Laku di Pasaran

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
18 Oktober 2021 15:09 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Program Teman Curhat Usaha di Grup Teman kumparan UMKM. Foto: dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Program Teman Curhat Usaha di Grup Teman kumparan UMKM. Foto: dok. kumparan
ADVERTISEMENT
Ini jadi salah satu pertanyaan teman kumparan UMKM yang paling sering muncul di Program Teman Curhat Usaha: "saya baru mau mulai usaha, tapi bingung cara memasarkan produk seperti apa." Apakah teman kumparan juga menanyakan hal yang sama?
ADVERTISEMENT
Jika iya, maka teman-teman nggak perlu bingung dan risau lagi karena Glenn dan Shasya sudah membagikan pendapat dan pengalamannya lewat Program Teman Curhat Usaha. Program ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan teman-teman yang memiliki UMKM bersama para pelaku UMKM berpengalaman, yaitu Glenn dan Shasya.
Glenn Marsalim merupakan owner MGKYM yang sudah menekuni dunia bisnis sejak 7 tahun silam. Sedangkan Shasya Pashatama merupakan seorang food blogger yang sering icip-icip makanan yang kemudian membuka kedai makanannya sendiri bernama Cici Claypot di Bandung.
Penasaran seperti apa curhatan teman kumparan tentang cara memasarkan produk UMKM dan bagaimana Glenn dan Shasya menjawabnya? Simak rangkumannya di bawah ini!
Curhatan: Kakak mohon di bantu solusinya kami berjualan:
1. Aci kuah bakso dan bakpao, bagaimana cara pemasaran yang direkomendasikan?
ADVERTISEMENT
2. Orang tua jualan warung makan sate kambing dan GULE saat ini mengalami penurunan pembeli dan bertambahnya harga daging. Bagaimana ya solusinya?
Terima kasih.
Jawaban dari Shasya: Hai Rajid, seperti makanan lain pada umumnya, aci kuah bakso dan bakpao bisa dipromosikan dengan baik melalui social media. Kuncinya memiliki konten yang bagus juga aktif selalu tampil di socmed.
Namun yang paling penting dari semuanya adalah rasa enak dan kualitas yang bagus, karena makanan yang enak adalah marketing bagi dirinya sendiri.
Mempromosikan makanan melalui influencer juga terbukti banyak berhasil. Sampai sekarang, saya belum pernah membayar orang untuk mempromosikan dagangan saya, tapi saya punya teman-teman yang saya tahu pada suka makan dan suka share makanan mereka di socmed. Yang namanya influencer terutama untuk makanan tidak harus selalu selebtweet atau selebgram. Bisa jadi ‘orang biasa’ yang suka cerita tentang makanannya di WA group sekolah. Pasang mata baik2, siapa teman kita yang begitu.
ADVERTISEMENT
Sate kambing dan gule bukan barang baru dalam penjualan makanan. Artinya calon pembeli kurang lebih sudah tau bagaimana rasanya. Pesan saya yang pertama adalah cek rasa, terkadang saat kita sudah lama berjualan, kita mungkin lengah dalam menjaga kualitas dan konsistensi rasa. Saya bilang gini karena saya pun pernah mengalami masalah soal konsistensi rasa.
Yang kedua, walaupun sudah lama berjualan kita tetap harus membuat jualan kita ‘terdengar’. Contohnya, Indomie yang dari dulu ada pun masih harus beriklan.
Tentu saja skala beriklan kita berbeda dengan mereka, tapi prinsipnya masih sama : orang harus diingatkan terus menerus kalau kita ada. Untuk bisnis makanan seperti ini bisa menggunakan: socmed, broadcast di WA group, dll. Bila orang tua kurang fasih dengan teknologi seperti ini, kita sebagai anak kiranya bisa membantu secara teknis.
ADVERTISEMENT
Bertambahnya harga daging memang agak sulit kita atasi karena mengikuti keadaan pasar ya. Tapi bila makanan kita terjaga kualitasnya, menaikkan sedikit harga jual rasanya tidak masalah, ini pun saya lakukan.
Curhatan: Bagaimana cara grow bisnis dari modal pas-pasan dan bagaimana me-manage waktu dan keuangan ala Mbak Shasya dan Mas Glenn yang juga seorang content creator?
Jawaban dari Glenn: Aku coba bahas satu-satu ya.
1. MODAL
Modal karena memang bisnis aku ditujukan untuk usaha rumahan sendiri, yang nantikan akan jadi bisnis hari tuaku, jadi aku usahakan semua modal dari kocek pribadi. Dan hasil dari penjualan (untung) aku gunakan terus untuk memutar bisnis (produksi dll) sehingga akhirnya membesar.
Membesar itu apa? Menurut definisi aku di tahap awal itu saat bisnis bisa membiayai hidup bisnisnya sendiri. Di saat ini, kita sebagai pemilik bisnis tentunya belum bisa merasakan hasil bisnisnya. Kalau pun bisa, minim sekali.
ADVERTISEMENT
2. WAKTU
Aku memang memilih bisnis yang waktunya sesuai dengan kapasitas aku saat ini. Pernah mencoba jualan makanan, tapi aku belajar ternyata makanan memakan banyak waktu sehingga aku tidak bisa mengerjakan yang lain. Jadi memang perlu dilihat jenis usahanya apa sehingga keliatan konsumsi waktunya seperti apa sehingga bisa kita sesuaikan dengan situasi kita saat ini.
3. KEUANGAN
Pisahkan keuangan bisnis dan personal. Bayangkan kita punya bayi baru lahir, tentu segala keuangan akan diupayakan untuk membesarkan anak, sampai sekolah dan kemudian bisa mandiri. DI saat itulah memang keuangan pribadi, kesenangan pribadi, dan tujuan pribadi lainnya harus aku kesampingkan dulu. Tujuan utamanya adalah membesarkan bisnis. Ada saatnya aku juga banyak mengambil job-job lain demi mendapatkan penghasilan lebih untuk menambah modal bisnis.
ADVERTISEMENT
Jawaban dari Shasya: Hai Natasya.
Modal yang pas-pasan sebetulnya tidak harus jadi halangan. Kuncinya adalah menyesuaikan skala dagang kita dengan modal yang ada.
Saya pernah cerita di group ini bahwa saya tidak berani meminjam uang baik ke bank atau pada orang lain untuk usaha yang saya jalankan.
Alasannya sederhana, saya khawatir usaha tidak berjalan sesuai rencana kemudian saya jadi terlilit hutang. 
Tapi yang namanya bisnis memang selalu ada risiko. Besar kecilnya risiko, ya kita sendiri yang tahu.
Pesan saya sih, kalau ada uang sendiri untuk modal, sebaiknya gunakan. Kalau memang perlu banget meminjan uang, setidaknya kita punya hitung-hitungan risiko yang aman.
Yang penting jangan berpikir bahwa modal usaha harus langsung besar. Usaha yang ditekuni dari skala kecil, insya allah lebih sustain dan jadi ladang untuk kita belajar.
ADVERTISEMENT
Kalau soal waktu, memang kadang-kadang harus akrobat, hehe. Kalau saya, selalu mengatur mana yang jadi prioritas saat itu.
Saat saya harus hadir di warung, saya kesampingkan pekerjaan lain, bisa saya tunda, atau bisa saya kerjakan terlebih dahulu. Saat saya harus aktif membuat konten atau terlibat di pekerjaan2 lain, warung bisa ditinggal sebentar.
Untungnya semua pekerjaan saya sifatnya freelance, jadi kita bisa mengatur sendiri. Terkadang bingung mengaturnya tapi saya lebih bingung kalau ga banyak kerjaan, hehe.
Perihal pengaturan uang, jawaban Glenn Marsalim nampaknya sudah mewakili. Semoga jawabannya membantu.
Curhatan: Hai Kak. Saya baru mau mulai berjualan, tapi nggak tau dan bingung mau memasarkan produknya darimana. Boleh sharing gak kak selama ini kakak2 gimana cara memasarkan produknya? Siapa tau bisa jadi inspirasi buat saya. terima kasih
ADVERTISEMENT
Jawaban dari Glenn: Hai juga. Sebenarnya tergantung produknya ya. Tapi sesuai pertanyaannya maka aku sharing gimana aku memasarkan produk aku.
Di awalnya, menggunakan lingkup teman dan keluarga terdekat. Sama lah seperti usaha rumahan lainnya. Lalu berkembang jadi orang-orang di luar lingkungan keluarga dan teman dan seterusnya.
Di saat ini, aku hanya mendata pembeli di luar lingkup teman dan keluarga. Karena besar kemungkinan mereka membeli karena bersimpati. Sementara aku perlu mendapat masukkan dan mendata pendapat dari pembeli di luar lingkunganku. Dan sampai sekarang ini yang aku lakukan. Masukkan konsumen akan jadi blue print perjalanan bisnisku.
Sempat juga menggunakan social media celebrities, tiktoker dan sebagainya. Aku sesuaikan saja dengan kondisi keuangan dan kesesuaian dengan produknya.
ADVERTISEMENT
Jawaban dari Shasya: Hai Nur Zulva
Sayang sekali tidak menyebutkan barang jualannya apa. Tapi rasanya bisa saya jawab bahwa pemasaran dimulai dari lingkup pergaulan kita sendiri. Teman-teman, keluarga dan kenalan.
Selain budget promosinya bisa nol, juga untuk memperkenalkan diri kita sebagai penjual barang tersebut. Bila di masa depan ada teman mereka yang membutuhkan barang/jasa kita, mereka akan dapat merekomendasikan kita.
Social media saat ini juga sudah menjadi barang ‘wajib’ untuk berpromosi, jadi sebaiknya ditekuni dengan serius juga.
Tahap selanjutnya disesuaikan dengan keperluan dan budget yang ada. Kalau saja disebutkan bisnisnya apa, saya mungkin bisa membantu dengan memberikan beberapa contoh soal.
Curhatan: Salam kenal Mas Glenn dan Mbak Shasya. Mau cerita, ayah saya usaha mebel sudah lama sekali, belasan tahunan lamanya. tapi metode pemasarannya hanya dari mulut ke mulut saja. saya mau coba pasarkan lewat media sosial, tapi ada kendala belum punya workshop yang bagus untuk foto produk dll. ada sarankah untuk saya supaya bisa membantu ayah saya? selama pandemi ini pesanan ada tapi berkurang kak, terima kasih.
ADVERTISEMENT
Jawaban dari Glenn: Kalau dari pengamatan aku, di IG atau Tiktok sekarang tidak lagi harus menampilkan visual yang bagus atau estetik, tapi lebih ke kekuatan bercerita. Bagaimana bisnis ini dimulai, naik turunnya, tantangannya, layanannya dan sebagainya. Banyak yang menggunakan visual apa adanya. Namun karena ceritanya sangat kuat sehingga memiliki nilai otentisitas yang tinggi. Bukan berarti ala kadarnya juga, yang penting jelas visual apa yang hendak kita sampaikan.
Jangan lupa, menjadi berbeda di media sosial ini sekarang penting. Dan salah satu cara menjadi berbeda adalah dengan menjadi diri sendiri.
Bisa coba cek-cek di Tiktok, ada banyak pengusaha mebel rumahan, gordyn, bahkan tukang membuat konten yang menarik.
Jawaban dari Shasya: Halo Vayye,
ADVERTISEMENT
Bila ingin membantu orang tua, Mbak Vayye bisa membuatkan foto produk untuk ditampilkan di social media. Bila merasa bukan ahli fotografi,
saat ini banyak kursus online tersedia untuk belajar memotret produk hanya dengan ponsel. Bila punya budget lebih, bisa juga hire fotografer, dan manfaatkan keterampilan fotografer untuk
menangkap kelebihan produk mebel yang dijual oleh orang tua.
Saya setuju yang dikatakan oleh Glenn, saat ini socmed tidak hanya soal foto estetis yang mengilap dan cantik,
tapi kekuatan produknya sendiri. Untuk berjualan mebel kita bisa memberikan ilustrasi kepada para pembeli dengan cerita semacam dalam situasi apa mebel digunakan.
Misalnya nih : membuat cerita bahwa “lemari A menyimpan banyak cerita masa kecil karena di situlah ibu biasa menyimpan ijazah dan raport2 kita waktu kecil.
ADVERTISEMENT
Lemari ibu sudah lapuk dan menggantinya dengan yang baru artinya menyediakan ‘rumah’ yang lebih aman untuk benda-benda bersejarah ini”. Semacam itulah ya.
Semoga jawabannya membantu. Semangat terus ya.
====================
Teman Curhat Usaha merupakan wadah bagi teman kumparan untuk bertanya seputar usaha kepada pelaku UMKM berpengalaman. Di program ini, kamu bisa tanya, konsultasi, bahkan curhat secara gratis. Yuk, gabung ke grup teman kumparan UMKM di Telegram melalui kum.pr/Temanumkm. Jangan lewatkan keseruannya, ya!
(sif)