Tips Anti Lemas di Minggu Terakhir Puasa

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
16 Mei 2020 20:20 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibadah di bulan Ramadan. Foto: unsplash/Utsman Media
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibadah di bulan Ramadan. Foto: unsplash/Utsman Media
ADVERTISEMENT
Bulan Syawal akan segera tiba. Itu berarti, Ramadan tahun ini akan segera meninggalkan kita semua. Di hari-hari terakhir Ramadan, kita perlu memastikan kondisi kesehatan tubuh tetap sehat supaya dapat beribadah secara maksimal. Terlebih, kesehatan tubuh pasca Ramadan pun juga perlu diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Sering kali di periode terakhir Ramadan ini kita merasa lemas dan letih. Menurut Ustaz Iqbal Syauqi, lulusan kedokteran dari UIN Syarif Hidayatullah, rasa lemas dan letih tersebut dapat ditinjau dari kondisi fisik maupun mental. Fisik merupakan kondisi yang bersifat objektif yang dapat diamati dan dirasakan secara langsung, seperti adanya gangguan tidur, rasa letih, dan rasa tidak bertenaga sepanjang hari.
Sementara itu, mental berkaitan dengan kondisi psikis yang membuat kita merasa bosan, lelah, dan suntuk. Terlebih, kita harus menjalani Ramadan di tengah pandemi yang membatasi kita melakukan banyak hal.
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan menurut Ustaz Iqbal Syauqi untuk menjaga fisik dan mental selama hari-hari terakhir Ramadan agar kita dapat beribadah secara maksimal.
ADVERTISEMENT
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Untuk itu, kita perlu memiliki target ibadah. Di periode terakhir Ramadan, kita perlu mengingat kembali amalan apa saja yang sudah dilakukan dan target-target yang belum dicapai. Dengan begitu, semangat kita akan tetap terjaga di minggu terakhir bulan Ramadan.
Selama Ramadan, kita berlomba-lomba melakukan kebaikan karena akan mendapat ganjaran pahala yang lebih besar. Menurut Ustaz Iqbal, kita perlu merencanakan kebiasaan (habit) baik pasca Ramadan. Sebab, Ramadan merupakan sarana edukasi yang bisa mendidik perilaku kita ke arah yang lebih baik lagi.
Menjaga kebugaran dan kesehatan dapat dilakukan dengan konsumsi gizi seimbang, cukup minum, dan menyempatkan aktivitas fisik setiap harinya. Selain itu, kita juga perlu mencegah stress agar tetap bersemangat beribadah di masa pandemi ini. Menurut Ustaz Iqbal, stress bisa diatasi melalui kegiatan yang kita sukai, seperti berolahraga ringan, memasak, menonton, dan tak lupa tetap beribadah.
ADVERTISEMENT
Tak hanya COVID-19 yang mengancam kesehatan kita, tetapi juga demam berdarah, serta penyakit metabolik yang mengintai pasca Ramadan. Untuk itu, penting bagi kita tetap terus memantau kondisi kesehatan tubuh. Apabila ditemukan masalah kesehatan, jangan lupa untuk konsultasikan ke tenaga medis terdekat.
Pada kesempatan kali ini, Teman kumparan BOLA berkesempatan mendiskusikan lebih lanjut tentang ‘Anti Lemas di Minggu Terakhir Puasa’ bersama Ustaz Iqbal Syauqi dari islami.co.
Poster Ngobrol Penyejuk Hati. Foto: dok. kumparan
Penasaran seperti apa keseruannya? Simak rangkumannya di bawah ini, ya!
Tanya: Bagaimana cara mencegah stres di masa pandemi ini? Adakah latihan rutin untuk mencegah stres?
Jawab: Cara mengatasi stres sebenarnya ada banyak opsi, terutama di bulan Ramadan ini. Kita sebagai umat beragama bisa meningkatkan ritual ibadah, baik melalui puasa, menambah intensitas salat sunnah, serta banyak mengikuti kajian untuk mengurangi rasa stres kita dan mengatasi kebosanan.
ADVERTISEMENT
Mengatasi stres juga penting untuk menekankan mindfulness. Mindfulness berarti rasa stres yang datang bukan kita tolak, tetapi kita terima. Setelah menerima rasa stres itu, kita akan lebih mudah untuk mencari solusi dari rasa stres yang melanda. Ini lebih baik daripada kita menolak rasa stres yang datang.
Jadi solusinya bisa mencari kegiatan yang bermakna dan menerapkan mindfulness untuk mengatasi stres.
Tanya: Ustaz, gimana caranya menjaga ibadah di akhir periode Ramadan ini? Kalau terhalang misal kurang enak badan yang menghalangi jalannya ibadah baiknya seperti apa?
Jawab: Pertama, perlu kita cermati ibadah apa saja yang sudah kita lalui, tentu ada naik dan turunnya. Sehingga, apa-apa yang baik itu perlu kita tingkatkan di hari-hari akhir Ramadan maupun setelahnya. Kemudian, ibadah Ramadan pun tidak terlalu memaksa mengingat agama itu mudah. Sebab, Allah menyukai kemudahan.
ADVERTISEMENT
Kemudahan itu perlu diartikan dengan benar. Pertama, kita perlu memenuhi kewajiban yakni salat fardhu dan berpuasa, tentu berpuasa untuk yang memenuhi syarat. Kita menambahnya perlahan-lahan, tidak perlu menambah yang terlalu memberatkan hingga membuat kita jengah.
Kedua, terkait kondisi sakit apa yang membolehkan kita tidak berpuasa. Ulama pernah menjelaskan, sakitnya ini yang bisa mengancam nyawa. Dikhawatirkan mengancam nyawa bisa bersifat objektif atau sifatnya subjektif yang perlu dipastikan oleh tenaga medis. Selain sakit, bagi lansia ataupun ibu hamil juga perlu ditanyakan ke tenaga medis supaya keputusan berpuasa atau tidak itu dilandasi dengan keyakinan akan informasi yang tepat.
Tanya: Kalau ibadah ringan yang berpahala dan bisa dilakukan saat sakit itu apa aja ya, ustaz? Bisa dikasih contoh atau dalil mungkin.
ADVERTISEMENT
Jawab: Segala ibadah yang disertai rasa optimis dan penuh keikhlasan insya Allah akan bernilai. Terkait apa saja yang ringan, ini bersifat relatif. Namun, kita bisa mulai dengan hal-hal yang sederhana. Kita pernah dengar suatu Qaul yang berbunyi bahwa senyum adalah sedekah. Ini dapat kita perluas dengan berperilaku ramah kepada orang lain pun bernilai pahala.
Kita juga bisa menambah pahala dengan membaca Al-Quran, misalnya setiap salat fardu membaca satu halaman. Sebab, rasulullah bersabda setiap huruf dalam bacaan Al-Quran itu bernilai 10 balasan dari Allah SWT. Selain itu, terkait kondisi sakit, Rasulullah sendiri juga bersabda untuk beribadah semampu kita.
فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At-Taghabun Ayat 16)
ADVERTISEMENT
Tanya: Ustaz, mau nanya dong apa tipsnya biar enggak dehidrasi di akhir bulan puasa? Beberapa hari ini saya sering merasa dehidrasi dan berujung sakit kepala karena berkegiatan di luar, terjadi sekitar siang menuju sore hari.
Jawab: Kita perlu mengetahui lebih dulu apa saja tanda-tanda dehidrasi. Selain rasa haus dan letih yang teramat sangat, juga disertai keringat dingin dan pandangan yang kabur seperti berkunang-kunang.
Nah, di akhir-akhir Ramadan ini kita sering kali lupa untuk minum air putih. Bukan sekadar minum teh manis atau kolak dan minuman manis lainnya, itu tidak terasmuk minum. Konsumsi air putih ini sangat penting dilakukan ketika maghrib sampai sebelum subuh.
Konsumsi air ini harus menurut berat badan kita. Dengan asumsi berat badan kita adalah 50kg, maka air yang harus dikonsumsi sekitar 8 - 10 gelas atau 2 Liter per hari. Ini juga perlu dibagi-bagi, misalnya ketika berbuka, setelah salat maghrib, sebelum tarawih, sebelum tidur, dan ketika sahur.
ADVERTISEMENT
Tanya: Kalau berbuka puasa itu baiknya langsung makan nasi atau makan yang ringan dulu ya, ustaz?
Jawab: Masa puasa ini kurang lebih 12 -13 jam. Selama itu, pencernaan kita diistirahatkan. Sehingga, ketika akan digunakan kembali, tubuh kita perlu penyesuaian. Maka dari itu, penting untuk makan makanan ringan terlebih dahulu.
Selain itu, penting juga untuk mengganti cairan yang hilang selama 12 jam itu. Kita perlu melakukan rehidrasi dengan meminum air putih.
Tanya: Olahraga saat berpuasa itu dianjurkankah ustadz? Sebaiknya olahraga apa?
Jawab: Olahraga ini intinya adalah tetap melakukan aktivitas fisik di luar bekerja. Sifatnya yang ringan saja, jangan yang berat. Olahraga yang ringan perlu disempatkan di pagi hari ataupun di sore hari. Lakukan jangan yang terlalu berat supaya tidak menimbulkan rasa haus berlebih.
ADVERTISEMENT
Teman kumparan BOLA masih akan mengadakan diskusi online menarik dengan narasumber lainnya, lho! Ingin ikuti keseruannya?