Konten dari Pengguna

Tips Menasihati Anak Laki-Laki yang Sulit Diatur ala teman kumparan

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
17 Januari 2025 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak laki-laki yang sedang diberi nasihat oleh orang tuanya. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak laki-laki yang sedang diberi nasihat oleh orang tuanya. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Membesarkan anak laki-laki kerap dianggap lebih sulit dan melelahkan. Sebab, mereka cenderung senang mencoba tantangan hingga ada momen di mana mereka melanggar aturan dari orang tua.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan anak perempuan, anak laki-laki memang lebih sering berperilaku agresif. Hal ini dibuktikan dalam studi terhadap 10.000 anak yang dirilis Longitudinal Study of Australian Children (LSAC), sebagaimana dikutip dari The Conversation.
Hasilnya, pada usia 2-3 tahun, anak laki-laki menunjukkan tingkat masalah perilaku yang tinggi daripada anak perempuan. Pada usia 4-5 tahun, lagi-lagi anak laki-laki memiliki skor yang lebih tinggi dalam hiperaktivitas, masalah emosional, dan masalah dengan teman sebaya.
Ada banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Mulai dari pengaruh biologis seperti testosteron, hingga konstruksi budaya terhadap laki-laki di masyarakat.
Meski hasil studi menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih merepotkan, bukan berarti mereka akan tumbuh menjadi sosok yang menyulitkan orang tua. Dengan pola asuh dan cara menasihati yang tepat, anak laki-laki juga bisa tetap berprestasi dan tumbuh sebagai pribadi yang baik.
ADVERTISEMENT

Cara Menasihati Anak Laki-laki

Ilustrasi keakraban orang tua dan anak laki-laki. Foto: Shutter Stock
Menurut Marissa Hantrastya, salah satu member teman kumparanMOM, kunci menghadapi anak laki-laki adalah dengan kesabaran dan sikap santai.
Jadilah teman ngobrol yang asyik untuk anak. Ketika mereka bercerita tentang masalahnya, jangan langsung menghakimi agar tetap merasa nyaman.
Marissa juga menekankan pentingnya menjadi contoh yang baik bagi anak. Ajarkan mereka untuk terbiasa mengambil keputusan sendiri, tapi tetap dalam batasan yang jelas.
“Jangan lupa support emosinya, karena masa-masa itu kadang dia cuma butuh didengar,” terang Marrisa. “(Ucapan) ‘kamu tuh keren, aku bangga sama kamu!’ simple, tapi ngena banget buat mereka.”
Memberi dukungan secara emosional juga disarankan oleh Husnul, teman kumparanMOM lainnya. Menurutnya, sangat penting untuk memvalidasi emosi anak saat mereka bercerita.
Ilustrasi keakraban orang tua dan anak laki-laki. Foto: zEdward_Indy/Shutterstock
Ketika mereka marah, sedih, atau frustrasi, sampaikan bahwa itu merupakan perasaan wajar. Kemudian, bantu si kecil untuk menanggulangi emosi tersebut agar tak menjurus ke hal-hal yang keliru ya, Moms.
ADVERTISEMENT
Mom Husnul juga menyarankan untuk tetap memberi kepercayaan ke anak sekalipun telah berbuat kesalahan. Jangan langsung membatasi atau melarang mereka melakukan hal-hal yang sewajarnya dilakukan, seperti bermain bersama teman.
“Dengan dikasih kepercayaan, anak pasti akan lebih bertanggung jawab, apalagi anak laki-laki,” ungkap Husnul.
Terakhir, Husnul menyarankan kepada para ibu di luar sana untuk lebih sering berdiskusi dengan suami terkait pola asuh anak laki-laki. Sebab, suami juga pernah muda, dan tentu tahu hal-hal yang mereka butuhkan saat membuat kesalahan.
“Aku pernah nanya (ke suami), laki-laki itu paling kesel kalau dinasihati yang terkesan nyeramahin, apalagi timing-nya pas lagi ngantuk atau lapar,” cerita Husnul. “Jadi, banyak belajar dan tanya ke suami untuk menghadapi anak laki-laki.”
ADVERTISEMENT
Yuk berbagi pengalaman bersama ribuan ibu lainnya di komunitas teman kumparanMOM di kum.pr/mom4