Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Dari Sampah ke Solusi, Menemukan Emas dalam Plastik
14 September 2024 11:12 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Steffi Daniella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda membayangkan bahwa sampah plastik yang sering kita anggap tak bernilai ternyata bisa berubah menjadi karya seni yang memukau? Di tengah tumpukan limbah yang terabaikan, Rizal Aziz, seorang pemuda asal Bandung dapat menemukan sebuah peluang luar biasa. Sejak 2018, usaha kecilnya telah menyulap lebih dari 18.358 kg sampah plastik menjadi produk yang bukan hanya berguna tetapi juga mendapatkan perhatian di acara-acara besar, baik dalam negeri maupun internasional. Dengan kreativitas yang tak tergoyahkan dan kerja keras yang tiada henti, Rizal membuktikan bahwa bahkan yang paling tidak berharga sekalipun dapat menjadi sesuatu yang berharga dan menginspirasi banyak orang.
ADVERTISEMENT
Rizal Aziz, seorang pria muda kelahiran Juni 1994 yang hingga kini menetap di kota Bandung. Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, Rizal telah melalui berbagai tahap pendidikan di kota kelahirannya. Pendidikan dasarnya dimulai di TK dan SD Priangan Bandung, hingga akhirnya melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA di Taruna Bakti.
Sejak usia dini, Rizal memiliki kecintaan mendalam terhadap patung-patung dan berbagai mainan koleksi. Namun, kesukaannya pada barang-barang tersebut terhalang oleh biaya karena ia merasa bahwa untuk membeli mainan yang diinginkannya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dengan harga yang relatif mahal, Rizal sering kali harus menabung uangnya dalam waktu lama agar bisa membeli satu per satu mainan yang ingin dikoleksinya. Pengalaman ini ternyata menumbuhkan impian dalam diri Rizal. Ia mulai bercita-cita agar suatu hari nanti ia dapat menciptakan mainan sendiri tanpa harus membeli dengan harga yang sangat tinggi. Dengan demikian, Rizal pun dapat mewujudkan impiannya tanpa harus bergantung pada uang yang harus dikumpulkan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan mimpinya, Rizal memulai langkah penting dengan memilih jurusan seni patung di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Meskipun Rizal sebenarnya lebih tertarik pada jurusan desain produk, persaingan yang sangat ketat membuatnya harus mengalihkan pilihan. Akhirnya, ia memutuskan untuk masuk ke jurusan seni patung karena keduanya masih berfokus pada seni tiga dimensi yang telah lama menarik minatnya. Namun, perjalanan awal Rizal menuju cita-citanya ternyata tidak semulus harapannya. Tantangan yang dihadapinya jauh lebih rumit dibandingkan apa yang ia bayangkan sebelumnya. Perjuangan untuk mencapai tujuannya memerlukan usaha dan dedikasi yang lebih dari sekadar mengikuti alur yang telah direncanakannya.
Sejak awal, Rizal sebenarnya sudah menghadapi tantangan besar. Orang tua Rizal awalnya menetapkan bahwa ia hanya diperbolehkan untuk mengambil jurusan teknik mesin. Namun, tekadnya yang kuat untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya memotivasi Rizal untuk mengambil langkah berani. Tanpa sepengetahuan orang tuanya, ia mendaftar ke Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, meskipun pilihan ini bertentangan dengan harapan orang tuanya. Keputusan ini sempat menyebabkan ketegangan antara Rizal dan kedua orang tuanya. Mereka tidak menyetujui keputusan Rizal dan menganggapnya sebagai langkah yang kurang bijaksana. Namun, kegigihan Rizal dalam meyakinkan orang tuanya tentang pentingnya mengikuti minatnya akhirnya membuahkan hasil. Setelah banyak diskusi dan usaha dari Rizal, orang tuanya mulai memahami dan akhirnya memberikan dukungan penuh terhadap pilihan Rizal untuk menempuh pendidikan di jurusan seni ITB.
ADVERTISEMENT
Setelah menyelesaikan studi di ITB, Rizal Aziz tidak langsung terjun ke dunia seni dengan menggunakan bahan-bahan dari sampah plastik. Sebelumnya, ia pernah mencoba peruntungan di sektor produksi kemasan mainan. Namun, usaha ini dinilai kurang berhasil dan menghadapi kritik tajam, terutama dari teman-temannya yang menyoroti masalah lingkungan dari limbah yang dihasilkan. Kritikan ini, meskipun awalnya membuatnya kecewa, ternyata menjadi titik balik bagi Rizal. Ia memutuskan untuk melihat kritik tersebut sebagai peluang untuk berkembang. Dari situlah muncul sebuah ide dari benak Rizal untuk memanfaatkan limbah sebagai bahan baku yang salah satu tujuannya adalah mengurangi jumlah sampah yang tertumpuk.
Ternyata ide ini juga mendapat dukungan dari ayahnya yang memiliki latar belakang di bidang teknik mesin. Ayahnya memberikan Rizal keyakinan tambahan untuk mengejar visi barunya. Dengan semangat baru, Rizal memulai usaha daur ulang dan mendirikan Olah Plastic. Usaha ini bukan hanya sebagai respons terhadap kritik yang diterimanya, tetapi juga sebagai langkah nyata untuk mengatasi masalah lingkungan sambil tetap mengikuti minat dan ketertarikannya dalam seni dan desain.
ADVERTISEMENT
Di usaha Olah Plastic ini awalnya Rizal sebagai pemilik usaha hanya bekerja seorang diri. Seiring berjalannya waktu, Ia mulai mencari rekan kerjanya. Rekan kerja yang berada di Olah Plastic sebagian besar diambil dari orang-orang yang sudah Rizal kenal. Misalnya Aldi, sebagai finance and operational, adalah saudara dari Rizal. Kemudian ada beberapa desainer produk yang ia kenal dari hasil kerja sama di sebuah proyek dan juga karena proses perekrutan. “Ya, karena untuk bekerja di bisnis seperti ini susah nyari rekan yang satu visi,” imbuh Rizal di akhir jawabannya. Tak hanya itu, Rizal juga harus melalui berbagai batu sandungan untuk mempertahankan bisnisnya.
Di antara berbagai kesulitan yang harus dihadapi, salah satu yang paling mengguncang adalah ia ditipu dengan kerugian hingga ratusan juta rupiah pada saat ia ingin membeli mesin untuk menopang produksinya. “Jangan terlalu percaya sama orang lain. Kalau skill nya bagus tapi attitude jelek, ya buat apa,” begitu ucap Rizal setelah menceritakan pengalaman pahitnya.
ADVERTISEMENT
Namun, Rizal tidak membiarkan kejadian tersebut menghancurkan semangatnya. Ia tidak membiarkan dirinya terpuruk dalam kesedihan. Sebaliknya, ia terus berusaha dengan penuh tekad untuk mewujudkan impian-impiannya. Dukungan dari ayahnya juga sangat berarti dalam perjalanan ini. Ayahnya membantu Rizal untuk merancang dan membangun mesin yang ternyata jauh lebih efektif dan efisien untuk tahap produksi. Dengan kemauan dan keterampilan baru yang diperolehnya, Rizal berhasil mengubah tantangan menjadi kesempatan untuk melanjutkan perjalanan bisnisnya dengan inovasi dan ide-ide cemerlangnya.
Hingga detik ini, Olah Plastic telah menapaki perjalanan selama kurang lebih enam tahun. Meskipun masih tergolong muda, bisnis Olah Plastic berhasil merajut kemitraan dengan sejumlah merek terkemuka seperti Pocari, Emina, Asics, Trans Jakarta, dan Pegadaian. Lebih dari itu, mereka juga telah menyentuh acara besar, berkolaborasi dengan festival-festival bergengsi seperti Joyland Festival dan LaLaLa Fest yang rutin digelar setiap tahun. Keberhasilan ini tentu bukan suatu kebetulan saja, melainkan hasil dari kerja keras dan dedikasi Rizal Aziz dan timnya.
ADVERTISEMENT
Rizal menjelaskan bahwa salah satu kunci utama kesuksesan pesat bisnis mereka terletak pada keunggulan dalam pelayanan. Berbeda dengan merek-merek lain, Olah Plastic menawarkan pengalaman yang benar-benar berbeda bagi pelanggan. Mereka tidak hanya berkonsentrasi pada proses produksi semata, melainkan turut terlibat dari tahap perancangan dan desain produk hingga bertanggung jawab atas hasil akhir yang diterima oleh pelanggan. “Banyak merek lain yang tidak peduli setelah produk terpasang. Mereka hanya meninggalkannya begitu saja,” ujar Rizal. Sejak awal berdirinya, Rizal dan tim Olah Plastic telah menanamkan prinsip melayani pelanggan dengan sangat baik. Hal ini menjadikan bisnis mereka bukan hanya sekadar pilihan, tetapi juga menjadi solusi nyata di pasar penjualan.
Rizal pun berpesan supaya kita semua bisa belajar untuk mulai memilah sampah plastik. Kebiasaan ini bisa kita mulai di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. “Mungkin untuk mengurangi penggunaan plastik memang agak tidak mungkin karena plastik sudah menjadi gaya hidup manusia saat ini,” imbuh Rizal di akhir wawancaranya. Maka dari itu, Rizal hanya berpesan supaya setidaknya kita bisa mulai memilah sampah agar generasi kita dan generasi selanjutnya pun bisa lebih peduli dengan isu lingkungan.
ADVERTISEMENT
Melalui sosok pemuda berusia 30 tahun ini, kita dapat memperoleh teladan nyata dalam sikap, ide, dan inovasi kreatifnya. Perjalanan hidupnya yang penuh dengan jatuh bangun mengajarkan bahwa kehidupan memang tak selalu mulus. Namun, Rizal menunjukkan bahwa dalam setiap keterpurukan terdapat peluang yang bisa diubah menjadi keberhasilan. Dengan keterbukaan terhadap kritik dan saran serta keberanian untuk terus berinovasi, Rizal membuktikan bahwa ada jalan menuju kesuksesan meskipun tantangannya tampak berat. Kisahnya menginspirasi kita untuk selalu optimis dan terus mencari solusi, meskipun rintangan di depan terlihat besar.
ADVERTISEMENT
Live Update