Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten dari Pengguna
Ketika Es Krim Bertemu Wafel
4 April 2025 16:41 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Adriyanto M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Terik matahari musim panas tahun 1904 membakar kota St. Louis, Missouri. Di tengah hiruk pikuk World's Fair yang memukau, ribuan orang berdesakan menikmati pemandangan dan inovasi yang dipamerkan. Lampu-lampu listrik yang baru, kincir ria raksasa yang pertama, dan aneka ragam makanan eksotis menjadi daya tarik utama. Namun, di balik kemegahan itu, sebuah kisah sederhana tentang penemuan tak terduga sedang menanti untuk terjadi.
ADVERTISEMENT
Arnold Fornachou, seorang penjual es krim asal Prancis, merasakan sengatan panas yang sama dengan para pengunjung pameran. Namun, kesibukannya di balik gerobak es krim membuatnya hampir tidak punya waktu untuk mengeluh. Permintaan akan es krim vanilanya begitu tinggi hingga ia nyaris tidak sempat menarik napas. Sendok demi sendok es krim meluncur ke dalam cangkir-cangkir porselen, sampai akhirnya —malapetaka datang— ia kehabisan wadah.
Kepanikan mulai menjalari Arnold. Antrean pelanggan semakin panjang, dan ia tidak tahu bagaimana lagi cara menyajikan es krimnya. Di tengah kebingungannya, matanya tertuju pada seorang pria berkumis tebal di gerobak terdekat. Pria itu adalah Ernest Hamwi, seorang imigran dari Suriah yang menjajakan zalabia, kue kering tipis berbentuk seperti wafel yang renyah dan berwarna keemasan.
ADVERTISEMENT
Ernest, yang sejak pagi sibuk memanggang dan menjual zalabia-nya, memperhatikan kegelisahan Arnold. Ia melihat tumpukan cangkir porselen yang kosong dan antrean panjang pelanggan es krim yang mulai tampak kecewa. Sebuah ide cemerlang tiba-tiba muncul di benaknya. Tanpa ragu, Ernest mengambil selembar zalabia yang masih hangat dan lentur, lalu dengan cekatan menggulungnya menjadi bentuk kerucut.
Dengan langkah cepat, Ernest menghampiri Arnold yang sedang menggaruk-garuk kepalanya dengan frustrasi. "Tuan," kata Ernest dengan aksen Timur Tengah yang kental, sambil menyodorkan kerucut wafel buatannya, "mungkin ini bisa membantu?"
Arnold menatap kerucut waffle itu dengan bingung. "Apa ini?" tanyanya.
"Ini zalabia. Biasanya dimakan begitu saja, tapi mungkin bisa menjadi wadah es krim Anda," jawab Ernest sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
Tanpa banyak berpikir, Arnold mengambil kerucut wafel itu. Ia menyendokkan satu scoop es krim vanila dan meletakkannya di atas kerucut renyah itu. Ajaib! Es krim itu tidak jatuh dan tertahan dengan sempurna di dalam wadah wafel. Para pelanggan yang menyaksikan kejadian itu sontak berseru kagum. Beberapa di antara mereka bahkan langsung meminta disajikan es krim dengan wadah wafel yang unik itu.
Kabar tentang "es krim di dalam wafel" dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru pameran. Orang-orang yang penasaran berbondong-bondong mendatangi gerobak Arnold dan Ernest untuk mencoba sensasi baru ini. Kombinasi dingin dan manisnya es krim vanila berpadu sempurna dengan kerenyahan dan aroma harum wafel, menciptakan cita rasa yang tak terlupakan. Lahirlah ice cream cone, sebuah penemuan sederhana namun revolusioner yang akan dinikmati oleh jutaan orang di seluruh dunia selama lebih dari satu abad kemudian.
ADVERTISEMENT
Kisah pertemuan tak terduga antara Arnold dan Ernest di tengah hiruk pikuk World's Fair 1904 adalah cerminan dari semangat kewirausahaan dan percampuran budaya yang mewarnai Amerika di awal abad ke-20.
Meskipun di kemudian hari banyak penjual lain yang mencoba mengklaim sebagai penemu ice cream cone, kebenaran tetaplah kebenaran bahwa penemuan ini lahir dari kolaborasi spontan antara seorang penjual es krim Prancis yang sedang putus asa dan seorang imigran Suriah yang memiliki ide kreatif di saat yang tepat.
Sebuah bukti bahwa ide-ide terbaik seringkali muncul dari situasi yang tidak terduga dan dari pertemuan antara berbagai latar belakang dan keahlian.