Konten dari Pengguna

Ketika "Tisu Toilet" Papirus Mengguncang Istana Firaun

Adriyanto M
Penjelajah waktu, pekerja mandiri, alumni Universitas Mulawarman, multi minat.
14 April 2025 9:41 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adriyanto M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Firaun memegang papirus di tepi Sungai Nil (Ilustrasi dari DALL·E)
zoom-in-whitePerbesar
Firaun memegang papirus di tepi Sungai Nil (Ilustrasi dari DALL·E)
ADVERTISEMENT
Di tengah kejayaan peradaban Mesir kuno, di mana piramida menjulang tinggi sebagai simbol keagungan dan Firaun memerintah dengan kekuasaan mutlak, terdapat sebuah kisah yang mengingatkan kita akan sifat manusia yang tak lekang oleh waktu. Bayangkan sebuah dunia di awal peradaban manusia ketika tisu toilet menjadi masalah. Namun, kisah ini, yang berlatar sekitar tahun 1500 SM, membawa banyak hikmah dan pelajaran bagi kita, dari seorang Firaun!
ADVERTISEMENT

Firaun Pepy II dan Krisis Papirus

Firaun Pepy II, penguasa dari Dinasti Keenam, dikenal dalam sejarah karena masa pemerintahannya yang luar biasa panjang—konon hingga 94 tahun, meskipun para sejarawan masih memperdebatkan angka pastinya. Di bawah kepemimpinannya, Mesir mencapai puncak kejayaan, dengan budaya dan teknologi yang mengagumkan untuk zamannya. Namun, bahkan seorang Firaun yang perkasa tidak kebal dari masalah sehari-hari yang bisa mengguncang istana.
Suatu hari, kegaduhan melanda istana Pepy II. Para juru tulis menjatuhkan buluh pena mereka, para penjaga kehilangan fokus, dan suasana menjadi kacau. Penyebabnya? Kekurangan papirus, bahan yang sangat berharga di era Mesir kuno. Papirus, yang dibuat dari tanaman yang tumbuh di sepanjang Sungai Nil, adalah “kertas” zaman itu—digunakan untuk mencatat dokumen penting, menulis teks suci, dan, menurut beberapa cerita, sebagai alat kebersihan pribadi bagi kalangan elit. Bagi orang kaya seperti Firaun, papirus adalah barang penting, karena digunakan sebagai tisu toilet, suatu kemewahan di masa itu.
ADVERTISEMENT
Cerita ini dimulai saat pengiriman papirus untuk kebutuhan “pribadi” kerajaan terlambat. Bayangkan Firaun Pepy II, penguasa terkuat di negeri itu, menghadapi krisis karena kehabisan stok “tisu toilet” kerajaan! Ini seperti seorang pemimpin perusahaan besar yang panik karena mesin kopi kantor rusak.
Para punggawa kerajaan diminta sang Firaun untuk mencari akar masalah rantai pasokan produksinya, serta mencari solusinya sesegera mungkin. Bahkan para ilmuwan dan tukang sihirnya diminta untuk mencari penyelesaian darurat dengan produk alternatif lain yang tersedia atau bisa dimodifikasi untuk menggantikan fungsi papirus asli. Istana mendadak heboh.
Meskipun terdengar lucu dari perspektif kita hari ini, kejadian ini mengungkap sisi humanis dari sebuah peradaban besar.

Fakta Sejarah: Papirus di Mesir Kuno

Papirus memang merupakan salah satu penemuan paling penting dalam sejarah Mesir kuno. Tanaman ini dipanen dari rawa-rawa Sungai Nil, kemudian diolah menjadi lembaran tipis yang digunakan untuk menulis. Dokumen-dokumen seperti Book of the Dead atau catatan administratif kerajaan ditulis di atas papirus, menjadikannya simbol kemajuan literasi dan administrasi.
ADVERTISEMENT
Namun, penggunaannya tidak terbatas pada tulis-menulis. Beberapa sumber menyebutkan bahwa papirus juga dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti membuat perahu kecil, tikar, atau bahkan sebagai bahan untuk kebersihan pribadi—meskipun bukti bahwa itu secara khusus digunakan sebagai “tisu toilet” masih bersifat anekdot dan belum sepenuhnya terverifikasi.
Yang jelas, papirus adalah komoditas berharga yang produksinya melibatkan banyak pekerja, dari petani hingga pengrajin. Ketika pasokan terganggu, dampaknya bisa dirasakan hingga ke istana Firaun. Kisah tentang kekurangan papirus ini, meskipun mungkin dilebih-lebihkan untuk efek humor, mencerminkan betapa pentingnya rantai pasokan, bahkan di zaman kuno.

Pelajaran dari Kekacauan Lucu Ini

Di balik kelucuan cerita ini, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil. Pertama, bahkan kerajaan terkuat pun bergantung pada hal-hal kecil yang sering kita anggap remeh. Kita mungkin tidak memikirkan tisu toilet atau sabun sampai stoknya habis—dan saat itulah kita menyadari betapa besar peran benda-benda sederhana dalam hidup kita. Kisah Pepy II mengajak kita untuk lebih menghargai apa yang kita miliki, sekecil apapun itu.
ADVERTISEMENT
Kedua, cerita ini menunjukkan ketahanan manusia. Ketika papirus habis, orang Mesir pasti mencari cara untuk beradaptasi—mungkin menggunakan daun yang lebih lembut, kain, atau metode lain yang tersedia. Ini adalah bukti bahwa, sepanjang sejarah, manusia selalu menemukan solusi untuk mengatasi tantangan, bahkan yang paling tak terduga sekalipun.

Relevansi dengan Kehidupan Modern

Jika kita tarik ke masa kini, kisah ini terasa sangat relevan. Ingat ketika pandemi melanda dan tiba-tiba semua orang berebut tisu toilet di supermarket? Atau saat bencana alam mengganggu pasokan barang sehari-hari? Meskipun teknologi kita jauh lebih maju dibandingkan Mesir kuno, kita tetap rentan terhadap gangguan pada hal-hal dasar. Kisah Pepy II menjadi cermin bahwa ketergantungan pada kebutuhan sehari-hari adalah sifat universal manusia, lintas zaman.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, cerita ini menginspirasi kita untuk menjadi lebih siap dan fleksibel. Apa yang bisa kita pelajari dari orang Mesir kuno? Mungkin pentingnya menyimpan cadangan untuk hari-hari sulit, atau kemauan untuk berinovasi ketika rencana awal gagal. Ini adalah panggilan untuk tidak hanya mengandalkan kenyamanan, tetapi juga membangun ketahanan dalam diri kita.

Refleksi dan Inspirasi

Mari luangkan waktu sejenak untuk merenung: apa saja “papirus” dalam hidup kita—hal-hal kecil yang kita anggap biasa, tapi sebenarnya sangat penting? Bagaimana kita bisa lebih menghargainya? Dan jika suatu hari kita menghadapi “kekurangan papirus” versi modern, akankah kita panik seperti istana Pepy II, atau justru bangkit mencari solusi dengan kreativitas dan semangat?
Jadi, lain kali Anda mengambil gulungan tisu toilet atau benda sehari-hari lainnya tanpa berpikir panjang, ingatlah Firaun Pepy II dan kekacauan papirusnya. Ini adalah pengingat unik tetapi mendalam bahwa dalam perjalanan panjang sejarah manusia, sering kali hal-hal kecil yang membawa makna besar. Hargai apa yang Anda miliki, bersiaplah untuk yang tak terduga, dan jadilah seperti orang Mesir kuno: tangguh, adaptif, dan penuh akal.
ADVERTISEMENT
__________
Catatan: Kisah ini disajikan dengan nada humor gaya anekdot dan mungkin tidak sepenuhnya akurat secara historis, namun pesan inspiratifnya tetap relevan untuk kita semua.