Konten dari Pengguna

Dampak Perubahan Iklim terhadap Keamanan Maritim di Asia Tenggara

Teren Putri a
Mahasiswa Hubungan Internasional universitas Kristen Indonesia
29 Oktober 2024 18:52 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Teren Putri a tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi aksi masyarakat peduli terhadap lingkungan (Dibuat oleh Teren Putri, 2024)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aksi masyarakat peduli terhadap lingkungan (Dibuat oleh Teren Putri, 2024)
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim tidak bisa lagi dianggap hal kecil dan telah menjadi ancaman serius yang mempengaruhi berbagai sektor, terutama sektor keamanan maritim di Asia Tenggara. Dengan meningkatnya permukaan laut, erosi pantai, serta frekuensi badai yang menjadi semakin ekstrim, negara-negara yang berada di wilayah pesisir menghadapi resiko yang semakin besar. Selain merusak infrastruktur pantai, dampak dari erosi ini juga mengancam batas-batas maritim dan mengikis wilayah laut ZEE. Hal ini tentunya menjadi masalah karena kedaulatan dan akses terhadap sumber daya laut negara menjadi berkurang dan negara lain dapat mengambilnya. Jika perubahan iklim ini tidak ditangani maka akan terdapat penurunan hasil perikanan yang menjadi sumber penghidupan jutaan orang, hal ini juga mampu melemahkan kemampuan negara-negara Asia Tenggara dalam menjaga keamanan lautnya dari penangkapan ikan ilegal, penyelundupan, hingga perdagangan manusia karena berkurangnya batas wilayah negara tersebut akibat erosi. Oleh karena itu isu perubahan iklim ini menjadi sangat krusial bagi negara-negara di Asia Tenggara yang memiliki garis pantai panjang. layton, K. (2023). Shore thing: climate change and maritime security intrinsically linked.
ADVERTISEMENT
Perubahan Iklim di Asia Tenggara
Asia Tenggara adalah kawasan yang terdiri dari ribuan pulau dan garis pantai yang panjang, negara yang mencakup kategori ini adalah Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand, posisi geografis ini membuat kawasan Asia Tenggara sangat terpapar terhadap bencana yang berkaitan dengan iklim, seperti badai tropis, tsunami, kenaikan permukaan air laut, dan pengikisan batas pantai. Selain itu, wilayah ini juga mengalami curah hujan yang tidak menentu serta kenaikan suhu laut yang memperburuk frekuensi dan intensitas bencana seperti banjir dan gelombang panas. Sebagai contoh kasus Vietnam dan Filipina sering menghadapi badai besar yang memberikan dampak secara langsung pada masyarakat pesisir. Di Indonesia, daerah pesisir seperti Jakarta bahkan menghadapi ancaman tenggelam akibat kombinasi antara kenaikan permukaan laut dan penurunan muka tanah. Secara keseluruhan, kondisi geografis Asia Tenggara yang rentan diperparah dengan kondisi demografis yang bergantung pada sektor perikanan dan pertanian di wilayah pesisir. Ketergantungan ini kemudian menciptakan sebuah kerentanan ekonomi dan sosial masyarakat lokal terhadap dampak dari perubahan iklim yang menjadikan keamanan maritim menjadi isu kritis di wilayah tersebut. AMTI (2023). Climate-induced Disasters as an Evolving Threat to Southeast Asia's Maritime Security.
ADVERTISEMENT
Kenaikan permukaan laut di Asia Tenggara akibat perubahan iklim adalah isu yang semakin mendesak. Menurut data ilmiah, kenaikan ini bervariasi antara 0,22 mm hingga 4,5 mm per tahun, bergantung pada metode pengukuran yang diterapkan. Proyeksi jangka panjang menunjukkan bahwa hingga tahun 2100, permukaan laut dapat naik hingga 1,1 meter. Angka ini menciptakan ancaman nyata, karena dapat menenggelamkan area seluas 90.260 km², termasuk pulau-pulau kecil yang menjadi rumah bagi jutaan orang. Kenaikan ini tidak hanya menenggelamkan daratan, tetapi juga mengubah ekosistem laut dan mengganggu kehidupan laut yang menjadi sumber penghidupan banyak orang. Dengan situasi yang semakin mendesak ini, sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat di Asia Tenggara untuk mengambil langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang komprehensif. Upaya-upaya ini tidak hanya akan melindungi kehidupan masyarakat pesisir, tetapi juga menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan maritim kawasan yang kaya akan sumber daya ini.
ADVERTISEMENT
Peningkatan Kejahatan Maritim
Selain dari ancaman lingkungan serta ekonomi, perubahan iklim juga berkontribusi dalam peningkatan kejahatan maritim seperti pembajakan, penangkapan ikan ilegal, dan dalam konteks Asia Tenggara dimana banyak komunitas yang bergantung pada sumber daya laut untuk kehidupannya, dampak perubahan iklim terlihat sangat jelas. Dengan menipisnya sumber daya alam akibat peningkatan suhu laut, pencemaran, dan perubahan ekosistem, masyarakat yang bergantung pada laut untuk mata pencahariannya terpaksa mencari alternatif lain untuk bertahan hidup.
Karena ketidakpastian ekonomi nelayan terpaksa melakukan praktik illegal seperti penangkapan ikan ilegal bagi nelayan yang kehilangan stok ikan akibat perikanan yang terus menurun. Pembajakan di perairan yang sebelumnya aman dapat meningkat pula sebagai respon dari krisis ekonomi. Individu merasa tidak memiliki pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas kriminal di perairan Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Respon Kebijakan dan Kerjasama Regional
Negara-negara ASEAN telah mengambil langkah-langkah penting dalam menangani isu keamanan maritim yang terkait dengan perubahan iklim. Melalui platform seperti ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM), negara-negara anggota menunjukkan komitmen mereka untuk memperkuat kolaborasi dalam menghadapi tantangan ini. ADMM berfungsi sebagai forum bagi para pemimpin pertahanan di kawasan untuk bertukar informasi dan praktik terbaik dalam hal respons terhadap bencana serta peningkatan keamanan maritim. Ini sangat penting mengingat tantangan yang dihadapi oleh negara-negara pesisir, di mana ketidakpastian akibat perubahan iklim dapat meningkatkan risiko bencana alam dan aktivitas kejahatan maritim.
Inisiatif-inisiatif seperti Quad juga berperan dalam mendorong kerjasama antara ASEAN dan negara-negara lain di kawasan Indo-Pasifik. Melalui kolaborasi ini, kapasitas pengelolaan isu-isu terkait perubahan iklim dan keamanan maritim dapat diperkuat. Misalnya, pelatihan bersama dalam penanganan bencana dan pertukaran teknologi dapat membantu negara-negara anggota mempersiapkan diri lebih baik terhadap ancaman yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Selain itu, kerjasama dalam pertukaran informasi tentang aktivitas ilegal di perairan dapat memperkuat pengawasan dan penegakan hukum, yang pada gilirannya akan mengurangi kejahatan maritim.
ADVERTISEMENT
Pentingnya kolaborasi antar negara tidak dapat diabaikan, mengingat sifat transnasional dari perubahan iklim yang mempengaruhi semua negara di kawasan ini. Dengan mengintegrasikan upaya bersama, ASEAN dapat lebih efektif dalam mengatasi tantangan yang muncul akibat perubahan iklim, termasuk peningkatan kejahatan maritim dan pengelolaan sumber daya laut. Kerjasama ini tidak hanya akan menguntungkan negara-negara anggota, tetapi juga dapat menciptakan stabilitas yang lebih besar di kawasan yang kaya akan keragaman budaya dan sumber daya ini. Oleh karena itu, komitmen untuk bekerja sama dan berbagi sumber daya serta pengetahuan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan kompleks yang dibawa oleh perubahan iklim. Negara-negara ASEAN telah mengambil langkah-langkah penting dalam menangani isu keamanan maritim yang terkait dengan perubahan iklim. Melalui platform seperti ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM), negara-negara anggota berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi dalam menghadapi tantangan ini, terutama dalam konteks respons terhadap bencana dan keamanan maritim.
ADVERTISEMENT
Selain itu, inisiatif seperti Quad juga mendorong kerjasama antara ASEAN dan negara-negara lain di Indo-Pasifik untuk membangun kapasitas dalam mengelola isu-isu terkait perubahan iklim dan keamanan maritim. Pentingnya kolaborasi antar negara tidak dapat diabaikan, karena perubahan iklim bersifat transnasional dan mempengaruhi semua negara di kawasan ini. Dengan mengintegrasikan upaya bersama, ASEAN dapat lebih efektif dalam mengatasi tantangan yang muncul akibat perubahan iklim, termasuk peningkatan kejahatan maritim dan pengelolaan sumber daya laut.