Manajemen Keluarga Area Pinggir Hutan Pasca Pandemi COVID–19

Tesya Erfani
Sebagai Mahasiswi Ilmu Ekonomi Syariah, IPB
Konten dari Pengguna
17 November 2022 15:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tesya Erfani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pandemi Covid 2019

ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 dunia terjadi pada tanggal 11 Maret 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pandemi tersebut berawal dari virus baru yang muncul di Wuhan, China. Meskipun demikian, pemerintah indonesia baru mengeluarkan darurat nasional pada tanggal 13 April 2020. Kebijakan darurat nasional tersebut memberikan efek terhadap masyarakat khususnya keluarga.
ADVERTISEMENT
Keluarga merupakan unit organisasi terkecil yang ada di masyarakat yang memiliki tujuan tertentu seperti mencapai kesejahteraan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Oleh sebab itu, perlu adanya manajemen untuk mengelola sumber daya keluarga. Manajemen merupakan aktivitas yang terdiri dari perencanaan, pergerakan, organisasi, dan pemeriksaan. Tulisan ini berfokus pada manajemen keluarga pinggir hutan.

Manajemen Sumberdaya Keluarga

Karakteristik manajemen keluarga pinggir hutan setelah adanya pandemi COVID-19 sepintas terlihat sama dengan keluarga yang tidak tinggal di pinggiran hutan. Misalnya dalam hal mencari nafkah, ayah berperan sebagai aktor utama, namun ibu juga bisa ikut turun tangan untuk membantu mencari nafkah. Ada hal unik yang melekat pada keluarga yang tinggal di pinggiran hutan, yaitu resisten. Salah satunya dengan menambah mata pencaharian lainnya akibat tekanan dari pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Jika membahas perbedaan manajemen antar keluarga, rasa kebersamaan keluarga yang tinggal di hutan bisa dikatakan lebih erat dari keluarga biasanya. Rasa tolong menolong dan tenggang rasa antar masyarakat masih kentara jelas pada keluarga yang tinggal di pinggiran hutan. Terlebih sejak adanya pandemi, keluarga yang tinggal di pinggiran hutan memiliki manajemen keluarga yang sangat baik. Manajemen keluarga yang baik ini terlihat dari cara mereka dalam mengevaluasi masing-masing anggota keluarganya serta masalah-masalah yang ada.
Penulisan ini diperkuat dengan adanya hasil wawancara dengan salah satu responden yang berasal dari daerah pinggir hutan tepatnya di daerah Kelurahan Situgede dekat dengan Bogor Forest Science Park (BoFos). Keluarga yang menjadi responden kami adalah keluarga Bapak Soeharto dan Ibu Sri. Manajemen keluarga dari Bapak Soeharto sudah terbilang cukup baik. Selama proses wawancara, Bapak Soeharto dan Ibu Sri menjawab dengan apa adanya dan sangat terbuka.
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Manajemen Sumberdaya Keluarga Bapak Soeharto

ADVERTISEMENT
1. Pembagian tugas. Seperti keluarga pada umumnya, ibu yang bertugas dalam urusan rumah tangga dan bapak bertugas untuk mencari nafkah. Namun, ketika pandemi COVID-19 terjadi, Ibu Sri turut serta membantu Bapak Soeharto dalam mencari pendapatan dengan berjualan. Begitupun Bapak Soeharto ikut membantu dalam urusan rumah tangga.
2. Pengambilan keputusan. Keluarga ini melakukan musyawarah dalam proses pengambilan keputusan, sehingga hasil diambil berdasarkan suka sama suka.
3. Pemasukan dan pengeluaran. Pendapatan tiap hari sebelum pandemi sekitar Rp300.000, dan menurun drastis ketika pandemi yang hanya Rp50.000. Untuk pengeluaran, setiap bulannya keluarga Bapak Soeharto mengeluarkan dana listrik sekitar Rp300.000.
4. Evaluasi keluarga. Secara internal, evaluasi dalam keluarga Bapak Soeharto memutuskan berjualan pecel ayam untuk menambah pendapatan.
ADVERTISEMENT

Dari jawaban-jawaban tersebut kami dapat mengambil beberapa poin, yaitu:
1. Karakteristik Manajemen Sumberdaya Keluarga
Keluarga Ibu Sri dan Bapak Soeharto memiliki karakteristik keluarga yang memecahkan masalah bersama. Karakteristik lainnya adalah resisten. Hal ini didukung oleh mata pencaharian yang menjadi sumber pendapatan utama keluarga ini pada awalnya adalah dari jasa pijat. Namun karena adanya tekanan dari pandemi COVID-19 yang mengakibatkan turunnya pendapatan dari hasil pijat, keluarga ini memutuskan untuk membuka usaha warung pecel ayam.
2. Pengambilan Keputusan dalam Keluarga
Pengambilan keputusan keluarga dari responden yang kami wawancarai adalah dengan menyampaikan argumen dari masing-masing anggota keluarga terlebih dahulu. Apabila terjadi selisih pendapat, dilakukan musyawarah untuk menentukan apakah akan mengambil keputusan mayoritas atau tidak. Jika pihak yang berselisih pendapat tidak menerima keputusan mayoritas, maka dilakukan musyawarah sampai seluruh anggota keluarga setuju.
ADVERTISEMENT
3. Manajemen Keuangan dalam Keluarga
Manajemen keuangan keluarga yang kami wawancarai bermata pencaharian di bidang jasa pijat dan warung pecel ayam. Pada awalnya keluarga ini hanya bersandar pada pendapatan dari upah jasa pijat, namun semenjak pandemi COVID-19 keluarga ini memutuskan untuk membuka warung pecel ayam sebagai tambahan pemasukan
4. Pembagian Tugas dalam Keluarga
Pembagian tugas dalam keluarga ini tidak jauh berbeda dengan pembagian tugas keluarga pada umumnya. Namun karena ada dua mata pencaharian di keluarga ini, yaitu jasa pijat (bapak) dan warung pecel ayam (ibu), ada sedikit perbedaan dengan keluarga yang hanya memiliki satu mata pencaharian. Peran mencari nafkah utama dalam keluarga ini pada awalnya dipegang oleh bapak sendiri. Namun sejak adanya pandemi COVID-19, ibu juga mengambil peran sebagai pencari nafkah tambahan untuk menambah pemasukan. Peran mengurus rumah tangga tetap dikontrol oleh Ibu. Namun karena ia juga harus mengelola warung, bapak dan anak juga turut membantu pekerjaan rumah, seperti mencuci piring dan menjaga kerapihan seisi rumah.
ADVERTISEMENT
5. Proses Evaluasi dalam Keluarga
Dari hasil wawancara, lokasi yang menjadi domain penelitian kami relatif aman dari permasalahan eksternal seperti penggusuran dan bencana alam. Berdasarkan informasi yang diperoleh, permasalahan eksternal yang muncul dan cukup berdampak adalah dari pandemi COVID-19. Pada masa pandemi COVID-19, salah satu masalah yang timbul adalah masalah keuangan. Keluarga yang sebelumnya hanya mengandalkan upah dari hasil jasa pijat ini mengalami kesulitan keuangan semenjak pandemi. Kedua orang tua sepakat untuk membuat warung pecel ayam untuk menambah pendapatan. Pengambilan keputusan sebagai bentuk evaluasi ini juga disetujui oleh anggota keluarga yang lain sebelum benar-benar direalisasikan.
Penulis :
Tesya Erfani (H5401201032)
Muhamad Zidan (H5401201138)
Muhammad Fadhil Setiawan (H5401201152)
Muhamad Azumar Romzi (H5401201056)
ADVERTISEMENT
Yolanda Michelle M.S. (H5401201058)
Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Diah Krisnantuti dan MS Ir. MD. Djamaludin, M.S