Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Potret Pemuda Mandiri: Perputaran Ekonomi Sirkular Karang Taruna Desa Neglasari
31 Januari 2024 12:02 WIB
Tulisan dari Tesya Erfani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Neglasari merupakan salah satu desa di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur. Di tahun ini, Desa Neglasari menjadi salah satu mitra IPB dalam kegiatan Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Inovasi IPB. Desa Neglasari memiliki 9 Rukun Warga (RW), dan masing-masing RW memiliki karang taruna. Salah satu karang taruna yang tetap aktif bergerak adalah karang taruna RW 06. Terdiri dari pemuda usia 15-25 tahun, karang taruna ini melakukan kegiatan kemasyarakatan secara rutin. Berkaitan dengan program kerja tentang lingkungan masyarakat desa, kelompok KKN-T IPB berkolaborasi dengan karang taruna RW 06, dan bersama-sama menciptakan perubahan.
ADVERTISEMENT
Selama ini, masalah utama dan menjadi masalah tahunan Desa Neglasari adalah tantangan dalam pengelolaan limbah organik dan anorganik yang belum terkelola secara tepat dan efektif. Masyarakat masih banyak yang kurang peduli dengan kondisi lingkungan sekitar, bahkan dengan sengaja membuang sampah ke sungai terdekat. Namun tidak jarang, sampah-sampah di jalanan berasal dari masyarakat luar desa yang sengaja membuang sampah di kawasan Desa Neglasari. Selain itu, keterbatasan jumlah pengelola juga menjadi faktor masalah sampah belum diselesaikan secara optimal. Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa KKN-T dan karang taruna khususnya karang taruna RW 06 bersama-sama membuat inovasi untuk meminimalisir dampak dari masalah sampah ini.
Langkah-langkah inovatif yang diusulkan oleh mahasiswa KKN-T IPB berupa pengintegrasian limbah organik dari budidaya maggot BSF (Black Soldier Fly). Maggot BSF merupakan larva dari jenis lalat besar berwarna hitam dan berbentuk seperti serangga tawon. Maggot BSF berdampak baik bagi lingkungan. Larva jenis ini dapat menjadi pengurai sampah organik secara efisien dibandingkan pengurai lain dan memberikan nilai jual dari produk yang dihasilkan. Siklus hidup maggot tidak membutuhkan waktu berbulan-bulan, hanya dalam jangka waktu 45 hari. Selain itu, harga perlengkapan yang dibutuhkan juga masih terjangkau, sehingga mudah untuk dibudidayakan secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Peribahasa ini menggambarkan usulan dari mahasiswa KKN-T yang disambut hangat oleh Karang Taruna RW 06. Keberadaan green house dengan berbagai macam jenis tanaman holtikultura di Karang Taruna RW 06, membuat program budidaya maggot ini berhubungan dengan kegiatan yang mereka tekuni. Hasil dari maggot dapat digunakan sebagai pakan ternak seperti ayam, bisa juga menjadi pakan ikan, atau dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Pupuk tanaman ini berasal dari kasgot (bekas maggot), yaitu sisa-sisa limbah organik yang tidak bisa dicerna oleh maggot atau hasil ayakan saat panen maggot.
Pengelolaan budidaya limbah organik menggunakan maggot ini menjadi terobosan baru bagi Karang Taruna RW 06 dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada. Mereka dapat mengurangi limbah rumah tangga dengan memberikan sampah organik sebagai makanan maggot, dan hasil budidaya maggot ini dapat mereka gunakan sebagai pakan dan pupuk atau dijual di pasaran dengan harga yang menguntungkan.
ADVERTISEMENT