Konten dari Pengguna

Saatnya Bertransformasi Menuju Pemanfaatan PLTS Berskala Nasional

Teuku Wafi
Mahasiswa Teknik Metalurgi ITB 2018,
9 September 2021 14:46 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Teuku Wafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, dunia sedang berfokus pada rencana aksi global untuk mengakhiri segala penderitaan dunia. Hal ini sudah dicanangkan oleh para pemimpin dunia dan ke semuanya tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs adalah target besar warga dunia hingga tahun 2030 di mana berisikan 17 tujuan dan salah satunya tentu saja membahas mengenai energi. Pada poin ketujuh dari SDGs ini, disebutkan bahwa dunia dapat memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern bagi semua masyarakatnya.
Proses pemasangan panel surya (sumber : https://unsplash.com/photos/yqEJ8HQ8y2o)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pemasangan panel surya (sumber : https://unsplash.com/photos/yqEJ8HQ8y2o)
Indonesia sendiri tengah berkomitmen untuk mengedepankan pengembangan dan pemakaian EBT. Hal ini terlihat dari PP No. 79/2014 mengenai Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang telah menargetkan bauran EBT pada 2025 sebesar 23% dan pada 2050 sebesar 31%. Detail dari KEN dijabarkan lebih lanjut pada Perpres No. 22/2017 mengenai Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Pemerintah bersama Dewan Energi Nasional (DEN) juga secara aktif mengkaji Grand Strategi Energi Nasional (GSEN). GSEN ini berisikan strategi perencanaan jangka menengah infrasturktur energi nasional pada tahun 2020 sampai 2040 untuk menjamin penyediaan energi yang cukup, berkualitas baik, harga terjangkau, dan eco-friendly.
ADVERTISEMENT
Target ini cukup menjanjikan dan idealis jika dilihat dalam perspektif hitam di atas putih. Namun, bagaimana kondisi aktual dan implementasi dari sederet target dan aturan tertulis ini? Apakah kesenjangan kondisi EBT di Indonesia dan global terjadi di antaranya?
Total potensi EBT yang tersebar di Indonesia terbilang cukup besar, yakni sekitar 417,8 GW dengan energi surya mendominasi potensi ketersediaan dengan nilai sebesar 207,8 GW. Tetapi, sangat disayangkan, total pemanfaatan EBT di Indonesia hanyalah sebesar 2,5% saja atau sebesar 10,4 GW dan disayangkan pula total pemanfaatan energi surya hanyalah 0,07% saja, yakni 153,5 MWp, penggunaan terkecil dari jenis EBT lainnya. Penggunaan EBT di Indonesia masih didominasi oleh energi air dengan potensi sebesar 7 GW dan pemanfaatannya sebesar 6,121 MW (8,16%).
ADVERTISEMENT
Konsumsi energi EBT indonesia pun masih di angka 11% terhadap total sumber energi lainnya. Dengan melihat data peningkatan penggunaan PV kumulatif di indonesia dari tahun ke tahun, yakni hanya terjadi peningkatan 0,01 GW dari tahun 2019 ke 2020, akan menjadi tanda tanya mengapa peningkatan penggunaan energi surya sebagai EBT sangatlah lambat? Sedangkan potensinya yang begitu besar terbuang sia-sia hanya untuk menjemur baju dan ikan asin? Memang apakah hal ini juga terjadi pada dunia saat ini?
Justru sebaliknya, dunia saat ini sedang gencar-gencarnya dalam mengembangkan dan menginstalasi PLTS baik dari tiap rumah tangga, hingga skala ekspor energi ke negara lainnya. Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan negara eropa lainnya memiliki peningkatan jumlah pemasangan instalasi PLTS yang cukup tinggi. Bahkan, Cina pada tahun 2019 telah mencapai kurang lebih 200 GW. Angka yang fantastis untuk penyediaan energi yang hanya bersumber dari 1 jenis saja. Apa yang menjadi perbedaan antara indonesia dengan negara lain? Apa tantangan yang dalam pengembangan PLTS di indonesia?
ADVERTISEMENT
Tidak menariknya pasar instalasi PLTS di indonesia, kurangnya promosi dan pencerdasan, serta ketergantungan akan impor PLTS dari negara lain menjadi kata kunci dalam permasalahan ini. Manusia tidak dapat dilepaskan dari kehidupan perekonomian dan keefektifan kinerja suatu alat. Manusia akan selalu mencari sesuatu dengan pengorbanan sekecil mungkin dengan keefektifan sebesar mungkin. Manusia saat ini sudah terlena akan “keefektifan” bahan bakar fosil dan juga relatif murah menjadikan susah untuk bergerak keluar dari zona nyaman. Hal ini menyebabkan pula pasarnya tidaklah bersirkulasi dengan baik dan lesunya kegiatan ekonomi di dalamnya. Lantas, mengapa negara lain bisa keluar dari zona nyamannya? Mereka telah tercerdaskan akan positifnya penggunaan PLTS dan mereka mengembangkan keilmuan terkait. Buah dari pengembangan ini melahirkan inovasi dan produk-produk brilian sehingga berdampak langsung di daerahnya.
ADVERTISEMENT
Negara Cina, sebagai “raja” panel surya dunia, menguasai sebagian besar pembuatan bahan baku untuk panel surya. Cina menduduki peringkat pertama dalam produksi silikon di dunia, yakni 5,4 juta metrik ton. Bandingkan Rusia dengan peringkat 2 yang hanya memproduksi 0,54 juta metrik ton. Logam Tanah Jarang (LTJ) yang sangat krusial sebagai dopant pada Si-wafer menjadikan penggunaan LTJ tidak dapat dilepaskan dari bahan baku panel surya. Cina mengungguli kembali produksi LTJ dunia dengan angka 140.000 ton atau setengah dari produksi LTJ di dunia. Dari segi energy storage pula, Cina menguasai produksi bahan baku atau mineral yang menjadi kunci transisi energi, seperti Kobalt, Litium, Grafit, Aluminium, dan lain-lain. Tidak heran rasanya apabila sumber daya manusia yang telah tercerdaskan bergabung dengan sumber daya alam yang banyak akan bersatu padu menghasilkan gebrakan yang luar biasa. Mereka menguasai dari pengambilan bahan baku, pemrosesannya, hingga produk jadi dan instalasi.
ADVERTISEMENT
Setelah pengupasan dari permasalahan yang ada, apa yang dapat dilakukan indonesia ke depan?
Pencerdasan dapat dimulai dari pengenalan terlebih dahulu. Sudah semestinya pemerintah untuk mengampanyekan aksi transisi energi bersih dengan PLTS secara besar-besaran. Promosikan secara masif mengenai dampak positif dari penggunaan PLTS, baik secara lingkungan yang eco-friendly, bernilai ekonomis, dan tunjukkan aksi “people power” dalam pengontrolan keenergian sehingga pemerintah dan pebisnis tidak lagi mengontrol penuh rantai atau transmisi energi. Kabarkan kepada khalayak mengenai Promosi dapat dilakukan dari pemasangan banner atau spanduk di jalanan, pemasangan advertisiment di media sosial, bahkan dapat dilakukan dari kalangan influencer untuk mengedepankan aktivitas berbasis energi bersih kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir akademisi, pihak keenergian, dan pihak lingkungan saja yang bisa memakainya. Dengan meningkatnya tren dan besarnya permintaan dalam penggunaan PLTS di masyarakat, pasar pun akan ikut berefek pada perputaran kegiatan ekonomi yang semakin lancar. Namun, hal ini disesuaikan dengan suplai alatnya sendiri agar jumlah ketersediaan alat tidak menjadi bottleneck dalam aliran rantai suplainya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana jadinya jika permintaan akan PLTS indonesia sudah di tahap masif? Sebelum hal itu terjadi, kita perlu mempersiapkan secara matang mengenai pembuatan panel surya di dalam negeri. Indonesia seharusnya dapat mengoptimalkan pengambilan dan pengolahan bahan galian dengan basis energi terbarukan dan ramah lingkungan. Saat ini, indonesia sudah melakukan langkah yang baik, yakni pembentukan Mining Industry Indonesia (MIND ID). Mining Industry Indonesia (MIND ID) adalah Holding Industri Pertambangan Indonesia yang beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk. MIND ID merupakan terobosan yang baik dalam pengelolaan, pengolahan, hingga pemasaran potensi kekayaan sumber daya mineral di Indonesia sehingga ke depannya indonesia dapat menguasai proses hulu hingga ke hilir pengolahan mineral dan secara mandiri dapat memproduksi PLTS maupun pembangkit listrik EBT lainnya. Sudah seharusnya pula MIND ID mempunyai fokus yang khusus untuk pengembangan EBT dari segi pengadaan material di indonesia.
ADVERTISEMENT
Sudah seharusnya masyarakat dunia, terutama indonesia, untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan beralih menggunakan EBT pada kehidupan sehari-hari. Sudah seharusnya juga keilmuan di sektor energi terbarukan dan berkelanjutan diketahui dan dicerdaskan oleh pemerintah kepada masyarakat untuk memanfaatkan energi bersih secara optimal tanpa menghancurkan masa depan kehidupan di bumi ini.