Konten dari Pengguna

Kesederhanaan Alam vs Hiruk-pikuk Perkotaan: Analisis Awal dan Mira

Tiara Fitriyanti Kusuma
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28 Juli 2024 17:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Fitriyanti Kusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seni Teater. (Sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Seni Teater. (Sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Drama “Awal dan Mira” merupakan drama karya Utuy Tatang Sontani. Drama ini pertama kali diterbitkan di majalah Indonesia pada tahun 1952.
ADVERTISEMENT
Pendahuluan: Drama “Awal dan Mira” merupakan drama karya Utuy Tatang Sontani. Drama ini pertama kali diterbitkan di majalah Indonesia pada tahun 1952.
Ekokritik sendiri merupakan suatu pendekatan studi sastra yang mengkaji hubungan antara sastra dan lingkungan alam.
Pendekatan ini menyelidiki bagaimana teks sastra merepresentasikan, merespons, dan mengkritik isu-isu lingkungan dan hubungan antara manusia dan alam.
Drama Awal dan Mira karya Utuy Tatang Sontani mengeksplorasi bagaimana lingkungan alam dan perkotaan berinteraksi dengan kehidupan dan perjuangan para tokoh utama, serta bagaimana alam memengaruhi narasi drama dan tema keseluruhan.
1.
Penggambaran lingkungan alam dan perkotaan: Dalam Awal dan Mira, Utuy Tatang Sontani menciptakan kontras antara lingkungan alam pedesaan dan lingkungan perkotaan untuk mencerminkan konflik batin sang protagonis yang sering menggunakan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Awal dan Mira sering merasa terjebak di antara dua dunia tersebut. Karena idealismenya, Awal kerap tertarik pada kesederhanaan dan keindahan alam pedesaan, sedangkan Mira lebih condong pada kehidupan kota, penuh tekanan dari keluarga dan norma sosial.
2.
Alam Sebagai Metafora Konflik Batin: Lingkungan alam dalam drama ini sering dijadikan metafora untuk menggambarkan konflik batin yang dialami para tokohnya.
Misalnya, keindahan alam dan ketenangan lanskap mencerminkan ketenangan pikiran dan kebebasan yang dicari Awal, sedangkan hiruk pikuk kota mencerminkan gejolak dan stres yang dihadapi Mira. Alam menjadi titik hilang dan mencerminkan keadaan psikologis tokohnya.
3.
Kritik terhadap perusakan alam: Drama ini juga menyentuh tema perusakan alam melalui interaksi tokoh dengan lingkungan. Pesatnya perkembangan dan urbanisasi Indonesia pada periode ini tergambar dari perubahan lingkungan tempat tinggal Awal dan Mira.
ADVERTISEMENT
Ketika daerah pedesaan yang tenang semakin digantikan oleh daerah perkotaan, semakin banyak kritik terhadap dampak negatif pembangunan yang tidak diatur, termasuk hilangnya ruang hijau dan tekanan terhadap lingkungan alam.
4.
Hubungan manusia dan alam: Drama ini juga mengeksplorasi hubungan manusia dan alam melalui pengalaman pribadi Awal dan Mira. Pemula yang dekat dengan alam sering kali menemukan hiburan dan inspirasi di lingkungan alami.
Di sisi lain, obsesi Mila terhadap kehidupan kota menunjukkan keterasingan manusia modern terhadap alam. Perjuangan mereka menyoroti bagaimana masyarakat seringkali terjebak antara keinginan untuk hidup harmonis dengan alam dan tuntutan kehidupan modern yang menjauhkan mereka dari alam.
5.
Pesan Moral dan Etik: Melalui ceritanya, Utuy Tatang Sontani mengajak penonton untuk memikirkan hubungannya dengan alam. Drama ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan perlindungan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Pesan moral yang disampaikan adalah kebahagiaan dan kedamaian sejati seringkali tidak terdapat pada kemewahan dan hiruk pikuk kehidupan kota, melainkan pada hubungan yang harmonis dengan alam.
Kesimpulan:
Pendekatan ekokritik pada drama ``Awal dan Mila'' menunjukkan bagaimana Utui Tatan Sontani memanfaatkan lingkungan alam dan lingkungan perkotaan untuk menggambarkan konflik batin tokoh utama, serta urbanisasi dan menunjukkan apakah Anda mengkritik dampak negatif degradasi lingkungan.
Melalui cerita yang penuh metafora alam, drama ini menantang pemirsa untuk memikirkan hubungan mereka dengan alam dan pentingnya menyeimbangkan pembangunan dan perlindungan lingkungan. Analisis ini menunjukkan bahwa 'Awal dan Mira' tidak hanya mengangkat isu sosial dan budaya, namun juga menyampaikan pesan penting tentang ekologi dan keberlanjutan.
Daftar Pustaka:
ADVERTISEMENT
Sontani, Utuy Tatang. (1952). Awal dan Mira. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Gunawan, R. (2003). Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Endraswara, Suwardi. (2016). Ekokritik Sastra; Konsep, Teori dan Terapan. Yogyakarta: Morfolingua.
Drama Awal dan Mira karya Utuy Tatang Sontani mengeksplorasi bagaimana lingkungan alam dan perkotaan berinteraksi dengan kehidupan dan perjuangan para tokoh utama, serta bagaimana alam memengaruhi narasi drama dan tema keseluruhan.
1. Penggambaran lingkungan alam dan perkotaan: Dalam Awal dan Mira, Utuy Tatang Sontani menciptakan kontras antara lingkungan alam pedesaan dan lingkungan perkotaan untuk mencerminkan konflik batin sang protagonis yang sering menggunakan lingkungan.
Awal dan Mira sering merasa terjebak di antara dua dunia tersebut. Karena idealismenya, Awal kerap tertarik pada kesederhanaan dan keindahan alam pedesaan, sedangkan Mira lebih condong pada kehidupan kota, penuh tekanan dari keluarga dan norma sosial.
ADVERTISEMENT
2. Alam Sebagai Metafora Konflik Batin: Lingkungan alam dalam drama ini sering dijadikan metafora untuk menggambarkan konflik batin yang dialami para tokohnya.
Misalnya, keindahan alam dan ketenangan lanskap mencerminkan ketenangan pikiran dan kebebasan yang dicari Awal, sedangkan hiruk pikuk kota mencerminkan gejolak dan stres yang dihadapi Mira. Alam menjadi titik hilang dan mencerminkan keadaan psikologis tokohnya.
3. Kritik terhadap perusakan alam: Drama ini juga menyentuh tema perusakan alam melalui interaksi tokoh dengan lingkungan. Pesatnya perkembangan dan urbanisasi Indonesia pada periode ini tergambar dari perubahan lingkungan tempat tinggal Awal dan Mira.
Ketika daerah pedesaan yang tenang semakin digantikan oleh daerah perkotaan, semakin banyak kritik terhadap dampak negatif pembangunan yang tidak diatur, termasuk hilangnya ruang hijau dan tekanan terhadap lingkungan alam.
ADVERTISEMENT
4. Hubungan manusia dan alam: Drama ini juga mengeksplorasi hubungan manusia dan alam melalui pengalaman pribadi Awal dan Mira. Pemula yang dekat dengan alam sering kali menemukan hiburan dan inspirasi di lingkungan alami.
Di sisi lain, obsesi Mila terhadap kehidupan kota menunjukkan keterasingan manusia modern terhadap alam. Perjuangan mereka menyoroti bagaimana masyarakat seringkali terjebak antara keinginan untuk hidup harmonis dengan alam dan tuntutan kehidupan modern yang menjauhkan mereka dari alam.
5. Pesan Moral dan Etik: Melalui ceritanya, Utuy Tatang Sontani mengajak penonton untuk memikirkan hubungannya dengan alam. Drama ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan perlindungan lingkungan.
Pesan moral yang disampaikan adalah kebahagiaan dan kedamaian sejati seringkali tidak terdapat pada kemewahan dan hiruk pikuk kehidupan kota, melainkan pada hubungan yang harmonis dengan alam.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan:
Pendekatan ekokritik pada drama ``Awal dan Mila'' menunjukkan bagaimana Utui Tatan Sontani memanfaatkan lingkungan alam dan lingkungan perkotaan untuk menggambarkan konflik batin tokoh utama, serta urbanisasi dan menunjukkan apakah Anda mengkritik dampak negatif degradasi lingkungan.
Melalui cerita yang penuh metafora alam, drama ini menantang pemirsa untuk memikirkan hubungan mereka dengan alam dan pentingnya menyeimbangkan pembangunan dan perlindungan lingkungan. Analisis ini menunjukkan bahwa 'Awal dan Mira' tidak hanya mengangkat isu sosial dan budaya, namun juga menyampaikan pesan penting tentang ekologi dan keberlanjutan.
Daftar Pustaka:
ADVERTISEMENT