Konten dari Pengguna

Peran Teknologi & Media dalam 'Dilarang Mencintai Bunga-Bunga'

Tiara Fitriyanti Kusuma
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29 Juli 2024 9:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Fitriyanti Kusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gugur. (Sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Gugur. (Sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Cerpen Kuntwijoyo “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” terbit pertama kali pada tahun 1992. Cerpen ini berkisah tentang Buyung, seorang pemuda pecinta bunga, dan kakeknya yang mewakili nilai-nilai adat. Cerpen ini memungkinkan kita untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi dan media massa memengaruhi persepsi dan interaksi antar generasi. Analisis ini menyoroti berbagai aspek seperti konflik antargenerasi, peran media sebagai pengaruh sosial, alat pendidikan, sarana penghubung generasi, dan perubahan nilai-nilai yang dibawa oleh media.
ADVERTISEMENT
1.
Konflik Generasi: Teknologi dan media berperan penting dalam menciptakan konflik antara generasi muda dan tua.
Buyung menjadi tertarik pada bunga setelah bersentuhan dengan teknologi modern seperti televisi, namun kakeknya yang menganut nilai-nilai tradisional menganggap bunga tidak pantas.
Teks Bukti: "Berbeda dengan kakeknya yang menyukai cerita tentang peperangan dan pertempuran, Buyung sering menonton bunga-bunga indah di TV."
Ini adalah contoh bagaimana media modern mempengaruhi kepentingan dan nilai-nilai Buyung. Ini menunjukkan bagaimana masyarakat dibentuk secara berbeda dari mereka generasi kakek.
Kakek buyut saya tumbuh dengan mendengarkan cerita perang dan pertempuran, yang membentuk pandangannya tentang peran maskulinitas dan gender.
Di sisi lain, Buyung dipengaruhi oleh program TV yang menampilkan keindahan bunga, dan mengembangkan minat yang berbeda dengan nilai-nilai tradisional.
ADVERTISEMENT
2.
Media sebagai pengaruh sosial: Media massa memainkan peran utama dalam membentuk persepsi dan nilai-nilai sosial. Dalam kasus Buyung, media mengungkapkan kecintaan kakeknya terhadap estetika bunga yang bertentangan dengan norma tradisional maskulinitas.
Teks bukti: "Buyung melihat taman bunga yang sangat indah di acara TV dan sangat ingin membuat taman seperti itu."
Media massa (dalam hal ini televisi) mengajari Buyung seperti apa keindahan bunga. Setelah menonton acara ini, Buyung bermimpi memiliki taman bunga yang indah.
Hal ini menunjukkan bagaimana media dapat membentuk aspirasi dan impian seseorang, meskipun impian tersebut bertentangan dengan nilai-nilai tradisional yang ada.
3.
Teknologi sebagai alat pendidikan dan inspirasi: Teknologi seperti televisi dan internet memberikan informasi dan inspirasi yang tidak tersedia pada generasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Buyung belajar cara merawat bunga dari sebuah acara TV, yang semakin meningkatkan minatnya.
Teks Bukti: "Buyung belajar cara merawat bunga melalui program TV, yang membuatnya semakin mencintai bunga."
Melalui teknologi, Buyung memperoleh pengetahuan baru yang membantunya mengembangkan minatnya kini dapat diakses. Acara televisi memberikan informasi praktis tentang merawat bunga yang tidak bisa Anda peroleh dari orang-orang di sekitar Anda atau dari kakek Anda yang tidak memiliki minat serupa.
Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat berfungsi sebagai alat pendidikan yang efektif.
4.
Konversi Media dan Nilai: Media kerap menghadirkan nilai-nilai baru yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai tradisional. Kakek Buyung menilai kecintaan Buyung terhadap bunga merupakan hal yang aneh dan bertentangan dengan norma gender.
ADVERTISEMENT
Bukti: "Kakekmu berkata, 'Laki-laki sejati tidak bermain-main dengan bunga, mereka harus bekerja keras di ladang."
Gagasan patriarki Buyung mencerminkan norma gender tradisional yang menganggap kebutuhan bunga sebagai hal yang feminin dan tidak pantas bagi laki-laki. Hal ini menunjukkan betapa nilai-nilai tradisional bisa bertentangan dengan nilai-nilai baru yang dibawakan oleh media. Kakek Buyung percaya bahwa laki-laki sejati harus bekerja keras di ladang, bukan bermain-main dengan bunga. Hal ini menciptakan konflik antar generasi dalam memahami peran dan hobi gender.
5.
Media sebagai Metode Komunikasi Antargenerasi: Meskipun media dapat menimbulkan konflik, namun media berpotensi menjadi sarana komunikasi antar generasi. Dengan lebih memahami kepentingan Buyung, kakeknya dapat memanfaatkan media untuk memahami dan mengapresiasi gagasan cucunya.
ADVERTISEMENT
Bukti Kata: “Ketika kakek saya melihat acara tentang taman bunga di televisi bersama Buyung, ia mulai mengerti mengapa Buyung sangat menyukai bunga.”
Hal ini menunjukkan bagaimana media dapat menjadi jembatan pemahaman antar generasi. Saat kakek Buyung menyaksikan pameran taman bunga bersama Buyung, ia mulai memahami kecintaan cucunya terhadap bunga. Media memberikan konteks dan informasi yang membantu sang kakek melihat keinginan Buyung dari sudut pandang berbeda. Hal ini menunjukkan kekuatan media sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman dan komunikasi antar generasi. Akhir
Kesimpulan
Teknologi dan media dalam analisis cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijoyo menunjukkan bagaimana media mempengaruhi kebutuhan dan nilai individu, menimbulkan konflik generasi, dan berpotensi menjadi sarana komunikasi antar generasi. Media memperkenalkan nilai-nilai baru yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai tradisional, namun media juga menyediakan alat yang berharga untuk mendidik dan menginspirasi generasi muda seperti Buyung. Konflik antara Buyung dan kakeknya menunjukkan adanya konflik antara budaya dan nilai-nilai modern yang dihadirkan media. Namun, media juga berpotensi menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai generasi melalui pemahaman yang lebih baik. Analisis ini menyoroti pentingnya memahami peran media dalam membentuk nilai dan kebutuhan individu serta bagaimana teknologi dapat mempengaruhi hubungan interpersonal. Media tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, tetapi juga sebagai alat yang dapat mengubah gagasan dan nilai-nilai dalam masyarakat. Dengan pemahaman ini, kita bisa lebih memahami bagaimana media mempengaruhi kehidupan dan hubungan sehari-hari masyarakat.
ADVERTISEMENT