news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berkurangnya Minat Anak Bermain Tradisional

Thaghrina Syarifah
Mahasiswa UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
11 Desember 2022 22:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Thaghrina Syarifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by <a href="https://pixabay.com/users/inspiredimages-57296/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=1312052">InspiredImages</a> from <a href="https://pixabay.com//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=1312052">Pixabay</a>
zoom-in-whitePerbesar
Image by <a href="https://pixabay.com/users/inspiredimages-57296/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=1312052">InspiredImages</a> from <a href="https://pixabay.com//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=1312052">Pixabay</a>
ADVERTISEMENT
Di zaman modern saat ini, banyak anak kecil yang tidak mengenal akan permainan tradisional. Nah, apa itu permainan tradisional? Permainan tradisional sendiri adalah permainan yang dimiliki oleh sekelompok adat atau masyarakat. Permainan tradisional mengikuti norma dan kebiasaan yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi (Gishca, 2022). Ada beragam permainan tradisional contohnya seperti congklak, egrang, lompat tali, kelereng dan lain-lain. Namun anak-anak lebih mengenal akan adanya permainan dari smartphone atau gawai yang bisa diunduh dengan mudah tanpa pengawasan orang tua. Menurunnya minat permainan tradisional ini membuktikan bahwa fungsi gawai saat ini sudah menyentuh seluruh lapisan usia masyarakat. Padahal dalam permainan tradisional anak-anak bisa lebih mengembangkan kreativitas dan lebih mengenal budaya dari daerah-daerah tertentu. Semakin berkembangnya zaman, permainan tradisional sudah jarang dimainankan oleh anak-anak karena perkembangan gawai yang tidak bisa dihindari untuk kalangan anak-anak. Perkembangan tersebut yang mengakibatkan anak-anak kurang atau bahkan tidak tahu akan banyaknya permainan tradisional.
ADVERTISEMENT
Menurut Asdana dalam sebuah artikel bahwa dilihat dari perspektif teori perubahan sosial, kita dapat melihat bahwa proses modernisasi di semua kehidupan sosial berlangsung sangat cepat sehingga berkembang infrastruktur dan bangunan megah lainnya, pembersihan lahan secara besar-besaran ini adalah tempat di mana anak-anak dapat bermain, menjadi anak beralih ke permainan modern. Teknologi digital seperti PlayStation, smartphone dan Internet menjadi lebih mudah diakses bahkan untuk anak-anak yang belum seharusnya menggunakan. Kurangnya pengawasan publik dan orang tua juga menjadi salah satu faktor penyebab Game modern lebih mudah diakses. Dukungan orang tua memberikan smartphone untuk anaknya memudahkan anak-anak untuk mengakses (Asdana, 2020, 27).
“Sekarang lebih banyak tantangannya untuk dapat mengenalkan permainan tradisional pada anak. Selain teknologi, ruang untuk bermain anak di banyak tempat juga sudah semakin sempit,” ungkap Dewi Ana, salah seorang orang tua asal Jakarta Timur, yang datang membawa anaknya dalam Festival Permainan Tradisional Anak (FPTA) Indonesia, di Taman Mini Indonesia Indah, Senin (12/12). Kondisi kurangnya ruang dikatakannya semakin memperparah rasa ketertarikan anak terhadap berbagai bentuk teknologi. Nah, dari pernyataan tersebut bisa disimpulkan bahwa kurangnya lahan bermain anak juga menjadi salah satu faktor seorang anak tidak bisa bermain permainan tradisional. Selain itu, kecanggihan teknologi juga menjadi faktor meningkatnya ketidaktahuan anak terhadap permainan tradisional (Oktaviyani, 2016).
ADVERTISEMENT
"Orang tua tidak memberitahukan adanya permainan tradisional, seperti engklek dan lainnya," ujar Endi dalam talkshow Festival Bermain Anak di Aula Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabtu, 9 September 2017 (Tarigan, 2017).
Kecenderungan anak melihat gawai memberi dampak yang positif dan negatif. Dampak positifnya membuat anak tidak gaptek (gagap teknologi) dan mengikuti perkembangan teknologi dan masih banyak lagi namun, jika anak di bawah umur menggunakan gawai yang terlalu sering bisa memberikan dampak negatif, yakni bisa merusak mata pada anak. Efek sinar radiasi pada gawai memberikan dampak yang cukup besar jika penggunaan gawai terlalu sering dan terlalu dekat. Bahkan menurut Profesor Lennart Hardell, ahli onkologi dari Universitas Orebro Swedia, pun menambahkan bahwa seseorang yang mulai banyak menggunakan gawai saat remaja punya peluang sebesar 4-5 kali lebih besar mengidap kanker otak ketika dewasa (Fadly, 2020). Jika anak remaja saja mempunyai peluang yang cukup tinggi, apalagi terhadap anak-anak? Maka peluangnya juga semakin tinggi. Selain menyebabkan kanker otak juga bisa menyebabkan mata menjadi merah bahkan bisa menyebabkan kerusakan pada saraf mata. Efek tersebut sangat berdampak buruk bagi kesehatan anak. Dampak negatif tersebut sangat memberi pelajaran bagi orang dewasa atau orang tua terhadap pengawasan terhadap anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Peran orang tua bagi anak-anak yang kurang mengetahui permainan tradisional ini sangat penting. Selain sebagai ibu atau ayah, mereka juga bisa sebagai pendidik atau sebagai guru bagi anak-anaknya mengajarkan permainan yang tidak diketahui oleh anak, bahkan sangat perlu peran orang tua mengajarkan permainan tradisional agar permainan tersebut tidak punah seiring berkembangnya zaman. Sebenarnya memberi tahu akan banyaknya permainan tradisional juga lebih baik dari kecil agar ketika sudah dewasa mereka tidak terlalu awam dengan permainan tradisional. Untuk orang tua yang berkarier sebaiknya meluangkan waktu beberapa saat untuk anak-anaknya dan mengenalkan permainan-permainan tradisional yang tidak terlalu memakan tempat sehingga bisa dilakukan hanya di dalam rumah saja. Waktu untuk bermain tersebut juga sekaligus bisa untuk belajar anak, karena di dalam permainan tradisional banyak memberikan dampak positif.
ADVERTISEMENT
Seorang anak juga akan lebih mengetahui berbagai macam permainan tradisional apabila di dalam lingkungannya banyak anak-anak lain bermain mainan tradisional. Anak-anak akan justru akan cepat paham apabila lingkungannya ikut serta dalam pengenalan permainan tradisional, karena ketika lingkungan mengajarkan berbagai permainan maka anak akan lebih berusaha mengenal, memahami, dan menghafal permainan tersebut. Apabila lingkungan saja tidak mengenalkan dan orang tua malah memberikan akses anak untuk membuka smartphone atau gawai nah, bagaimana anak mengenal permainan tradisional? Jadi, selain peran orang tua, peran lingkungan sekitar juga sangat perlu untuk mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak. Permainan tradisional tidak boleh punah oleh zaman karena permainan tersebut termasuk warisan budaya lokal yang harus tetap dilestarikan dan memberikan banyak dampak positif bagi anak-anak, walaupun memang tidak bisa dipungkiri di zaman sekarang banyak game online yang mudah diakses. Mari lestarikan permainan tradisional di era maraknya game online di zaman milenial.
ADVERTISEMENT
Sumber Rujukan:
Asdana, M. F. (2020). Pergeseran Permainan Tradisional Di Kota Makassar. Phinisi Integration Review 3,1(2020):17-29. Website:http://ojs.unm.ac.id/pir
Fadly, Rizal. (2020). Radiasi Sinar Handphone Berdampak pada Otak Anak, Ini Faktanya. Diakses pada 5 Desember 2022 dari https://www.halodoc.com/artikel/radiasi-sinar-handphone-berdampak-pada-otak-anak-ini-faktanya
Gischa, Serafica. (2022). Permainan Tradisional: Pengertian, Manfaat, Jenis, dan Nilainya. Diakses pada 5 Desember 2022 dari ttps://www.kompas.com/skola/read/2022/08/03/190000769/permainan-tradisional--pengertian-manfaat-jenis-dan-nilainya
Octaviyani, Putri Rosmalia. (2016). Butuh Ruang dan Usaha Keras Utuk kembalikan minat anak bermain permainan tradisional. Diakses pada 30 November 2022 dari https://m.mediaindonesia.com/humaniora/82221/butuh-ruang-dan-usaha-keras-untuk-kembalikan-minat-anak-untuk-bermain-permainan-tradisional
Tarigan, Mitra. (2017). Salah Satu Faktor Punahnya Permainan Tradisional Adalah Orang Tua. Diakses pada 5 Desember 2022 dari https://gaya.tempo.co/read/907807/salah-satu-faktor-punahnya-permainan-tradisional-adalah-orang-tua