Konten dari Pengguna

Teknologi sebagai Wadah Kampanye 2024

31 Januari 2024 8:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Thalita Novalya Rizki Rahmandita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pexels/Cottonbro studio
zoom-in-whitePerbesar
Pexels/Cottonbro studio
ADVERTISEMENT
Kurang dari sebulan masyarakat Indonesia akan menentukan pilihan calon pemimpin Indonesia. Pemilihan umum menjadi hal yang krusial yang menjadi penentu keberlangsungan bangsa ini. Memilih pasangan calon pemimpin yang tepat menjadi pertimbangan yang harus dipikirkan dengan matang oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia dapat menentukan pilihan mereka melalui program kerja yang ditawarkan oleh para calon, sehingga pemimpin di masa mendatang dapat menjadi jembatan aspirasi rakyat. Ramainya huru-hara pemilu tak luput dari penggunaan teknologi yang semakin masif untuk mendukung para calon. Media sosial menjadi sarana yang tepat bagi masyarakat untuk saling menunjukan dukungan pada pemilihan umum di tingkat daerah hingga nasional.
ADVERTISEMENT

Sejarah kampanye di Indonesia

Sebelum maraknya penggunaan teknologi dalam kampanye, ternyata kampanye di Indonesia memiliki sejarah yang cukup menarik untuk dijelajahi. Pemilu di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1955, tepatnya pada pemilihan untuk anggota parlemen. Pada masa ini metode kampanye yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah, melakukan rapat umum dan pertemuan, menyelenggarakan pawai dan karnaval, membuat peragaan lambang dan tanda partai, dan menggalang kegiatan sosial. Bergeser kemudian ke masa orde baru, pemilu mulai dilaksanakan kembali pada 1971. Teknik berkampanye pada era ini mengalami variasi yang tergolong menarik dan unik. Partai-partai di masa orde baru mulai mengundang para penyanyi, pelawak, dan bintang film untuk memeriahkan acara mereka dan menarik minat masyarakat. Teknik yang dilakukan lainnya diantaranya seperti konvoi untuk menyampaikan janji program dan pemasangan banner, poster, dan spanduk di sepanjang jalanan. Dan pada era revolusi hingga saat ini, pemilu dilaksanakan sudah terintegrasi dengan kemajuan teknologi, hal tersebut dapat ditunjukan dengan mulai memanfaatkan media televisi, radio, dan iklan digital yang dapat dijangkau bagi masyarakat luas.
ADVERTISEMENT

Media sosial mendominasi kampanye digital

Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi dalam berbagai bidang mampu menggerakan sektor politik secara signifikan, terutama pada masa memanasnya politik kali ini. Perkembangan teknologi telah mampu menggeser teknik berkampanye secara konvensional menjadi digital, melalui kampanye digital maka memudahkan untuk menjangkau kalangan dari berbagai latar belakang dan usia. Media sosial menjadi wadah yang tepat bagi calon pemimpin untuk menyuarakan pilihannya dan mengajak masyarakat lain untuk ikut serta mendukung mereka. Di tahun 2024 ini, kerap ditemui di media sosial poster-poster calon yang menggunakan teknologi terkini seperti AI, yang berfungsi untuk menarik perhatian para pendukung. Selain itu, penggunaan live TikTok menjadi terobosan terbaru dalam menjangkau masyarakat dan dapat digunakan sebagai forum diskusi online. Bertambahnya variasi bentuk kampanye yang dilakukan oleh calon pemimpin tak terlepas dari perkembangan teknologi. Penggunaan teknologi sebagai wadah kampanye membuktikan bahwa teknologi memiliki kontribusi yang berdampak bagi kemajuan politik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ternyata berkampanye secara digital tidak hanya dilakukan oleh para calon pemimpin, namun hal ini juga dilakukan oleh para pendukung. Para pendukung kerap kali menunjukkan dukungannya dengan cara yang unik dan kreatif dalam memaksimalkan penggunaan media sosial. Kreativitas dukungan itu dapat dijumpai seperti melalui platform X dan TikTok, banyak dari pendukung membuatkan Fan Art atau gambar ilustrasi muka calon, selain itu juga melalui pembuatan website yang dapat memuat aktivitas dan program kerja dalam bentuk yang menarik, dan juga melalui desain editan foto maupun video para calon yang terkadang mengundang komedi bagi para pendukung.
Tinggal menghitung hari mendekati pemilihan umum, iklim politik di Indonesia kian memanas. Adu argumen melalui media sosial saat ini telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Dengan demikian, penggunaan teknologi yang bijak mampu meredakan kondisi politik saat ini. Masyarakat yang menggunakan media sosial sebagai wadah berargumen dan kampanye wajib mengetahui etika yang benar dan tidak melanggar hak individu lain. Selain itu, masyarakat harus lebih selektif dan pintar dalam menyaring segala informasi yang beredar di tengah pemilu ini. Kecepatan arus informasi di tengah perkembangan teknologi ini dapat menjadi sarana provokasi dapat mendorong terjadinya perpecahan, maka dari itu agar terhindar dari disinformasi masyarakat harus memastikan kredibilitas sebuah informasi. Mendukung siapapun calon pemimpin menjadi hak masing-masing individu, namun tidak boleh melupakan etika dan norma kesopanan dalam menggunakan media sosial.
ADVERTISEMENT