Konten dari Pengguna

Kasih Sayang Keluarga tentang Rasa dan Kebersamaan

Thalyta Ridha Amadea
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta, Prodi Penerbitan (Jurnalistik)
10 Juni 2024 12:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Thalyta Ridha Amadea tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto keluarga saat lebaran, Pict by author
zoom-in-whitePerbesar
Foto keluarga saat lebaran, Pict by author
ADVERTISEMENT
Di dunia yang mengutamakan kecepatan ini, seringkali manusia terlena dalam kesibukan sehari-hari. Kesibukan demi kesibukan yang membuat pikiran dan tubuh mengeluh untuk istirahat membuat manusia lupa bahwa ada sebuah bahtera tenang yang selalu menantinya dengan penuh kasih sayang. Bahtera tersebut dinamakan keluarga. Menurut Friedman, keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempetahankan suatu budaya. Artinya keluarga adalah tempat di mana rasa kasih, cinta, dan kebersamaan mengalir tanpa henti.
ADVERTISEMENT
Di dalam keluarga, ada satu sosok yang perannya cukup penting, yaitu Ibu. Ibu menjadi sosok yang cukup penting di keluarga karena beban kerjanya yang cukup berat. Baik ibu bekerja maupun ibu rumah tangga, kerap mendapat beban ganda. Menyelesaikan pekerjaan rumah, mendengarkan cerita anak, hingga mengurusi suami menjadi pekerjaan reguler seorang ibu.
Sejak kecil, saya tumbuh dalam keluarga yang hangat dan penuh cinta. Ayah dan Ibu selalu menjadi contoh teladan dalam hal pengorbanan dan kasih sayang. Mereka mengajarkan saya dan kakak-kakak betapa pentingnya saling mendukung dan menghargai satu sama lain. Meski tidak selalu diungkapkan dengan kata-kata manis, tindakan sederhana mereka selalu sarat dengan makna mendalam.
Salah satu hal yang saya suka dari Ibu adalah masakan yang dibuatnya. Masakan yang disajikan Ibu bukan sekadar hidangan di meja makan, melainkan simbol cinta dan perhatian yang tulus. Saya bukanlah orang yang bisa makan dengan menggunakan sambal. Namun, ibu bisa membuat sambal yang bisa ditoleransi perut dan rasanya enak. Bahkan, saking enaknya, sambal tersebut dijual Ibu ke masyarakat luar dan satu-satunya sambal yang bisa saya makan adalah sambal rumahan buatan Ibu. Dari sini, saya belajar bahwa cinta tidak selalu harus diungkapkan dengan kata-kata; tindakan sederhana pun bisa menjadi wujud kasih sayang yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Ada juga kenangan saat liburan keluarga. Keluarga ini bukanlah keluarga yang bisa menyempatkan waktu setiap saat untuk pergi liburan. Tiap anggota keluarga memiliki kesibukannya masing-masing, sehingga tidak bisa pergi liburan tiap saat. Namun, saat liburan itu terjadi, keluarga ini merasakan betapa berharganya waktu bersama. Setiap tawa, cerita, dan bahkan perdebatan kecil pun menjadi bagian dari ikatan yang mempererat hubungan masing-masing anggota keluarga.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari bahwa keluarga bukan hanya tentang ikatan darah, tetapi juga tentang ikatan batin yang kuat. Ada kalanya kami menghadapi perbedaan pendapat atau konflik kecil, namun pada akhirnya, rasa saling pengertian dan kasih sayang selalu menyatukan kami kembali. Dari sini, saya belajar tentang pentingnya toleransi dan saling menghargai, karena pada akhirnya, keluarga adalah tempat di mana kita bisa menjadi diri sendiri tanpa perlu takut dihakimi.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang selalu saya kagumi dari keluarga saya adalah kekuatan mereka dalam menghadapi cobaan. Saya masih ingat ketika Ayah kehilangan pekerjaannya beberapa tahun lalu. Situasi itu cukup sulit dan membuat kami semua cemas. Namun, Ayah dan Ibu tidak pernah menunjukkan rasa putus asa di depan kami. Mereka selalu berusaha tetap kuat dan positif, memberikan kami keyakinan bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja. Dari mereka, saya belajar tentang arti ketangguhan dan pentingnya saling mendukung dalam keluarga.
Ketika akhirnya saya tumbuh dewasa dan jarang di rumah untuk mengejar pendidikan, saya semakin merasakan betapa berharganya setiap momen yang pernah saya lalui bersama keluarga. Bahkan, beberapa anggota keluarga sudah pergi merantau meninggalkan rumah untuk mengejar karirnya maisng-masing. Jarak yang memisahkan kami membuat saya semakin menghargai arti kebersamaan dan rasa yang ada di dalamnya. Setiap kali saya pulang ke rumah, rasanya seperti menemukan kembali bagian diri saya yang hilang. Keluarga selalu menjadi tempat di mana saya merasa diterima, dicintai, dan dihargai apa adanya.
ADVERTISEMENT
Kini, saya berusaha untuk menerapkan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Saya belajar untuk selalu menghargai orang-orang di sekitar saya, memberikan cinta dan perhatian tanpa mengharapkan balasan. Dalam setiap tindakan sederhana, saya mencoba untuk meneladani kasih sayang dan ketulusan yang telah diajarkan oleh Ayah dan Ibu.
Oleh karena itu, keluarga adalah anugerah yang tak ternilai. Mereka adalah orang-orang yang akan selalu mendukung kita, apa pun yang terjadi. Meski terkadang kita terlena dalam kesibukan dan lupa untuk mengungkapkan rasa terima kasih, namun di hati kita tahu bahwa keluarga selalu ada untuk kita. Dalam setiap senyum, tawa, dan bahkan air mata, mereka adalah bagian dari diri kita yang tak terpisahkan.
ADVERTISEMENT