Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kehidupan Yang Pahit di Bumi Palestina dalam Film The Present
20 November 2023 8:42 WIB
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Film The Present diproduksi oleh Philistine Films pada tahun 2020 dan disutradarai oleh Farah Nabulsi. Film yang masih tayang di platform Netflix ini diperankan secara epik dan apik oleh Saleh Bakri sebagai Yusef, Maryam Kanj sebagai Yasmine, Mariam Basha sebagai Noor.

Film ini juga ditayangkan dalam Festival Film Pendek Internasional Clermont-Ferrand, dinominasikan untuk Academy Award kategori Film Pendek dan mendapatkan penghargaan BAFTA untuk Film Pendek Terbaik. Film ini juga mendapatkan penghargaan di Cleveland International Film Festival, Brooklyn Film Festival, dan Palm Springs International Festival of Short Films.
ADVERTISEMENT
Film ini menceritakan tentang keluarga kecil dari Yusef yang memiliki putri bernama Yasmine dan istri bernama Noor. Mereka tinggal di Tepi Barat Palestina. Wilayah Tepi Barat ini masih diduduki dan dijajah oleh Israel. Tentara Israel memeriksa setiap penduduk Tepi Barat Palestina yang akan melintasi jalan-jalan umum dan memperlakukan rakyat Palestina seperti bangsa jajahan dan penuh dengan rasisme.
Yusef bersama putrinya, Yasmine, hendak membeli kulkas di Beitunia, sebuah daerah yang diduduki Israel, sebagai hadiah ulang tahun pernikahan untuk istrinya, Noor. Tetapi, keduanya harus menghadapi kenyataan pahit bahwa mereka harus melewati checkpoint tentara Israel yang memeriksa mereka dengan tatapan penuh kecurigaan dan memperlakukan mereka seperti binatang dan penjahat.
Menurut Madison Ford yang menulis di UK Film Review, film ini adalah karya seni yang membuka mata dan memikat sejak awal tentang rezim apartheid Israel. Akhirnya, film The Present membawa sang sutradara, Nabulsi, ke puncak keberhasilan baru dan menjadikannya sebagai sutradara Palestina perempuan pertama yang bersaing dalam kategori film pendek di ajang penghargaan Oscar.
ADVERTISEMENT
Yang menarik, ternyata Nabulsi tidak memiliki latar belakang dunia film dan bahkan dulu bekerja sebagai pialang saham di Kota London. Jadi, Nabulsi baru saja menemukan bakat baru sebagai sutradara film dan menceritakan kepada publik tentang negara leluhurnya.
Nabulsi sudah beberapa kali mengunjungi Palestina saat masih anak-anak, tetapi baru pada perjalanan pertamanya kembali sebagai dewasa pada tahun 2013. Kini Nabulsi menyadari perjuangan setiap hari rakyat Palestina di bawah tatapan mata yang rasis dan penuh kebencian dari tentara penjajah Israel.
Di Palestina, Nabulsi melihat langsung checkpoint tentara Israel, kamp pengungsi, atau reruntuhan rumah yang hancur. Pengalaman ini yang mendorongnya menjadi sutradara film.
Nabulsi ingin menyuarakan kritiknya terhadap rezim apartehid zionis Israel dan cintanya kepada rakyat Palestina melalui film. Nabulsi ingin menceritakan cerita-cerita penting kemanusiaan yang tertindas kepada seluruh dunia. Nabulsi ingin memberi suara kepada mereka yang dibungkam oleh rezim apartheid zionis Israel.
Pengalaman Nabulsi di checkpoint tentara Israel kemudian menginspirasi cerita film pendeknya "The Present." Ia juga melihat kerasnya kehidupan rakyat Palestina di daerah yang diduduki Israel. Hak Asasi Manusia rakyat Palestina benar-benar telah dirampas oleh rezim apartheid zionis Israel.
ADVERTISEMENT
Alhasil, film ini menarik disaksikan untuk melihat kenyataan pahit terhadap penjajahan yang terjadi di bumi Palestina. Tidak ada alasan apa pun yang dapat digunakan oleh Israel untuk melanjutkan penjajahan mereka di tanah yang dirampoknya dari penduduk asli Palestina. Free Palestine !