news-card-video
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Tabu, Patriarki, dan Perjuangan Perempuan dalam Film 'Period. End of Sentence'

Muhammad Thaufan Arifuddin
Pengamat Media dan Politik. Penggiat Kajian Filsafat, Mistisisme Timur dan Cultural Studies. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
21 Oktober 2023 16:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Periode siklus menstruasi. Foto: WindNight/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Periode siklus menstruasi. Foto: WindNight/shutterstock
ADVERTISEMENT
Menstruasi bagi kalangan perempuan masih menjadi tabu di wilayah Hapur, 60 Km dari Kota New Delhi, India. Tabu ini berkelindan dengan dominasi patriarki dan potret kemiskinan di wilayah rural India sehingga membuat perempuan semakin kehilangan jati diri dan kepercayaan diri.
ADVERTISEMENT
Mereka takut ketika masa menstruasi tiba dan merasa seolah tak berdaya dan tersisihkan. Remaja perempuan di India tak membicarakan menstruasinya dengan ibunya, istri tidak menyampaikan ke suami dan bahkan mereka tabu membicarakannya sesama teman. Menstruasi seolah kutukan.
Dilema ini yang dihadirkan dalam film dokumenter pendek berjudul Period. End Sentence. Film ini rilis tahun 2018, disutradarai oleh Rayka Zehtabchi dan meraih Academy Award. Namun, film ini tak hanya menghadirkan dilema bagi perempuan, tetapi juga memperlihatkan kekuatan perempuan India untuk menyelesaikan masalahnya. Perempuan sesungguhnya kuat dan mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Film ini memperlihatkan bagaimana perempuan India secara apik dan epik melawan tabu ketika menstruasi dari tak mengenal pembalut perempuan, dan juga tanpa kemampuan ekonomi untuk membeli pembalut hingga mengenal, dan bahkan mampu memproduksi pembalut mereka sendiri. Film ini adalah kisah "from zero to hero" perempuan-perempuan di wilayah pinggiran India.
ADVERTISEMENT
Seorang anggota masyarakat setempat bernama Arunachalam Muruganantham mencoba membuat mesin sederhana pembuat pembalut perempuan di Hapur. Ia mengambil inisiatif untuk melawan tabu menstruasi bagi perempuan lokal dan bahkan mengajak perempuan-perempuan lokal untuk terlibat dalam memproduksi pembalut dengan mesin sederhana itu.
Setelah belajar secara serius kepada Arunachalam Muruganantham, akhirnya perempuan-perempuan lokal di Hapur mampu membuat pembalut sendiri dan bahkan memproduksi pembalut dalam jumlah yang banyak untuk dijual secara bebas dan sekaligus mempopulerkan pemakaian pembalut di kalangan perempuan lokal.
Mereka menamakan produk pembalut itu dengan nama "Fly" dengan maksud dan harapan agar perempuan bisa terbang dan mandiri. Setelah sukses memproduksi produk pembalut "Fly" mereka pun berkeliling di desa-desa sekitar Hapur untuk demo produk dan menjualnya. Dan mereka benar-benar berhasil menjual produk pembalut mereka kepada perempuan-perempuan lokal.
ADVERTISEMENT
Singkat kata, perempuan-perempuan lokal yang terlibat dengan produksi pembalut ini pun akhirnya bukan hanya memiliki pekerjaan, tetapi juga penghasilan. Bahkan, mereka pun kini tak lagi terkendala dengan menstruasi yang dianggap sebagai momen yang tabu dan kurang normal di Hapur.
Alhasil, film dokumenter ini memperlihatkan perjuangan perempuan-perempuan lokal di wilayah Hapur sekitar 60 km dari kota New Delhi. Perempuan-perempuan lokal ini berhasil melawan tabu dan memproduksi pembalut mereka sendiri. Film dokumenter ini memotret perempuan "from zero to hero" sehingga pantas mendapatkan Academy Award.