Konten dari Pengguna

Tetralogi Laskar Pelangi dan Kritik Budaya Pop

Muhammad Thaufan Arifuddin
Pengamat Media dan Politik. Penggiat Kajian Filsafat, Mistisisme Timur dan Cultural Studies. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
17 September 2023 9:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Andrea Hirata adalah seorang penulis kreatif yang telah menghasilkan tetralogi terkenal, yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Karya-karya ini telah menjadi buku terlaris di Indonesia dan diterima dengan baik oleh berbagai kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Mereka menginspirasi pembaca dari berbagai lapisan, mulai dari yang berasal dari keluarga kurang beruntung yang mencari inspirasi untuk mengubah hidup mereka melalui pendidikan, hingga kalangan menengah yang hanya ingin menikmati novel sambil menyeruput kopi atau cokelat panas di kafe-kafe.
Remaja Indonesia hari ini yang cenderung menyukai budaya pop. Foto: https://www.pexels.com/
zoom-in-whitePerbesar
Remaja Indonesia hari ini yang cenderung menyukai budaya pop. Foto: https://www.pexels.com/
Tentu saja, penting bagi para kritikus sastra dan budaya pop di Indonesia untuk mengevaluasi kualitas sastra dan dampak budaya pop dari novel-novel Andrea Hirata agar bisa terus meningkatkan kualitas karya sastra dan produk budaya pop di masa mendatang.
Andrea Hirata memang terlihat sebagai salah satu penulis yang mendapatkan manfaat dari industri penerbitan di Indonesia, terutama dengan berkembangnya kelas menengah terdidik yang semakin haus akan bahan bacaan dan produk budaya pop.
ADVERTISEMENT
Meskipun genre sastra yang digunakan oleh Hirata mungkin terlihat sederhana, terutama jika dilihat dari tetraloginya, Laskar Pelangi yang menjadi sangat populer mengangkat isu-isu subaltern, masyarakat terpinggirkan, dan permasalahan pendidikan di Indonesia. Namun, sebagian sekuelnya mungkin tidak seberhasil itu.
Novel adalah produk budaya pop yang digemari remaja Indonesia hari ini. Foto: https://www.pexels.com/
Namun, di sisi lain, Andrea Hirata juga bisa dianggap sebagai salah satu penulis yang berjuang keras di Indonesia pasca-reformasi. Ada beberapa alasan mengapa hal ini bisa dikatakan. Pertama, Hirata mampu memenangkan pasar yang seringkali sulit diakses oleh penulis dan seniman lainnya. Ada banyak penulis dan seniman yang berharap karyanya akan diterima dengan baik oleh pasar, tetapi sayangnya karya-karya tersebut seringkali tidak mendapatkan perhatian yang layak.
Novel-novel di toko buku. Pasar adalah penentu nasib penulis. Foto: https://www.pexels.com/
Ini adalah realitas bahwa meskipun penulis bisa mengajukan karyanya, akhirnya pasar yang menentukan apakah karya tersebut akan sukses atau tidak. Kadang-kadang, bahkan dengan makna yang dalam dan jaringan sosial yang kuat, hal tersebut masih tidak cukup.
ADVERTISEMENT
Kedua, Hirata adalah seorang penulis yang misterius bagi banyak orang, terutama di kalangan penulis konservatif. Dia datang dengan gaya yang berbeda dan memiliki keunikan dalam karyanya. Kehadirannya yang tiba-tiba dan pemahamannya tentang genre sastra membuatnya menjadi sosok yang menarik.
Membaca novel adalah kegemaran remaja hari ini sambil bersantai. Foto: https://www.pexels.com/
Ketiga, dari segi sastra, kreativitas Hirata tidak seburuk yang mungkin dibayangkan. Meskipun tidak mencapai standar sastra tertentu, karya-karyanya memiliki nilai dalam yang berbeda.
Pengalaman intelektualnya di luar negeri juga memberikan pengaruh pada kualitas sastra budaya pop Andrea Hirata. Meskipun pernah ada kontroversi terkait dugaan plagiarisme dalam Laskar Pelangi, karya-karya Hirata tetap memikat banyak pembaca, terutama karena cerita-ceritanya yang menginspirasi.
Dalam hal perbandingan dengan Pramoedya Ananta Toer, meskipun keduanya memiliki tetralogi, tetralogi Buru Pram memiliki kedalaman makna yang lebih dalam dan pengaruh yang signifikan. Pram adalah salah satu penulis terkemuka di Indonesia yang karyanya diakui oleh banyak negara, tanpa perlu campur tangan pasar yang berlebihan dalam promosi dan iklan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perjuangan Pram sebagai tahanan politik yang kemudian mendirikan penerbitan sendiri bersama teman-temannya memberikan nilai tambah pada karya-karyanya.
Novel bisa dibaca di mana saja termasuk di kursi taman. Foto: https://www.pexels.com/
Keempat, Andrea Hirata berhasil menciptakan produk budaya populer yang sangat diminati oleh anak-anak muda di Indonesia. Tetralogi Laskar Pelangi telah memberikan warna baru pada budaya populer Indonesia dan menginspirasi generasi muda untuk mengejar impian mereka demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Alhasil, meskipun Hirata berhasil dalam memenangkan pasar dan menciptakan karya-karya yang populer, penting bagi kritikus sastra dan budaya pop untuk terus mengevaluasi dan menganalisis dampak karyanya dalam konteks sastra dan budaya Indonesia. Ini akan membantu meningkatkan kualitas karya sastra dan produk budaya pop di masa mendatang.