Menelisik Keindahan Damaskus dan Masjid Agung Umawi

A Noviansyah
Father of 4, Foreign Service Officer, Traveller, Classic Enthusiast, Member of Sesdilu 75
Konten dari Pengguna
23 September 2023 18:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A Noviansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Damascus, the 'Pearl of the East,' the pride of Syria, the fabled garden of Eden, the home of princes and genii of the Arabian Nights, the oldest metropolis on Earth, the one city in all the world that has kept its name and held its place and looked serenely on while the Kingdoms and Empires of four thousand years have risen to life, enjoyed their little season of pride and pomp, and then vanished and been forgotten”
ADVERTISEMENT
Kutipan di atas merupakan sepenggal tulisan dari buku the Innocents Abroad (1869) karya penulis terkenal Mark Twain tentang kesannya saat berkunjung ke kota Damaskus. Tak mau kalah dengan Mark Twain, kali ini saya juga akan membagikan sedikit catatan pengalaman saya saat mengunjungi Damaskus, ibu kota Republik Arab Suriah.
Tahukah anda berdasarkan sejumlah catatan sejarah, Damaskus dikatakan sebagai kota tertua di bumi yang terus menerus dihuni oleh peradaban manusia (one of among the oldest continuously inhabited cities in the world)? Damaskus memiliki landscape yang unik berupa perbukitan dan lembah yang indah serta aliran sungai Barada serta mata air Ain al-Fijeh yang sampai saat ini menjadi sumber air bagi penghuni Damaskus dan sekitarnya. Kata Damascus sendiri dalam bahasa Suriah kuno berarti “tanah yang dialiri air dengan baik”. Bangsa Arab menyebut daerah ini sebuah wilayah yang indah dan diberkati karena sumber air yang jernih dan murni serta hasil pertanian yang berlimpah.
Foto: danau Zabadani, pinggiran kota Damaskus (foto koleksi pribadi)
Damaskus menyimpan banyak warisan peninggalan sejarah dari sejumlah peradaban yang pernah menghuninya, diantaranya peradaban Yunani Kuno (Hellenistic), Romawi, Byzantium, dan Islam. Situs World Heritage Convention UNESCO menyatakan sebuah ekskavasi yang dilakukan di Tell Ramad (pinggiraan kota Damaskus) menunjukkan bukti arkeologi bahwa wilayah itu telah dihuni manusia sejak tahun 8000-10.000 sebelum masehi. UNESCO mencatat setidaknya terdapat 125 monumen dari berbagai periode sejarah di wilayah Damaskus. Bahkan terdapat sebuah situs di gunung Qosiun Damaskus yang dipercaya sebagai tempat terjadinya tragedi pertama umat manusia, yaitu peristiwa pertikaian antara Habil dan Qabil (Abel and Cain) putra nabi Adam AS.
Foto: salah satu sudut di Kota Tua Damaskus (foto koleksi Saifanur)
Foto: suasana malam Natal di kawasan Kota Tua Damaskus (foto koleksi pribadi)
Salah satu bangunan peninggalan bersejarah masih berdiri dengan megah dan menjadi ikon Suriah adalah Masjid Jami Umawi. Masjid ini telah menjadi saksi bisu bangkit dan jatuhnya sejumlah peradaban besar pada masa lalu. Bangunan bersejarah ini telah beberapa kali beralih fungsi sampai akhirnya menjadi sebuah masjid yang dianggap sebagai masjid suci ke-empat setelah Masjidil Haram dan Masjidil Nabawi di Arab Saudi serta Masjidil Aqsa di Palestina.
ADVERTISEMENT
Bangunan masjid Umawi terletak di tengah jantung Kota Tua Damaskus. Dahulu pada masa Romawi, bangunan ini merupakan kuil penyembahan bagi dewa Jupiter, lalu pada masa pemerintahan Byzantium dibawah emperor Theodosius I (379-395) kuil diubah menjadi Basilika Saint John the Baptist atau Santo Yohannes Pembaptis, bagi umat muslim lebih mengenalnya dengan nabi Yahya AS. Setelah penaklukan Damaskus oleh bangsa Arab dari dinasti Umayyah pada tahun 634M, khalifah ke-enam dinasti Umayyah yang berkuasa saat itu, Al-Walid bin Abdul Malik memerintahkan untuk melakukan pembangunan Masjid Umawi di lokasi katedral Byzantium tersebut antara tahun 705-715M. Berdasarkan kesepakatan katedral direlokasi di sisi lain Kota Tua Damaskus.
Foto: tampak depan/ sisi luar dinding Masjid Umawi (foto koleksi pribadi)
Foto: tampak luar gerbang utama masjid (foto koleksi Saifanur)
Arsitektur masjid Umawi memiliki keunikan yang sarat akan nilai budaya, filasafat dan kekayaan sejarah yang mempengaruhinya. Pada tahun 1979 UNESCO menetapkan Masjid Umawi sebagai salah satu situs warisan budaya dunia.
Foto: Masjid Umawi dari halam dalam (foto koleksi Saifanur)
Foto: Dome of Treasury, dibangun tahun 789–90M (foto koleksi Saifanur)
Dengan luas sekitar 4000 meter persegi, arsitektur masjid banyak dipenuhi oleh balutan hiasan mozaik yang cantik dan marmer pada lantai, dinding dan sejumlah pilarnya. Konon pembangunan mengerahkan ribuan pekerja yang berasal dari Byzantium, Arab, Persia, dan India serta menghabiskan anggaran mencapai 600.000-1.000.000 dinar emas.
Foto: interior Masjid Umawi (foto koleksi Saifanur)
Pada kompleks masjid tersebut terdapat tiga buah menara yang dibangun dalam periode sejarah yang berbeda. Di sudut barat daya terletak menara al-Gharbiya. Di sisi utara terletak menara al-Arus atau menara pengantin karena menara dihiasi oleh berbagai ornamen layaknya pengantin. Di sudut tenggara terdapat menara al-Isa atau menara Yesus, tradisi muslim meyakini bahwa Isa AS akan turun di menara ini sebelum hari akhir.
Foto: Menara al-Arus (foto koleksi Saifanur)
Masjid ini juga memiliki empat mihrab yaitu mihrab Sahabat (mihrab utama), mihrab Hambali, mihrab al-Khatib dan mihrab al-Qibthi. Keunikan lainnya yang dapat dijumpai adalah pada setiap panggilan sholat (adzan). Secara turun temurun adzan di masjid ini dilakukan secara kolektif oleh delapan orang muadzin (pelafal adzan) sekaligus.
Foto: Baab Jayroun/ Gerbang Timur (foto koleksi pribadi)
Di dalam bangunan utama masjid terdapat makam yang diyakini sebagai makam Santo Yohanes atau Nabi Yahya AS serta sebuah sumur yang dahulu dipercaya sebagai tempat pembaptisan pada masa itu. Sementara itu, di dekat gerbang timur (Bab Jayrun) terdapat shrine al-Hussain yang dipercaya sebagai tempat kepala dari Hussain bin Ali (cucu nama nabi Muhammad SAW) dimakamkan setelah pertempuran di Karbala, Iraq.
ADVERTISEMENT
Masjid Umawi menjadi simbol toleransi beragama di Suriah dimana para peziarah dari umat muslim Sunni dan Shiah serta umat Kristiani dapat mengunjungi tempat suci tersebut dengan aman dan nyaman, bahkan Paus Yohannes Paulus II pun pernah mengunjunginya pada 6 Mei 2001. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama seorang Paus Katolik Roma ke sebuah masjid.
Foto: shrine St. John the Baptist/ makan Nabi Yahya AS
Tertarik untuk melihat langsung keindahan kota Damaskus? Bagi pecinta sejarah dan budaya, Damaskus dipastikan dapat memberikan pengalaman yang luar biasa berharga!