Konten dari Pengguna

TOP 20 MOVIES OF 2018

The Shonet
The Shonet adalah platform lifestyle untuk perempuan dan millenials di Indonesia. Yuk kenal lebih dekat di theshonet.com
2 Januari 2019 1:23 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari The Shonet tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
TOP 20 MOVIES OF 2018
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Saya percaya, preferensi film seseorang senantiasa mengalami perubahan (besar atau kecil) seiring fase hidup yang tengah dialami. Itu sebabnya, daftar film terbaik/favorit selama setahun—asal dibuat dengan jujur—dapat menjadi celah untuk mengintip isi hati, pikiran, juga proses yang tengah dialami pembuatnya, setidaknya selama setahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Bagi saya 2018 adalah tahun yang berat karena beberapa alasan, mulai keharusan beradaptasi di ibukota, urusan pekerjaan, hingga masalah personal termasuk saat Jennie 'Blackpink' jadian dengan Kai 'EXO'. Selama itu pula, film tetap setia menemani, meski karena kesibukan, jumlah judul yang saya tonton pun tak terlalu banyak, yakni 281 film (belum termasuk film-film lawas).
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, daftar kali ini takkan menyertakan film-film yang tidak/belum tayang di bioskop, festival, atau layanan streaming legal di Indonesia, demi mempermudah proses memilah, mana saja yang termasuk “Film 2018”. Dampaknya, beberapa film berkualitas wahid pun tidak akan anda temui di sini.
Bicara soal film yang tidak/belum tayang di Indonesia, judul yang paling berkesan sepanjang tahun lalu adalah dokumenter Three Identical Strangers, diikuti Burning; First Reformed; Love, Simon; Support the Girls; Whitney; The House that Jack Built; Leave No Trace; The Sisters Brothers; dan Isle of Dogs. Apabila ada di antara judul-judul di atas yang ditayangkan di bioskop atau festival tahun depan, maka saya akan menyertakannya di daftar tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Daftar tahun ini kembali diisi 20 judul. Tentu saja akan terdapat perbedaan antara daftar buatan saya dengan orang lain (termasuk anda). Sebelum ada yang “panas” karena film favoritnya tidak disertakan, saya ingatkan, bahwa daftar film terbaik/favorit, apalagi buatan personal, tidaklah absolut. Tujuannya bukan perlombaan, melainkan merayakan keberagaman sinema beserta cara memandangnya. Silahkan buka daftar film-film terbaik 2018 versi para kritikus yang dihimpun Metacritic ini sebagai contoh. Andai cuma diisi film “itu-itu saja”, saya takkan mendapat varian rekomendasi untuk ditonton.
So, here we go. Movfreak's “Top 20 Movies of 2018”. Happy new year, have a great new journey!
Karena begitu cerdiknya Alex Garland selaku sutradara sekaligus penulis naskah dalam merumuskan kisah seputar tendensi self-destruction milik manusia, lalu menerapkannya pada elemen fiksi-ilmiah yang dikemas menghipnotis.
ADVERTISEMENT
Karena saya akan dengan senang hati memutar kembali film ini tatkala tengah membutuhkan hiburan ringan di waktu senggang, setidaknya hanya demi menyaksikan Rachel McAdams bertingkah bodoh.
Karena tidak ada thriller rilisan tahun 2018 lain yang sanggup menyulut kecemasan sebesar film yang hanya berlokasi di sebuah kamar dan menjadikan balita sebagai satu-satunya karakter ini.
Karena ketika Incredibles 2—meski bagus—berada di bawah pendahulunya, Ralph Breaks the Internet mencuat sebagai animasi “paling Pixar” sepanjang 2018, lewat pemaksimalan konsep kreatif dan permainan emosi.
Karena lama saya merindukan sineas Korea Selatan menampilkan lagi kebolehannya menciptakan romansa mengharu biru, dan On Your Wedding Day mengobati kerinduan itu dalam paparannya tentang kenangan dan proses merelakan.
ADVERTISEMENT
Karena debut penyutradaraan Ari Aster ini adalah horor langka yang bisa memancing ketakutan nyata lewat permainan atmosfer serta gambar bak mimpi buruk.
Karena film ini mencerminkan hal-hal yang membuat saya mencintai musikal: kemeriahan, kegembiraan, sampai pergolakan emosi melalui nyanyian, lengkap dengan performa Lily James yang mencuri hati.
Karena di tengah gempuran film-film pahlawan super, Spider-Man: Into the Spider-Verse membuktikan betapa masih ada ruang bereksperimen guna menghasilkan sajian segar.
Karena Creed II mampu menemukan jalan tengah untuk menyatukan seri Creed dengan Rocky, di mana drama keluarga dan elemen “film tinju” berpadu sempurna.
ADVERTISEMENT
Karena tidak ada film yang menyulut tawa sehebat One Cut of the Dead sepanjang 2018, pun hanya ini film yang cukup bernyali mengorbankan 40 menit pertama demi mengeksekusi ide jenius di sisa durasi.
Karena di luar beberapa kekurangannya, Color Me True adalah tearjerker klasik yang menggambarkan “cinta sejati”, khususnya dalam setengah jam penutup yang begitu mengoyak perasaan.
Karena selain momen-momen epic yang bertebaran serta pilihan konklusi berani, inilah film pahlawan super pertama yang sukses menerjemahkan pengalaman membaca crossover event khas komik.
Karena Alfonso Cuaron terbukti memiliki sensitivitas puitis tingkat tinggi, di mana adegan menyiram kotoran anjing pun tampak indah, sementara memarkir mobil terasa menegangkan sekaligus menjadi observasi tentang relasi internal keluarga.
ADVERTISEMENT
Karena Hirokazu Kore-eda kembali memaparkan keunikan perspektifnya tentang “keluarga ideal” dalam sajian penuh sentuhan khasnya, ketika emosi tetap kuat tersampaikan tanpa banyak dramatisasi.
Karena selain menyuguhkan romansa tragis pengoyak hati, Bradley Cooper pun jeli menyatukan elemen-elemen terbaik dari berbagai versi A Star is Born sebelumnya, sekaligus menambal lubang-lubang yang ada.
Karena inilah definisi “film lengkap”, ketika ketegangan dan rasa haru berhasil disatukan, sementara misteri beserta petunjuk guna menjawabnya disebar dengan amat jeli sepanjang durasi.
Karena Pad Man merupakan puncak pencapaian sinema India arus utama yang identik dengan sentilan sosial namun tetap menghibur, dan film yang berusaha meruntuhkan kekolotan dan menegakkan hak perempuan jelas perlu diunggulkan.
ADVERTISEMENT
Karena setelah tiga kali menontonnya, ketimbang berkurang, air mata yang mengalir justru semakin deras, dari permainan mahjong yang memiliki dialektika superior, keindahan momen pernikahan, dan lain sebagainya.
Karena film ini merupakan contoh ketika sineas dengan visi estetika mumpuni memilih berkarya dengan hati, sehingga hampir tiap frame nampak bagai lukisan yang diwarnai menggunakan cinta.
Karena Greta Gerwig memahami betul segala peristiwa yang ia tampilkan di layar hingga ke titik rasa terdalam, sehingga bagi penonton dengan pengalaman serupa, tiap peristiwa pun mengundang gejolak emosi meski apa yang Lady Bird tuturkan sejatinya sederhana. Tapi sungguh, kesederhanaan yang berhasil, seringkali jauh lebih berharga dari kemewahan atau dobrakan seperti apa pun.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah dipublikasikan di: https://movfreak.blogspot.com/2019/01/top-20-movies-of-2018.html