Konten dari Pengguna

Jambo Kenya, Jambo Afrika (III)

20 Maret 2020 18:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Theo Waluyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gunung Kilimanjaro dilihat dari sisi Kenya. Sumber: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Kilimanjaro dilihat dari sisi Kenya. Sumber: pixabay.com
Lain Seychelles, lain pula cerita di Ogembo dan Oyugis. Adalah program evakuasi KBRI Nairobi terhadap WNI di Kenya yang membawa saya sampai ke Ogembo dan Oyugis, dua kota kecil di sebelah Barat Kenya berjarak hanya beberapa jam dari perbatasan dengan Uganda.
ADVERTISEMENT
Tahun 2017 merupakan tahun pemilu di Kenya dan pemilu ini diprediksi akan bermuara pada konflik horizontal yang berpotensi menelan korban jiwa separah konflik tahun 2007 yang terjadi di Kenya. Isu tribalisme (kesadaran dan kesetiaan akan kesukuan – KBBI) dan korupsi selalu menjadi faktor pemecah masyarakat Kenya khususnya pada masa pemilu.
Penulis di depan KBRI Nairobi. Sumber: koleksi pribadi
Latar belakang inilah yang mendorong KBRI Nairobi untuk mengevakuasi WNI di luar kota Nairobi, di antaranya Ogembo dan Oyugis yang merupakan konsentrasi WNI yang melakukan karya sebagai suster dari sebuah kongregasi gereja Katolik di Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Beberapa suster Indonesia di Kenya sedang menghadiri acara di KBRI Naırobi. Sumber: koleksi pribadi.
Dari suster-suster Indonesia yang berada di Kenya, tidak jarang dari mereka telah mengabdikan diri di Kenya lebih dari 10 tahun. Properti susteran di kedua tempat itu memiliki kapel, rumah tinggal serta klinik yang melayani warga sekitar serta sekolah yang dalam proses pembangunan (Ogembo). Namun saat evakuasi hanya dua suster saja yang bersedia untuk dievakuasi sedangkan suster-suster lainnya memilih untuk tetap melayani masyarakat meski ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat kerusuhan mungkin saja terjadi.
ADVERTISEMENT
Radio di mobil milik KBRI Nairobi merupakan sumber kami memperoleh informasi kondisi keamanan sepanjang perjalanan Nairobi-Ogembo-Oyugis 6-7 jam perjalanan sekali jalan. Untung kerusuhan dahsyat tidak terjadi tahun itu meski kerusuhan-kerusuhan kecil terjadi di beberapa titik di Kenya selama masa penyelenggaraan pemilu.
Selain tugas-tugas di atas, tak ketinggalan tugas menghadiri berbagai pertemuan PBB juga saya lakukan sampai saat ini yang menambah nilai berharganya pengalaman bekerja saya di KBRI Nairobi; dimulai dari bagaimana membaca posisi tiap-tiap negara atas satu isu tertentu, mendampingi delegasi Pusat bersidang, sampai berupaya menjaga kepentingan nasional tetap terpenuhi.
Penulis (paling kanan) mendampingi Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kem LHK RI yang bertindak sebagai Rapporteur Comittee of the Whole United Nations Environment Assembly UNEA-4. Sumber: koleksi pribadi
Mendampingi Gubernur Jawa Barat dan delegasi pada UN-Habitat Assembly 1. Gubernur Jawa Barat bertindak sebagai pembicara utama. Sumber: koleksi pribadi.
Ada waktu bekerja, ada waktu berwisata dalam petualangan saya di Afrika, dan banyak hal menarik di Kenya untuk dikunjungi. Kenya sering dikenal sebagai cradle of humankind di mana banyak fosil manusia purba ditemukan di negara ini, salah satunya yang paling terkenal adalah fosil Turkana Boy, fosil laki-laki homo erectus (homo: manusia, erectus: berdiri tegak) yang ditemukan di sekitar danau Turkana yang berusia 1,5 juta tahun, salah satu nenek moyang homo sapiens atau kita.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi evolusi. Sumber: pixabay.com
Selain itu, Kenya juga merupakan salah satu pusat safari dunia. Beberapa tempat safari yang populer adalah Nairobi National Park, Amboseli National Park dan Masai Mara National Park.
Nairobi National Park dengan latar kota Nairobi. Sumber: koleksi pribadi.
Nairobi merupakan satu-satunya ibu kota di dunia yang mempunyai taman nasional sebagai ‘halamannya’. Hanya dalam waktu kurang lebih 15 menit berkendara dari pusat kota kita sudah sampai di gerbang taman nasional, bahkan kalau beruntung kita dapat melihat binatang liar dari kompleks bandara Jomo Kenyatta di sisi yang berdampingan langsung dengan taman nasional yang dibatasi pagar berlistrik.
Pengalaman ini saya alami saat menjemput kakak saya yang berkunjung tahun 2017 di mana sekelompok zebra berjalan mendekati pagar bandara. Taman nasional ini memiliki luas 117 km2 dan rumah bagi banyak spesies binatang di antaranya jerapah, zebra, burung unta, dan singa.
ADVERTISEMENT
Nairobi National Park. Sumber: koleksi pribadi
Tiga kali saya sudah berkunjung ke taman nasional ini namun baru pada kunjungan ketiga bersama keponakan saya dan ayah, kami menemukan singa, salah satu binatang favorit pengunjung saat bersafari. Tidak mudah menemukannya karena di taman nasional ini binatang-binatang hidup di habitat asli mereka dan tidak mudah memprediksi keberadaan singa, kalau saya boleh bilang faktor keberuntungan memegang peranan. Safari di taman nasional sangat menyenangkan dilakukan dengan kendaraan khusus safari yang beratap terbuka.
Bersafari dengan keluarga di Nairobi National Park. Sumber: koleksi pribadi
Jika Nairobi National Park memiliki ciri khas sebagai taman nasional di mana kita bisa memotret binatang dengan latar belakang gedung bertingkat kota Nairobi di kejauhan, Amboseli National Park memiliki daya tarik lain.
Pintu gerbang Amboseli National Park. Sumber: koleksi pribadi.
Di taman nasional dengan savana membentang luas di perbatasan dengan Tanzania ini kita dapat menemukan gerombolan gajah Afrika dalam jumlah besar dengan latar belakang gunung tertinggi di Afrika, gunung Kilimanjaro.
Dua foto atas: di pinggir jalan raya dalam perjalanan menuju Taman Nasional Amboseli. Dua foto bawah: di dalam Taman Nasional Amboseli. Sumber: koleksi pribadi
Amboseli National Park terletak di kaki gunung ini. Taman ini juga merupakan salah satu wilayah tempat tinggal asli suku Masai yang dikenal mampu bertarung melawan singa, melompat tinggi, dan membuat rumah mereka dari kotoran binatang (sapi umumnya). Tiga kali saya sudah mengunjungi taman nasional ini dan selalu menikmati keindahan alam yang ditawarkannya.
Foto atas: suku Masaai dengan tarian lompat. Foto kiri bawah: orang Masaai dengan rumah mereka yang terbuat dari kotoran sapi yang dikeringkan. Foto kanan bawah: penulis dan pohon Akasia di kejauhan, buru-buru sebelum binatang buas datang :). Sumber: koleksi pribadi
Lalu bagaimana dengan Masai Mara di mana kita bisa melihat migrasi ribuan wildebeest dan pertaruhan hidup mereka saat bertemu predator seperti dalam tontonan kanal National Geographic? Jika pernah mendengar istilah “save the strawberry of the strawberry cake for the last bite” (menyimpan buah stroberi dari kue stroberi untuk gigitan terakhir), saya simpan Masai Mara untuk saya kunjungi sebelum penugasan saya berakhir.
ADVERTISEMENT
Sekarang saya bisa berkata dengan lebih percaya diri dan tidak khawatir untuk berkata Jambo Kenya, Jambo Afrika (Halo Kenya, Halo Afrika), jadi jangan takut untuk berkata “halo” kepada hal pertama dalam hidup kita, karena kita tidak tahu hal menarik apa yang mengikutinya sampai kita memutuskan untuk menjalaninya.
Salam dari tanah Wakanda, Afrika!
Bersantai di salah satu hotel di Taman Nasional Amboseli. Hotel dikelilingi oleh kawat listrik (terhubung tiang-tiang kecil di belakang pohon pada foto, dan di kejauhan adalah Gunung Kilimanjaro yang berselimut awan. Sumber: koleksi pribadi.
(bagian terakhir dari 'Jambo Kenya, Jambo Afrika'. Artikel ini telah mengalami penyuntingan dari artikel dengan judul yang sama oleh penulis yang dimuat dalam buku 'Kisah 5 Benua: Dream Big, Believe Big, Pray Big', 2018)