Camp Cope dan Feminisme yang Nyaman di Kuping

The Pied Piper
Sad, malnourished, and poor.
Konten dari Pengguna
28 Februari 2018 23:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari The Pied Piper tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Camp Cope dan Feminisme yang Nyaman di Kuping
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sejak album self-titled itu dirilis Camp Cope pada 2016, segalanya tak lagi sama bagi trio asal Melbourne, Australia itu. Menjadi buah bibir pada akhirnya jadi konsekuensi tak terelakkan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Dua tahun setelah merilis album pertama, Camp Cope melanjutkan kiprah manis mereka di jagat musik independen dengan melepas album kedua, 'How to Socialise & Make Friends'. Sebelum album ini dirilis, ekspektasi khalayak sudah membumbung dan ketika akhirnya sembilan nomor anyar ini diperdengarkan secara utuh, ekspektasi itu terbayar lunas. Camp Cope, sekali lagi, berhasil memanen decak kagum.
Album ini dibuka oleh trek 'The Opener' yang kebetulan juga menjadi single pertama yang dirilis oleh Camp Cope. Untuk membuka nomor ini, Camp Cope menyerahkan semuanya kepada sosok yang selama ini jadi ikon mereka: Kelly-Dawn Hellmrich.
Hellmrich adalah pembetot bas grup musik ini dan normalnya, personel seperti dirinya hanya akan berdiri di teduhnya bayang-bayang. Namun, tidak di Camp Cope. Di sini, Hellmrich--atau lebih tepatnya bassline yang diproduksinya--menjadi kekuatan utama. Siapa pun yang mendengarkan lagu-lagu Camp Cope tidak akan mampu melewatkan betotan bas Hellmrich begitu saja.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, cara ini sudah dipraktikkan Camp Cope sejak album pertama. Ketika itu, lewat nomor 'Done', Hellmrich sudah mempertontonkan kebolehannya dalam menjadi calon pewaris takhta Caithlin de Marrais.
Secara umum, Camp Cope masih membawakan nomor-nomor yang serupa dengan apa yang ada di album pertama mereka. Betotan bas Hellmrich itu dipadukan dengan kocokan gitar lepas ala Courtney Barnett yang dihasilkan oleh sang vokalis/gitaris, Georgia McDonald. Dari sana, Sarah Thompson sebagai drummer tinggal menjaga agar kedua rekannya tadi tak keluar jalur.
Selain komposisi musik yang belum berubah, vokal McDonald juga masih terdengar begitu emosional. Walau begitu, putri legenda folk-rock Australia, Hugh McDonald, ini tidak terdengar cengeng. Alih-alih begitu, McDonald justru terdengar begitu tegar meski dihujani lara tanpa henti.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang membuat album 'How to...' ini sedikit berbeda adalah bagaimana Camp Cope lebih kerap bermain di tempo lambat. Sisi positifnya dari sini, komposisi musik dan vokal yang mereka hasilkan jadi semakin mudah diresapi. Mudahnya begini: di album self-titled Camp Cope berusaha menyamarkan emosi dengan berbicara cepat, sementara di 'How to...' artikulasi mereka jadi lebih jelas.
Kemudian, bukan Camp Cope namanya jika bicara tanpa pesan penting. Sejak awal, mereka tak pernah menyembunyikan fakta bahwa mereka adalah feminis dan hal itu mereka tegaskan betul lewat 'How to...'. Nomor pembuka, 'The Opener', adalah lagu yang isinya rutukan terhadap seksisme di industri musik.
Selain 'The Opener', nomor bernada feminisme lain adalah 'The Face of God' yang berkisah tentang kekerasan seksual. Di situ, McDonald dengan lantangnya menyindir sosok Jesse Lacey. Lacey sendiri merupakan pentolan band emo gelombang ketiga, Brand New, yang beberapa waktu lalu ketahuan belangnya sebagai predator seksual.
ADVERTISEMENT
Dari segi lirikal, album 'How to...' ini memang lebih universal ketimbang album pertama. Di album pertama, lirik yang dinyanyikan lebih banyak berkisar pada masalah-masalah pribadi seperti hubungan asmara jarak jauh. Sedangkan, di album kedua ini Camp Cope mengurangi porsi untuk hal itu.
Namun, mengurangi porsi bukan berarti mengurangi kualitas. Pasalnya, di trek kedelapan, Camp Cope menempatkan salah satu nomor yang layak dijadikan unggulan, 'UFO Lighter'. Dengan tempo yang sedikit cepat, Camp Cope menjelma jadi versi emo dari Courtney Barnett itu sendiri. Inilah lagu yang bakal memuaskan mereka yang menggandrungi nomor 'West Side Story' dari album pertama.
Dari sini, bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa Camp Cope, di album keduanya ini, mampu berkembang dengan pas. Mereka tak serta merta bermimikri dan membuat bingung para pengharap. Alih-alih begitu, mereka pelan-pelan menggiring pendengarnya menuju proses pendewasaan yang natural.
ADVERTISEMENT