Konten dari Pengguna

Negeri Para Koruptor: Hidup Bergelimang Harta di Atas Penderitaan Rakyat

Theresia Sinaga
Saya adalah seorang mahasiswa semester 6 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Unika Santo Thomas
17 Maret 2025 11:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Theresia Sinaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Theresia Sinaga
ilustrasi korupsi sumber gambar: canva
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi korupsi sumber gambar: canva
Korupsi bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi kejahatan moral yang menghancurkan bangsa dari dalam. Di negeri ini, koruptor hidup dalam kemewahan, sementara rakyat kecil tercekik oleh kemiskinan. Ironi ini terus berulang uang negara dirampok, keadilan dijual murah, dan penderitaan rakyat dianggap angin lalu. Sementara di banyak negara maju korupsi dianggap aib besar, di negeri ini koruptor justru diperlakukan bak pejabat terhormat. Mereka dihukum ringan, mendapatkan fasilitas mewah di penjara, dan bahkan masih bisa menikmati hasil jarahannya setelah keluar. Lalu, siapa sebenarnya yang diuntungkan dari hukum yang timpang ini?
ADVERTISEMENT
Hukum Tajam ke Bawah, Tumpul ke Atas
Berulang kali, rakyat disuguhi sandiwara hukum yang mengecewakan. Seorang pejabat yang mencuri miliaran rupiah hanya dihukum beberapa tahun, bahkan bisa dipotong dengan berbagai alasan. Sementara itu, seorang ibu yang mencuri demi anaknya bisa dihukum lebih berat tanpa belas kasihan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa hukum di negeri ini masih berpihak kepada mereka yang berkuasa. Tidak jarang, koruptor yang seharusnya mempertanggungjawabkan perbuatannya justru bebas lebih cepat atau tetap memiliki pengaruh besar meskipun telah dipenjara. Kejahatan mereka bukan hanya mencuri uang, tetapi juga mencuri masa depan rakyat.
Ironi ini terus terjadi. Koruptor hidup dalam kemewahan, rakyat terus terjebak dalam penderitaan. Jalan berlubang dibiarkan, rumah sakit kekurangan obat, sekolah-sekolah reyot tanpa fasilitas memadai semua itu karena uang rakyat yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan malah mengalir ke kantong pejabat serakah.
ADVERTISEMENT
Korupsi: Akar Ketimpangan dan Kemiskinan
Setiap tahun, laporan dari Transparency International menunjukkan betapa buruknya peringkat Indonesia dalam Indeks Persepsi Korupsi (IPK). Pada 2023, IPK Indonesia hanya berada di angka 34 dari skala 100, menunjukkan bahwa tingkat korupsi masih sangat tinggi. Kasus-kasus besar seperti korupsi dana bansos, proyek infrastruktur fiktif, dan penggelapan pajak semakin memperparah kondisi ekonomi rakyat kecil.Dana yang seharusnya digunakan untuk membangun sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur publik malah masuk ke rekening pribadi pejabat serakah. Akibatnya, pelayanan publik memburuk, pendidikan menjadi mahal, dan akses kesehatan semakin sulit dijangkau rakyat kecil.
Rakyat yang bekerja keras tetap miskin, sementara para pejabat korup terus bertambah kaya. Mereka membeli properti di luar negeri, berlibur ke tempat eksotis, dan hidup dalam kemewahan, sementara banyak anak bangsa yang harus berhenti sekolah karena biaya yang tidak terjangkau.
ADVERTISEMENT
Mengapa Koruptor Tidak Pernah Jera?
Selama hukuman bagi koruptor tetap ringan, mereka tidak akan pernah kapok. Hukuman yang bisa "dicicil" dengan remisi dan fasilitas mewah di dalam penjara justru menjadikan korupsi sebagai bisnis yang menguntungkan.
Bandingkan dengan negara seperti China yang memberlakukan hukuman mati bagi koruptor kelas kakap. Di sana, korupsi dianggap sebagai pengkhianatan terhadap negara dan rakyat, sehingga hukumannya sangat berat. Sementara di Indonesia, koruptor masih bisa menikmati hidup mewah setelah keluar dari penjara.
Jika korupsi bisa diberantas, seberapa banyak rakyat yang bisa keluar dari jurang kemiskinan? Seberapa maju infrastruktur yang bisa dibangun? Seberapa murah biaya kesehatan dan pendidikan yang bisa dinikmati rakyat? Sayangnya, di negeri para koruptor, kekayaan justru dinikmati oleh segelintir orang yang bermain dalam sistem busuk ini. Dan selama rakyat tetap diam, mereka akan terus berpesta di atas penderitaan kita semua.
ADVERTISEMENT
Sampai Kapan Kita Akan Diam?
Negeri ini tidak akan pernah maju jika rakyat terus membiarkan korupsi merajalela. Butuh keberanian untuk menuntut keadilan yang sesungguhnya. Kita tidak bisa lagi hanya mengeluh tanpa tindakan.
Pertanyaannya sekarang: sampai kapan kita akan membiarkan koruptor terus berpesta di atas penderitaan rakyat? Jika tidak ada perubahan drastis dalam penegakan hukum dan kesadaran rakyat, maka korupsi akan terus menjadi "budaya" yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Saatnya rakyat membuka mata dan bersuara. Negeri ini terlalu berharga untuk terus dikuasai oleh pencuri berseragam pejabat!
Penulis Mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Unika Santo Thomas Medan