Dari Santri ke Negara

Latief Mukhtar
Founder Mukhtar Institute
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2021 14:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Latief Mukhtar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Al Qassam Khalifa Adlan, seorang Santri
zoom-in-whitePerbesar
Al Qassam Khalifa Adlan, seorang Santri
ADVERTISEMENT
Hari Santri yang diperingati pada tahun ini merupakan momentum yang sangat baik. Momentum yang sangat baik ini, terutama bukan hanya memperingatinya secara seremonial semata, tetapi juga merupakan sebuah ikhtiar untuk melakukan Pembacaan ulang sejarah yang melekat pada Santri dan Pesantren.
ADVERTISEMENT
Di dalam lini masa sejarah Negara Indonesia, Santri dan Pesantren mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam melahirkan dan membentuk Negara Bangsa, juga sekaligus memerdekakan bangsa Indonesia dari belenggu eksistensial penjajahan.
Sejarah mencatat bahwa Santri sudah sejak awal memiliki kesadaran di dalam pikirannya dan kesadaran di dalam dirinya bahwa Ia mengemban amanat yang diberikan oleh Agamanya untuk membawa narasi perubahan dan narasi pembebasan.
Hal yang sangat fundamental yang diajarkan di dalam Agama yang juga sudah sering dibaca dan dipahami oleh Santri yaitu ajaran tentang keharusan memelihara anak yatim dan memberi makan orang miskin. Ini disebutkan di dalam Kitab Suci Al-quran Surat Al ma’un. Ajaran ini merupakan sebuah formula dan cara untuk membebaskan manusia dari rasa lapar dan belenggu kemiskinan. Formula ini juga sekaligus dijadikan spirit untuk Pemeluk Agama supaya tidak masuk dalam kategori “Para Pendusta Agama”. Sebab, orang yang tidak memelihara anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin termasuk ke dalam kategori “Pendusta Agama”.
Ilustrasi santri pesantren. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan

Tugas Negara

Tidak ada yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Kemampuan Pandemi dalam merusak sendi-sendi kehidupan lebih besar kapasitasnya daripada kapasitas Negara dalam kemampuan bertahan. Oleh karenanya, jika tidak dikelola dengan baik, maka pandemi ini akan menjadi persoalan besar bagi negara itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Pandemi yang melanda bangsa Indonesia sudah berlarut-larut. Dan Pandemi ini menjadi penyebab krisis multidimensi. Salah satunya adalah krisis ekonomi. Dampak yang ditimbulkan dari krisis ekonomi ini adalah munculnya kelompok miskin baru, dan dengan begitu menambah angka kemiskinan menjadi lebih banyak dari sebelum adanya Pandemi.
Kendati demikian, negara harus tetap hadir dan melaksanakan tugas-tugasnya serta menunaikan amanat yang telah dibebankan oleh konstitusi. Konstitusi telah mengamanatkan bahwa fakir miskin dan anak anak telantar dipelihara oleh Negara. Oleh karenanya Negara harus mengetahui cara serta formula yang tepat bagaimana mengelola hubungan antara Negara dengan Fakir miskin dan anak anak telantar.

Dari Santri ke Negara

Kita sudah menemukan kesamaan Agenda antara Negara dan Santri dalam konteks relasi masing-masing dengan pembebasan kemiskinan. Santri membebaskan manusia dari kemiskinan karena dalam ikhtiar melaksanakan tujuan Agama, sementara Negara punya tugas yang sama karena amanat dari Konstitusi.
ADVERTISEMENT
Untuk membebaskan kemiskinan di Negara kita yang tercinta ini, harus dilakukan dengan cara dan formula yang penuh dengan energi yang kuat. Adalah Santri, ia punya energi yang kuat dalam cara membebaskan kemiskinan, karena sumber energinya berasal dari ajaran Agama.
Oleh karenanya jika Negara mencari cara dan formula bagaimana membebaskan kemisikinan, maka Negara harus menemukan Entitas yang memiliki kemampuan memahami “Bahasa Agama” dan “Bahasa Negara” secara bersamaan. Dan santrilah salah satu yang bisa menjelaskan dan memahami “Bahasa kedua duanya”. Santri layak menjadi leader di dalam Negara, karena santri memiliki kemampuan mengkombinasikan antara tujuan Negara dengan tujuan Agama secara sekaligus dengan kapasitas memahami “Bahasa dua duanya”.
Penulis, Latief Muhtar
Founder MIND (Mukhtar Institute for Democracy and Civilization)
ADVERTISEMENT